delapan

1.3K 44 0
                                    

Gerimis baru saja turun saat aku ingin keluar mencari makan malam. Saat-saat Kenzo tidak ada dirumah adalah saat tersepiku, jadi untuk membunuh rasa bosan aku ingin keluar menghirup udara malam sekalian mengisi perut yang kosong.

Tapi, sepertinya gagal. Untuk menghibur diri dan membuang rasa lapar aku akan masak seblak. Ya, gerimis diluar membuat udara semakin dingin jadi paling cocok untuk makan makanan panas dan tentu pedas.

Aku baru saja selesai merendam kerupuk waktu terdengar suara ketukan dari luar. Sepertinya aku tahu siapa yang bertamu sekarang ini.

Dengan malas aku membukakan pintu, dan dugaanku tak meleset.

"Selamat malam sayang ... " ucapnya sumringah dengan tak meninggalkan senyumnya. Aku hanya membalas senyumnya. Tapi aku fokus dengan apa yang dia bawa.

"Bawa apa?" Tanyaku penasaran.

"Ini, ice cream dan cake coklat." Dia mengangkat paperbag yang tertulis toko kue ternama di Jakarta.

"Dingin-dingin bawa ice cream. Ngga salah." Tanyaku ketus.

Dia hanya nyengir, aku membalikan badan masuk menuju dapur. Jeff mengikuti dibelakang, aku dengar dia sempat menutup pintu kemudian berlari menyusulku.

"Aku bawa ini buat Kenzo, dia pasti suka kan? Ooyaa ... Kenzo mana?" Tanyanya sambil mencari-cari.

"Kenzo lagi ikut ayahnya. Kamukan lihat tadi siang ayahnya Kenzo dikantor."

"Oohh .."

Dia menaruh sendiri eskrim kedalam kulkas. Dan aku melanjutkan memasak seblak.

"Masak apa?" Tanyanya tepat ditelingaku. Aku kaget, hampir saja memotong jari.

"Kamu ngga usah sok-sokan kaya yang di novel-novel gitu dehh ... aku lagi pegang pisau, tak tusuk baru tahu rasa!"

Bukannya tersinggung, Jeff justru tertawa terbahak-bahak.

"Aku lagi usaha, siapa tahu aku dapet juga kaya di film atau novel yang kamu maksud itu." Jeff mundur dan duduk di kursi makan.
"Apapun yang kamu buat itu, buat yang banyak ya. Aku juga laper belum makan malam."

"Kamu makan aja apa yang kamu bawa tadi."

"Itu bisa buat penutup nanti. Atau bisa buat yang lain."

Aku tak menanggapi obrolan Jeff lagi, hanya fokus menyelesaikan seblakku. Lagi laper jangan ganggu dulu!

Seblak yang kubuat menjadi lebih banyak. Memang kalau lagi dingin nafsu makanku bertambah, apalagi memang laper sedari tadi dan ditambah satu manusia yang ikut menikmati. Jadilah seblak porsi besar. Akupun tak memindah seblak ke mangkok. Aku menyajikannya tetap dipanci. Ala orang korea gitulah.

Selama makan, aku tak mempedulikan Jeff, beberapa kali dia bertanya, aku hanya menjawab dengan deheman. Beberapa kali juga dia memuji seblakku dan aku hanya diam. Biar, namanya orang laper.

-----

Layar persegi didepan sedang menayangkan salah satu film favorit yang sudah berkali-kali tayang, aku sedang membuat tugas kuliah yang sebenarnya deadlinenya masih lama. Jeff ? Dia sedang ndusel-ndusel di perutku. Ngomong-ngomong, setelah selesai makan aku memutuskan mengambil laptop menyicil tugas kuliah seperti biasa. Aku duduk di karpet dengan laptop dimeja yang memang pendek. Lalu Jeff dengan seenaknya -iya dia enak aku geli- duduk di pahaku dan menciumi perutku.

Sudah berulang kali aku menyingkirkan kepalanya tapi berulang kali juga dia kembali lagi. Alhasil, biarkan saja. Anggap dia seorang adik yang sedang manja dengan kakaknya. Eh tapi mana ada adik jilatin perut gitu sih. Lhoo .. Jilat ????

Tak Cukup Dengan CintaWhere stories live. Discover now