dua

1.3K 53 0
                                    

Maaf ya, kalau alurnya terlalu cepat. Emang aku ngga suka yang terlalu bertele-tele. Dan niatnya juga kan short story. Tapi kalau jiwa halu ku makin menjadi siapa tahu bisa lebih panjang.

-----

Kenzo kelelahan setelah seharian bermain dan belanja, dia tertidur saat perjalanan pulang. Malam minggu, jalanan macet. Upaya untuk meminimalisir kebersamaan dengan berondong genit ini gagal total. Dia lagi-lagi berhasil membujuk Kenzo-dan aku- untuk pulang bareng.

"Din, kok mukanya bete gitu sih, capek ya? Maaf deh kalau aku bikin kamu capek kan aku kepengin nyenengin kamu sama Kenzo."

"Jeff, maksud kamu itu apa? Panggil aku langsung nama, aku-kamu, ngga sopan. Oke aku emang bawahan kamu, tapi itu dikantor. Kamu dikantor sopan kok diluar ngelunjak banget." Akhirnya keluar juga unek-unek yang aku simpen dari tadi siang.

"Aku ngga mau panggil kamu mbak lagi, kan nanti kamu bakal jadi makmum aku. Kamu yang harusnya panggil aku mas."

"Aku lebih tua dari kamu!"

"Tahu."

Bodo amat deh, aku udah capek keliling mall seharian ini, ngga mau ditambah capek karena debat sama boss berondong gila macam Jeff.

Kita sampai rumah pukul delapan, untung tadi udah makan lagi sebelum pulang. Jadi ngga perlu repot buat makan malam lagi. Kenzo masih terlelap. Biasanya kalau kecapekan dia akan terus tidur, bangun keesokan paginya.

"Biar aku yang gendong Kenzo kedalam." Ini siapa yang ngajakin mampir kamu Jeff!
"Buka pintunya dong, Kenzo kecil tapi berat lho ini." Aku yang sedang terbengong disamping mobil akhirnya buru-buru mencari kunci dan membukakan pintu untuk Jeff.

"Kamar Kenzo yang itu." Setelah masuk, aku menunjukan kamar yang dipintu banyak sticker superhero. Rumahku hanya rumah minimalis satu lantai dengan dua kamar, ruang tamu kecil, ruang keluarga, dan dapur.

Aku keluar untuk mengambil belanjaan yang masih tertinggal di mobil Jeff. Belanjaanku banyak juga.

Jeff sedang tidur di sofa kecil ruang tamu, dia seolah sudah terbiasa ada dirumah ini. Padahal ini pertama kalinya dia datang.

"Din, aku mau ngomong." Ucapnya saat melihat aku menuju dapur.
"Sekalian ambilin minum dong din. Dibelanjaan kamu itu ada beberapa minuman kaleng kan? Aku minta satu." Kalau bukan boss, udah aku lempar dia pakai kaleng minum yang dia maksud. Dan kenapa banyak banget minuman di belanjaanku sih.

"Ini. Itu pasti kerjaan kamu sama Kenzo kan, yang naruh minuman sama cemilan banyak begitu?"

"Kenzo minta aku besok temenin main lagi, buat amunisi aja. Karena rencananya emang besok main dirumah seharian."

"Jangan mentang-mentang kamu yang bayarin, jadi kamu jajan seenaknya ya." Serius seharian ini aku ditraktir sama si boss. Termasuk belanja bulanan tadi itu.

"Jeff, aku cuma karyawan kamu, aku ngga mau ada gosip aneh gara-gara kita jalan bareng dan kamu bayarin belanjaan aku."

"Kamu karyawan spesial Din, kamu pasti sadar selama dua bulan aku dikantor aku selalu kasih kode ke kamu. Cuma kamunya aja yang jual mahal." Jeff berbicara cukup serius kali ini, tanpa senyum mautnya, tanpa seringai jahilnya.

"Apa yang kamu mau dari aku? Tubuhku?" Perlahan aku membuka kancing baju satu persatu. Anak muda seperti dia kaya gitu kan? Deketin wanita janda, cuma buat ngerasain tubuhnya.

"Kamu mau apa Din!" Bentaknya sambil mencengkram tanganku, hingga usahaku untuk membuka pakaianku terhenti.
"Aku sayang kamu Radina! Bahkan saat kamu masih berstatus istri orang!" Aku makin dibuat pusing oleh pengakuannya.

"Jeff ngomong aja yang sejujurnya, aku ngga akan marah." Pengalaman hidup membuatku ngga gampang baper, apalagi sama brondong genit kaya Jeff.

