Bagian 8 : Asing

338 50 1
                                    

Ketika perjalanan ini telah usai dan ingin kembali. Aku tersadar, kita sudah terlanjur asing.

—Rizki Raden

***

Kanina menghentikan langkahnya saat berjalan menuju parkiran. Dilihatnya pemandangan yang membuatnya terkejut.

Indah yang berjalan di belakang Kanina tidak menyadari dan menabrak punggung Kanina. Hampir saja Kanina terhuyung kalau Febri tidak merangkul pundaknya.

"Kenapa?" tanya Febri kemudian mengikuti arah pandangannya. Begitupun Indah. Mereka melihat Rizki sedang memeluk Wulan yang menangis.

"Oh, ada pemandangan seru toh. Mau lewat muter aja, Tuan Putri?" tawar Febri yan digelengi Kanina.

"Kenapa harus muter?"

"Ya siapa tau, ngeliat yang beginian bikin hati Tuan Putri yang udah terbuka buat aku jadi gagal move on."

Kanina terkekeh. "Apasi anjir, nggaklah. Gue nggak selabil itu kali, Feb."

"Kakanda, Adinda, bisakah kita melanjutkan perjalanan kita?" tanya Indah menyahut.

Kanina dan Febri menoleh dan saling berpandangan. "Pffttt." Mereka tertawa bersama.

Indah berdecak sebal dan berjalan mendahului mereka. "Ndah! Tungguin!" seru Kanina dengan tawanya kemudian berlari mengejar Indah.

Seruan Kanina menyadarkan Rizki dan Wulan, mereka melepaskan diri masing-masing dan melihat Kanina dan Febri yang sedang menertawai Indah. Terlihat bahagia.

Pandangan Febri dan Rizki bertemu singkat sebelum mereka saling memutuskan dengan muka tidak bersahabat.

"Wulan, kita sampai di sini," ucapnya kemudian berlalu. Tinggallah Wulan sendiri dengan perasaan berkecamuk.

***

'Hai?'

Sebuah pesan dari Rizki datang saat Kanina sudah mulai mengantuk dan ingin segera tidur. Hari sudah malam, sedangkan ia besok ada piket pagi.

"Tumben?"

'Iya?'

Besok lo piket ya?

'Iya, kenapa?'

Gapapa si, tanya doang haha.

Oh, hehe.

Kanina tersenyum dan meletakkan ponselnya ke atas bantal sampingnya. "Kaku banget kita sekarang, Ki?" ucapnya sebelum jatuh ke alam mimpi.

Saat Kanina sudah terlelap. Ada pesan baru dari Rizki masuk.

'Nice dream, Kanina.'

***

Di atas kasurnya, Rizki memandang pesan yang baru saja ia kirim. Tidak ada balasan. Rizki mendongak dan mengusap wajahnya dengan diiringi helaan napas berat.

Tanpa sadar, setitik air mata lolos dari mata kirinya yang langsung ia usap.

"Kebodohan dalam mengambil keputusan. Seandainya dulu gue gak ambil keputusan ini dan bakal nyakitin Kanina," ucapnya dan kembali memandang ke ruang obrolan di ponselnya dengan mengucap, "Kita sudah terlanjur asing."

***

Violaaaaa. Baubau mau end nih
Wheuehuheu

Panda Boy (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang