Bagian 3 : Rindu

612 69 12
                                    

Merindukanmu adalah sebuah kesalahan, karena aku tidak mengelak, malah mengakuinya. Padahal aku tahu rindu ini sebetulnya tidak boleh terjadi.
—Kanina

***

Bel istirahat sudah berbunyi, tapi Kanina masih setia duduk di bangkunya, tidak ada keinginan untuk beranjak.

"Yang, ke kantin yuk!" ajak Wulan yang diangguki Rizki. Setelah mereka berdua berlalu, tinggallah Kanina sendiri.

Indah yang melihat dari belakang Kanina diam menyentuh pundaknya lembut. "Kanina, kantin yuk?" tawarnya yang digelengi Kanina.

"Aku mau ke UKS aja, anterin yuk?"

"Kenapa? Pusing? Atau ...." Belum selesai Indah bertanya, Kanina sudah menggeleng.

Indah tersenyum paham. "Yaudah, yuk."

Febri melihat dan mendengar percakapan antara Kanina dan Indah, dan dia hanya terdiam duduk di atas bangkunya. Tidak berniat melakukan apapun kecuali duduk diam seperti itu.

Sebelum melangkah meninggalkan kelas, Kanina sempat menoleh ke arah Febri. Mata mereka bertemu dan Febri memutusnya terlebih dahulu.

Febri kenapa? batin Kanina heran kemudian berlalu ke UKS.

Febri menghela napas panjang. "Gini-gini amat."

Kemudian ia berdiri dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Sepertinya ia membutuhkan sepiring nasi padang dengan lauk rendang. Perut yang lapar membuatnya terus berpikiran negatif.

Namun, di tengah perjalanan menuju kantin ia melihat Rizki mengusap-usap rambut Wulan.

"Dasar Kecebong bodong, tingkahnya aja kayak suka sama Kanina, jadiannya sama Wulan. Apasih maunya?" Febri bermonolog.

Febri bersiul dan bersenandung saat melewati posisi Rizki dan Wulan, "Entah apa yang merasukimu, hingga kau tega ngebaperin dia, tapi jadi sama temennya. Nananaanana."

***

Di UKS, Kanina berbaring dengan Indah duduk di sampingnya. Kanina mengotak-atik ponselnya lalu tiba-tiba berbicara, memecah keheningan yang sebelumnya terjadi. "Gatau kenapa, pas liat history chat kita itu obrolannya asyik banget, santai, banyak topik, banyak gurauan. Semakin dibaca ke bawah, chat kita jadi semakin singkat, tidak seasyik dulu."


Indah hanya tersenyum melihatnya. "Kanina," panggilnya.

"Iya?"

"Lo kangen sama Rizki?" tanyanya membuat Kanina terdiam cukup lama.

Kanina tersenyum dan mengangguk. "Iya, gue kangen sama dia. Bodohnya gue malah ngakuin kalau kangen dia, padahal gue tau dia milik temen gue. Hahaha," ucapnya lalu tertawa renyah.

"Terus Febri?"

"Gue udah membuka hati untuk dia, tapi dia sekarang berubah. Gak tau kenapa, dan gue tiba-tiba takut kejadian antara gue sama Rizki berulang. Padahal ...." ucapannya menggantung.

"Padahal apa?"

"Walaupun gue kadang masih kangen sama Rizki, tapi kurang-lebihnya, gue udah nyaman sama Febri."

Drrrtttt!

Ponsel Kanina bergetar, sebuah pesan dari Febri.

Gue juga nyaman sama lo.

"Hah?!" teriak Kanina terkejut.

"Kenapa, Kanina?" tanya Indah yang ikut terkejut.

Kanina mendongak dari ponselnya, mata Kanina menyapu sekeliling dan ia melihat Febri di jendela.

Melihat ekspresi Kanina yang terkejut seperti ketahuan dan pipinya merona menahan malu, Febri melambaikan tangan dengan senyum geli.

Kanina memalingkan wajahnya malu ke arah tembok di sebelah kirinya. "Anjir, muka gue mau taruh mana???" desisnya.

***

Maafkan aku yang jarang update.
:')

Panda Boy (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang