61. epilogue - milkyway (ii)

22.8K 2.5K 333
                                    

Song Recommendation : Major Lazer feat. Wild Belle — Be Together (Vanic Remix)

***

Jaehyun duduk di kap mobilnya tanpa ekspresi. Jiwanya seperti masih tertinggal di dalam sana. Setengah hatinya tak percaya bahwa Jieun menggugurkan janinnya. Sampai sekarang ia memang tidak tahu kebenaran di balik semua lika-liku ini, tapi bukankah ia sudah bilang di awal bahwa ia akan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk membesarkan anak itu? Jaehyun rasa dirinya sudah cukup terbuka pada Jieun. Jika ada sesuatu yang kurang mengenakkan hati tentang dirinya, mengapa tidak membicarakannya langsung? Mengapa harus membuat keputusan sebelah pihak seperti ini?

Terlepas dari keegoisan orangtua Jieun yang begitu kentara. Jaehyun tahu sesungguhnya perempuan itu adalah sosok yang baik. Mungkin... mungkin Jieun masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya kini berbadan dua dan ragu akan darah daging yang dikandungnya. Jaehyun sudah bertemu dengan bermacam-macam orang di dunia ini yang punya sifat berbeda dan ia dapat mengatakan bahwa Jieun adalah seseorang yang lemah pendiriannya. Perempuan itu belum bertemu sosok yang bisa mengubah hidupnya, mengubah pandangannya bahwa di dunia ini semuanya harus dipertanggungjawabkan.

  Jiyeon belum tahu perihal Jaehyun dipanggil kemari. Pagi tadi pria itu hanya memberi tahu ayahnya dan meminta untuk merahasiakan semua dari ibunya sampai waktu yang tepat. Ia tidak mau diinterogasi di saat-saat sedang keruh seperti ini.

"Panti asuhan Shining Day, Busan..."

Ya Tuhan... Berarti tidak ada yang perlu diragukan lagi. Memang benar perempuan yang ia lihat malam itu adalah Zea. Tetapi semesta seperti menarik-ulur dengannya untuk bertemu sosok yang ia rindukan itu.

Apakah egois bila ia ingin segera bertemu dengan Zea bersama Jake? Apakah jahat melupakan Jieun begitu saja dan menganggap kejadian ini sebagai masa lalu kelam di hari yang akan datang? Demi apapun bila Jaehyun tahu dari awal bahwa kisah cintanya akan serumit ini, pria itu lebih memilih untuk tidak pernah merasakannya sama sekali.

Tetapi semua sudah terlanjur, bukan? Hari terus berlalu, musim silih berganti, dan hatinya masih tetap berkata bahwa Zea adalah orang yang tepat untuknya, bahkan ketika semesta sudah terasa runtuh tepat di atas kepalanya.

Kedua ibu jari Jaehyun mencari kontak karyawannya yang bernama Nayoung. Perempuan itu adalah ketua tim yang mengurus tentang yayasan sosial penerima bantuan Lumiere tempo hari. Nayoung pasti punya informasi lengkap yang ia butuhkan.

"Halo, Nayoung? Maaf menganggu waktumu, boleh saya minta informasi lengkap tentang The Kim's Women and Children Foundation, salah satu yayasan sosial penerima bantuan di gala dinner? Kirimkan saja file lengkapnya kepada saya melalui e-mail. Kalau bisa secepat mungkin, ya? Saya butuh sekarang. Terima kasih."

Ponsel terbaru keluaran Apple itu ia remas dengan kuat. Mendadak perutnya serasa dililit begitu kencang. Jaehyun ingin bertemu dengan Zea. Tetapi apa yang harus seorang pecundang nan brengsek sepertinya katakan di hadapan gadis itu nanti? Ia siap, sungguh siap bila sewaktu-waktu Zea menamparnya. Memang, ia pantas mendapatkan itu.

Jaehyun tidak berharap lebih. Tapi yang pria itu inginkan hanyalah hubungannya dengan Zea tidak renggang seperti ini. Bila gadis itu tidak bisa menerimanya seperti sedia kala, biarkan ia memulainya dari awal.

***

"Kalau not dua ketuk penuh namanya minim, not satu ketuk namanya crotchet, not setengah namanya quaver, seperempat semi-quaver, kalau seperdelapan apa?"

My Melody✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang