11 - Latihan (2)

860 115 40
                                    



"One...two.. ULANG!"

Haechan sudah seperti kapten militer yang membawa toa berjalan. Ia benar-benar membuat anggotanya menjadi mesin menari. Jisung sebenarnya tidak menyukai latihan seperti ini karena dia sendiri bisa mengingat dan meniru gerakan dengan cepat. Awalnya, ia kira ia tidak perlu banyak berkeringat ketika ia diperbolehkan break ketika yang lain masih mempelajari gerakan. Namun, sepuluh menit setelah mereka mendapatkan gerakannya, Jisung langsung dipanggil untuk melakukan repetisi gerakan. Hal yang membuatnya kesal adalah ia harus mengulang-ulang gerakan tersebut agar benar-benar persis sama. Haechan menginginkan sinkronisasi tingkat tinggi tapi menurut Jisung, ini bukan gayanya.

"Kak, sepertinya yang beda dari kami cuma Jisung," seorang anak kelas sebelas yang menjadi tim cadangan menunjuknya.

Haechan kemudian mendekatinya, memegang pundak Jisung dengan seringaian yang menyebalkan.

"Hm, coba kulihat."

Jisung menggerakan badannya seperti biasa.

"Kamu hebat tapi kaku ya?"

Bukan kaku, Kak. Ini cuma efek keseringan popping saja.

Haechan kemudian melebarkan kedua tangannya.

"Ini tangan atau tulang, keras amat."

Itu otot, Kak.

Haechan kemudian memegang perutnya lalu menariknya.

"Kirain punya abs, masih bayi ya."

Kaya Kak Haechan punya aja.

"Oke, coba lebarin pahanya."

Huh?

Jisung yang bingung menurut.

"Coba split."

Jisung pucat. 



~


Hari berikutnya.

"Kak, badanku sakit," curhat Jisung ke Renjun.

"Kamu kira kakak nggak?"

"Tapi kakak nggak dapet latihan khusus dari Kak Haechan. Aku dapet!"

"Hahaha"

Renjun tertawa padahal Jisung jelas-jelas cemberut.

"Dipaksa ngapain aja?"

"Split, kayang, trus dibanting-banting."

Renjun tertawa lagi, lebih keras, dan kali ini Jisung boleh sedikit terpana.

"Ya, kamu itu penari hebat tapi gak bisa split kayang. Wajar sih."

"Kan aku nari pake sendi, gak perlu ngerobekin celana juga."

"Yah, mau gimana. Lagipula, kamu itu center. Haechan sampai minta ubah konsep biar kita nggak perlu buat gerakan sinkronisasi yang selevel Just Jerk."

"Oh?"

"Kata Haechan, kebiasaan menari tidak bisa dihilangkan sebulan. Makanya, kami berencana mengubah koreonya."

"Tapi, ngomong-ngomong Kak..."

"Ya?"

"Ubah konsep berarti ubah koreo lagi? Kapan ngubahnya? Kita kan latihan sampai subuh?"

Renjun kembali tertawa. Ia menepuk-nepuk punggung Jisung.

"Buat menang, apa sih yang nggak?"



~


Seminggu kemudian,

"Kak, aku punya ide. Kalau kita kasih masing-masing orang waktu center gimana?"

"Nggak efisien, nanti pesannya nggak nyampe."

"Ugh, kalau bikin karakter per orang?"

"Lama."

Jisung cemberut. Dia ingin membantu penyelesaian koreo tetapi ditolak terus. Gimana bisa selesai kalau begitu? Bisa-bisa latihan untuk besok dan besoknya lagi debat terus.

"Hm, sebenarnya aku cukup setuju dengan ide Jisung."

"Nana?"

"Yah, nggak semua dapet center tapi semua dapet karakter. Jadi, "

"Aku setuju sama Nana. Lagian kita memang rencana cuma ngincer performance, kan? 

"Heh, kutu kupret. Siapa yang barusan ngomong kita cuma ngincer performance?" tanya Haechan emosi.

"Jeno."

"Kita bukan dance cover ya apalagi lomba aerobik. Kita ini lomba High School Dancer, ga peduli sama performance doang. Konsep, ekspresi, kekompakan, kostum, performance, sampai vote penonton juga dinilai. Kalau kita menang performance doang, ga guna title kita sebagai TOP 3 Best School Dancers. Paham gak?"

"Sorry Chan."

"Oke, gini ya. Sebagai ketua, aku bertanggung jawab sama tim ini. Pertama, satuin visi dulu. Kita ke sini gak main-main, yang main-main aku ga pilih sama sekali sebagai tim inti. Kalian di sini terpilih bukan modal cinta dance doang, tapi karena kalian juga siap untuk membawa nama sekolah ini untuk menjadi yang terdepan. Kalau itu aja kalian ga paham dan cuma berpikir untuk membuat penampilan yang senang-senang, buang jauh-jauh itu pikiran. Kita bukan idol yang dibayar, kita cuma siswa SMA. Percuma latihan ga tidur kalau ga ngincer target yang bener...

Okay. Kita istirahat dulu."

Haechan yang benar-benar emosi kemudian mengambil napas dan membalik badan keluar ruangan. Renjun yang melihat otomatis berdiri, tapi kemudian ditahan Jeno.

"Aku aja. Aku yang salah."

Jaemin yang juga ikut berdiri lalu menepuk Renjun.

"Kamu tenangin anak-anak, gih. Pada depresi denger omongan Haechan"

Renjun menggangguk dan kembali ke rekan-rekannya yang sedang menunduk.



~

Suzuku! Alias bersambung

~


Note:

Hayo, siapa yang kangen aku setelah 2 tahun? Ga ada ya? Ya udah deh ya.

Btw, sekali lagi, ini ga janji loh. tapi berhubung soulmate-ku ngga ngelarang-larang nulis, jadi mudah-mudahalan lanjut update chap terus ya. Sayang kalian semua~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BABY O CHICK!Where stories live. Discover now