"Oke aku bakal jujur sama kamu. Aku suka kamu dari pertama ketemu. Tapi sayang, waktu itu kamh istri orang aku ngga berani macem-macem. Tapi waktu denger kamu udah pisah, aku seneng banget. Aku berusaha mati-matian buat selesaiin skripsi, biar aku pede deketin kamu!" Satu fakta yang orang lain ngga tahu adalah kita pernah bertemu sebelum aku kerja di kantor sekarang. Dia adalah teman sepupuku, kami bertemu dan kenalan saat acara pernikahan Nida- sepupu dari ibu- dua tahun lalu. Tapi aku ngga nyangka, perkenalan yang biasa aja menurutku berkesan menurutnya.

"Jeff, aku janda"

"Tahu"

"Aku punya anak"

"Tahu, bahkan tadi udah main bareng"

"Aku lebih tua dari kamu!"

"Kamu udah sering bilang kaya gitu"

"Dasar anak muda keras kepala! Pulang sana, udah malem. Ntar tetangga ngira aku janda genit yang bawa berondong nginep dirumah lagi." Aku berjalan menuju pintu keluar sambil membenarkan kancing baju yang tadi sempat aku buka.

-----

Pagi ini, aku sedang berkutat di dapur saat Jeff datang. Aku masih belum punya muka untuk menemuinya setelah kejadian semalam.
Semalam, sesaat aku memasuki kamar, Jeff memanggil, dia pamit untuk pulang. Aku hanya jawab dengan deheman menunggui dia keluar untuk mengunci pintu.

"Kamu cantik walau cuma pakai daster kaya gini, apalagi ini leher yang penuh keringat, bikin kamu keliatan makin seksi." Jeff tiba-tiba sudah di belakangku, mengelus leherku dengan jarinya. Iya aku emang cuma pake daster selutut dan rambut yang dicepol. Namanya juga lagi masak, panas jadi keringetan.

"Apaan sih kamu, dateng-dateng main masuk ngga salam. Seolah rumah kamu sendiri."

"Aku udah salam tadi, Kenzo yang bukain pintu, kamu aja yang ngga denger atau sok ngga denger?"
Aku cuma mendengus kesal. Dia tahu banget sih kalau aku emang pura-pura ngga tahu dia datang.

"Katanya mau main sama Kenzo, kenapa gangguin aku disini?" Tanyaku pada Jeff mengalihkan pembicaraan.

"Kenzo lagi nonton Upin Ipin, dia kesel karena aku gangguin dia, jadi dia nyuruh aku gangguin kamu aja."

"Ngga usah bawa-bawa Kenzo kalau mau modus deh."

"Beneran, kalau ngga percaya tanya aja Kenzo."

Masakanku sudah selesai. Waktu Jeff datang memang tinggal matengin aja, cuma aku pura-pura masih sibuk didapur biar ngga perlu ngadepin dia.

Aku berjalan keluar untuk menengok Kenzo tanpa mempedulikan Jeff yang masih membututi.

"Kenzo mandi dulu yuk, nanti maem baru main lagi."
Biasanya kalau hari minggu Kenzo agak alot diajak mandi, tapi berhubung sekarang ada uncle Jeff nya, dan mereka udah janjian main bareng alhasil langsung maulah Kenzo untuk mandi.

Seperti biasa, Kenzo tak pernah diam jika diajak mandi. Jadilah daster yang aku pakai basah dibagian depan. Biasanya aku biarkan, dan melanjutkan mendandani Kenzo. Tapi beruhubung ada Jeff yang sedari tadi memperhatikan aku memandikan Kenzo, aku jadi salah tingkah sendiri. Aku memang terbiasa saat memandikan Kenzo tak pernah menutup kamar mandi. Karena kamar mandi yang kecil akan jadi lebih sesak jika diisi kita berdua.

"Bisa minta tolong pakaikan baju Kenzo kan Jeff? Kalau ngga bisa ngga apa. Kenzo main dulu kaya gitu ya, mama mandi dulu."

Aku langsung menutup pintu kamar mandi dengan kencang. Aku belum bilang ya, kalau kamar mandiku diluar disamping kamar dekat dapur. Dan Jeff dari tadi duduk di kursi kecil dekat meja yang aku jadikan meja makan.

Aku ngga tahu apa arti tatapan mata Jeff padaku. Tapi yang pasti, tatapannya itu membuat jantungku jadi ngga sehat.

Jadi janda jangan genit Radi, ingat kamu janda bermartabat. Ucapku pada diri sendiri.

Dan aku kesal sendiri saat menyadari bagian depan bajuku basah.

--------

Sumpah aku ngga ngerti nulis apa.

Feb 04, 2020

Tak Cukup Dengan CintaWhere stories live. Discover now