lima

1.7K 45 0
                                    

Jeff mulai melancarkan aksinya entah itu secara diam-diam atau terang-terangan. Diam-diam saat di kantor, terang-terangan saat diluar kantor.

Aku mulai pasrah mengikuti kata hati. Walau pada akhirnya aku selalu berfikir bahwa ini tidak benar, bahwa Jeff hanya main-main, dan hal-hal buruk lainnya.

Kenzo sangat menikmati hari minggu bersama Jeff. Akupun merasa sangat terbantu dengan adanya Jeff sekarang. Tapi tetap saja, fikiran buruk itu tetap ada.

"Jeff, apa yang sebenarnya kamu mau dariku" waktu itu aku ikut menemani Kenzo bermain, biasanya aku sibuk dengan tugas kuliah.

"Aku mau kamu percaya kalau cintaku tulus ke kamu."
Jawaban singkat tapi bisa membungkam mulutku.

Jeff juga pernah menyuruh Kenzo memanggilnya daddy, tapi aku larang.
"Kamu jangan buat Kenzo bingung Jeff, kalau suatu saat kamu ketemu wanita yang benar-benae jodohmu, aku harus menjelaskan apa ke Kenzo."

Perkataanku membuat perdebatan diantara kita berdua. Tapi selalu berakhir dengan Jeff yang mengalah.

"Biar waktu yang akan meyakinkan kamu. Kalau wanita itu kamu, pada saatnya kamu harus terima."

Ini minggu kesekian kami menghabiskan hari bersama. Kenzo cukup kelelahan, setelah kemarin sabtu berenang dengan sang ayah dan hari ini bermain bola dengan Jeff. Kenzo terlelap persis setelah selesai makan malam.

Aku hanya berdua dengan Jeff, duduk di sofa depan tivi yang saat ini menayangkan talkshow komedi disalah satu stasiun tivi.

"Jeff kenapa kamu masih disini, bertahan sama aku yang ngga ada kejelasannya. Padahal kalau kamu mau, kamu bisa cari wanita yang lebih cantik, lebih muda dari kamu?"

"Kenapa kamu seneng banget mempertanyakan hal-hal itu terus sii? Sini deh." Jeff menarik tanganku menuju kamar dan menghadapkan aku kecermin besar disamping lemari. Dirumah ini, memang hanya kamarku yang terdapat cermin besar.

"Lihat diri kamu," ucapnya menghadapkan aku ke cermin dengan dia dibelakangku. "Kamu cantik walau sekarang kamu ngga pake make up." Jeff mulai membuka satu persatu kancing piyamaku, aku biarkan. Aku ingin lihat apa yang akan dia lakukan.

"Lihat badan kamu," ucapnya setelah melepaskan bajuku tersisa bra dan celana pendek setengah paha pasangan piyama tadi.
"Payudara kamu masih kencang, padahal kamu udah pernah menyusui Kenzo." Dia meremas payudaraku sebentar, tangannya terus turun menyusuri pinggang dan perut. Aku merinding, sudah lama sekali aku tak pernah di sentuh seintens ini oleh seorang pria.

"Perutmu masih rata dan mulus walau kamu pernah mengandung Kenzo." Iya perutku memang masih terlihat mulus, strechmark dulu pernah ada, tapi sedikit kemudian hilang saat aku rajin mengolesinya dengan krim khusus. "Ya walaupun ngga rata-rata amat, tapi aku maklum si." Bisa-bisanya dia becanda saat seperti ini.

"Lihat kaki kamu, walau kamu ngga tinggi-tinggi amat, tapi kakimu jenjang." Tuh dia mau muji atau mau ngejek sii. Aku hampir mencubitnya saat kemudian dia memelukku dengan erat. Tubuh kami menempel dengan sempurna.

"Kamu cantik, cantik banget malah." Ucapnya berbisik, dilanjutkan ciuman kecil di sekitar telinga dan leher belakangku. Jeff menambah erat pelukannya, aku merasakan betapa kerasnya dia dipantatku.

Aku yang terpancing membalikkan badan dan mencium bibirnya. Kami berciuman dengan lembut diawal, semakin bergairah setiap detiknya.

Entah sejak kapan aku telah berbaring dikasur dengan Jeff diatasku. Tangannya sedang mencoba membuka bra yang kupakai. Tanganku pun tak tinggal diam, aku mencoba masuk kedalam kaosnya meraba perut sampai dada, begitu terus berulang-ulang.

Tak Cukup Dengan CintaWhere stories live. Discover now