Cerita ini kutulis saat aku menyukaimu, tapi aku lebih memilih mengungkapkannya dalam bentuk tulisan.
Apakah kalian pernah jatuh cinta pada teman sendiri? Itu yang aku alami.
Aku hanya cewek biasa-biasa saja. Namun, aku berharap bisa membuatmu meras...
Malam ini, aku hanya duduk di balkon dan melihat ruang obrolanku dengan Rizki.
Sepi. Entah mengapa.
Tak seperti biasanya.
Biasanya, Rizki akan menghubungiku duluan. Sekedar mengirim pesan yang sebenarnya tidak begitu penting atau sekadar mengirim pesan suara yang bunyinya memanggil namaku.
Aku rindu Rizki yang dulu, kini ia berubah.
Iseng, aku melihat status yang baru saja ia kirimkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*Sengaja pose ginibiarlucu.*
Aku tertawa singkat membaca caption Rizki dan mengetikkan balasan.
'Caption unfaedah'
Baru beberapa detik terkirim, balasan dari Rizki langsung aku terima.
'Yang penting imut kayak Panda'
'Kok panda?'
Semenit berlalu semenjak aku mengirim balasan berupa pertanyaan. Padahal Rizki sedang online, tapi kenapa pesanku tidak kunjung dibalas?
"Rizki kenapa sih?" gumamku.
Aku benar-benar merasa ada yang berubah dari Rizki, semenjak kejadian Rizki salah kirim pesan padanya 2 hari yang lalu.
Mengingat balasan Rizki, aku pun mencari gambar hewan panda di internet. Tanpa sadar, dari stalking gambar panda berlanjut ke video.
"Ternyata panda emang gemesin, kayak Rizki, wkwk." Aku terkekeh tidak menyangka akan berkata seperti itu.
Panda.
Kini aku tertarik dengan hewan berwarna dominan putih dan hitam itu. Sama seperti aku tertarik dengan manusia bernama Rizki Raden.
***
"KANINA! BANGUN! UDAH JAM ENAM LEWAT!"
Suara teriakan Ibuku menggelegar di dalam kamar. Sontak saja aku langsung terbangun dan melihat ke arah jam yang ternyata masih menunjukkan pukul lima pagi.
"IBU ... MASIH JAM LIMAAAAAAA!" keluhku malas.
Aku membuka ponselku, ternyata pesanku belum dibalas oleh Rizki.
"Rizki ditelpon nggak ya? Udah bangun apa belum?"
Aku memutuskan untuk menelponnya.
Rizkisedangdalampanggilan lain.
"Loh, kok? Rizki telponan sama siapa?"
Pagi itu, pikiranku berkecamuk; kenapa Rizki berubah?
***
Kurangmaksimal ya? Iya. Aku akuin. Stuck banget sama ceritaini, apalagipakeksudutpandang orang pertama, jadi aku agakketeteran juga wkwk. Maafkan.