09 - Fiksasi

1.4K 233 13
                                    



Jisung frustasi. Katakan ia memang tidak tahu bagaimana tarian Renjun selama ini, tetapi setelah melihat video latihan tahun lalu dengan Renjun sebagai bagian dari tim inti membuat darahnya mendidih. Jisung tidak tahu bagaimana menyebutkannya, tetapi yang keluar dari bibirnya setelah menonton video tersebut adalah,

"Parah. Kak Renjun cantik sekali - AWW."

Haechan yang saat itu duduk di sampingnya langsung menggeplak kepalanya.

"Cuma itu yang kau perhatikan hah?"

"Bukan begitu, Kak. Maksudku, gerakan Kak Renjun cantik. Flow-nya bagus, fluid, tetapi tetap bertenaga. Rasanya seperti melihat modern dance."

"Oh, dia memang belajar modern dance."

Yangyang, yang saat itu hadir sebagai cadangan tim juga menyela.

"Modern dance? Bukannya balet ya?"

"Balet juga. Dia belajar keduanya. Itulah kenapa ia akhirnya masuk tim inti."

"Karena lebih mudah untuk menarikan tarian urban ya."

"Hu-um."

Jisung pun mulai mengingat saat ia membuat PR di rumah Chenle dan melihat Renjun menari balet. Ia juga mengingat bagaimana ekspresi Renjun ketika ia tidak sengaja mengintipnya menarikan sebuah koreo milik Kyle Hanagami. Sebuah koreo dengan aliran urban. Saat itu, Renjun terlihat sedih.

"Ngomong-ngomong aku boleh bertanya. Kak Renjun itu siapa?"

Kali ini Samuel yang bertanya, cukup penasaran dengan siapa yang mereka bicarakan. Sebab, dia sendiri baru pindah ke NCT, dan cuma tahu informasi dari Kak Vernon kalau sekolah ini bagus untuk dia belajar menari. Kak Vernon itu dari Pledis High School, sekarang sudah lulus dan dia sempat menjadi anggota tim yang mendapat runner up kedua di bidang performance waktu ikut High School Dancer empat tahun yang lalu. Informasi yang tidak penting sebenarnya.

"Itu Sam. Renjun itu yang menari di sayap kiri. Cantik, tapi bukan wanita."

Itu sih Samuel juga tahu karena melihat Jisung yang cuma memerhatikan si kakak yang memakai baju putih kedodoran itu. Sudah pasti itu Kak Renjun kan.

"Tapi, kakaknya sudah lulus ya? Jadi tidak bisa ikut tim lagi?"

Ia membenarkan pertanyaannya dengan bahasa korea yang cukup fasih sambil mengharap jawaban yang menunjukkan bahwa perbincangan tadi tidak penting. Untuk apa membicarakan orang luar, toh tidak berpengaruh ke tim. Jisung yang belum menyadari adanya perubahan tekanan pun langsung menyambar.

"Kak Haechan, kalau Kak Renjun mau masuk tim inti lagi, boleh kan?"


~


Renjun tidak tahu yang mana yang lebih buruk. Dibela bocah kurus tinggi langsing yang baru dikenalnya beberapa minggu, dijadikan taruhan, atau dijadikan tersangka perkelahian dua anggota tim inti gara-gara dirinya yang menolak masuk tim. Renjun tidak tahu, yang jelas semuanya sama-sama buruk.

Di hadapannya adalah Jisung dan Haechan. Mereka berdua berdiri berhadapan di dalam ruangan klub yang saat ini diisi oleh anggota kompetisi tim inti dan cadangan. Renjun tidak sadar bagaimana ia bisa terseret ke dalam situasi di mana dirinya menjadi pusat rebutan dua orang. Oke, bukan rebutan, tetapi bahan taruhan. Di dalam otaknya, sudah tercetus skenario yang mungkin akan menimpanya jika semua ini dilanjutkan.

"Kalau aku menang dari Kak Haechan, Kak Renjun bisa masuk tim inti lagi kan?"

"Aku hanya setuju kalau Renjun juga mau."

BABY O CHICK!Where stories live. Discover now