6. hello jake

24.3K 4K 85
                                    

Sudah seminggu sejak wawancara di Lumiere berlalu, dan masih tidak ada tanda-tanda untuk lanjut ke tahap selanjutnya. Tidak ditelpon lagi, tidak dipanggil kembali. Sudah pasrah saja Zea kepada yang di atas. Dari dulu memang bukan jodohnya sepertinya untuk bekerja kantoran.

Namun ada hal lain yang menggelitik hati Zea : Ia ditawarkan untuk mengajar piano privat seorang balita. Bukannya menolak, tetapi ia terus kepikiran bagaimana sulitnya mengajar seorang balita, yang terkadang bicaranya saja kita tidak paham?

Dan di sinilah dia sekarang, di depan sebuah gedung apartemen mewah berlantai 40. Ia sendiri tidak tahu wajah penelepon peminat kursus piano tersebut tempo hari. Yang ia tahu adalah, ia disuruh menunggu di lobi apartemen.

Seorang wanita paruh baya menghampirinya, "Nona Kim Zea? Les piano privat?"

Zea tersenyum, "Ya, benar. Itu saya."

Wanita tersebut lalu menghela nafas lega, "Syukurlah. Jake dari tadi terus bertanya dimana guru pianonya. Ia hampir nangis karena mengira ayahnya membohonginya."

Zea tergelak mendengar keluhan wanita tersebut. Penasaran, Ia bertanya, "Mohon maaf, tapi apakah anda ibunya?"

"Ah, bukan. Saya hanya pengasuhnya," jawabnya.

Tidak heran, pasti orangtua bocah ini sangat sibuk, batin Zea

"Oh begitu," balas Zea mengangguk-angguk.

Wanita itu mengulurkan tangannya, "Riley. Senang bertemu denganmu," lalu disambut oleh jabatan tangan Zea.

"Jadi, mari kita bertemu Jake?"

***

  Sedari tadi Zea tak berhenti mengucap 'Ya Tuhan' dalam batinnya. Ia tak habis pikir, penthouse seluas ini dan yang menempati hanya seorang balita dan pengasuhnya?

 Ia tak habis pikir, penthouse seluas ini dan yang menempati hanya seorang balita dan pengasuhnya?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ditambah lagi kolam renang di satu sisinya. Buat apa sebenarnya jika jumlah penghuni rumah saja bisa dihitung oleh satu tangan—bahkan kurang?

 Buat apa sebenarnya jika jumlah penghuni rumah saja bisa dihitung oleh satu tangan—bahkan kurang?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ia simpati pada balita ini. Pasti bosan dan merasa kesepian untuk tinggal hanya dengan pengasuhnya saja. Zea menyimpulkan ini karena dari awal ia menginjakkan kaki di tempat ini, tak ada tanda-tanda kehidupan sedikitpun—kecuali Jake.

'Dasar orang kaya. Mungkin sudah bingung mau menghabiskan hartanya bagaimana,' batinnya.

Riley membawanya ke sebuah ruangan yang ia rasa adalah kamar Jake. Wanita itu mengetuk pintunya pelan, "Jake? Guru pianomu sudah datang. Bolehkah dia masuk?"

Tak ada sahutan dari dalam untuk beberapa saat. Lalu, "Gulu piano Jakee?? Masuk masuk!"

Riangnya Jake begitu melihat Zea, "Kau gulu pianoku??" Jemari kecilnya meremas ujung baju Zea, ia melompat-lompat kecil.

Zea terkekeh lalu mengelus pipi Jake pelan, "Iya, sayang."

Lesung pipit Jake muncul dan sangat dalam, matanya hilang, senyumnya begitu lebar.

"Aku mau belajal sekalang!!"

***

My Melody✔️Where stories live. Discover now