Chap. 9

184 18 4
                                    

.
.
Perempuan setengah baya -dengan paras dan wajah yang masih cantik- melangkahkan kakinya menuju kekamar sang anak tertua.

Ia membuka pelan pintu, menengok kearah dalam. "Jiwoon-ah." Panggilnya, sang anak menoleh. Melihat sang ibu yang tengah berdiri diambang pintu kamarnya.

Baekhyun berdiri dari duduknya, lalu menghampiri sang Ibu. Senyum menawan menghiasi wajahnya yang tampan.

"Keluarlah dulu. Makan malam sudah ibu siapkan." Baekhyun mengangguk, dan tersenyum lebar. Sang ibu pergi setelah itu. Meninggalkan Baekhyun yang sekarang tengah mematung diambang pintu.

Kedua matanya terpejam, ia seolah melihat ingatan yang persis seperti ini. Seorang wanita paruh baya menyuruhnya untuk makan, lalu elusan dipuncak kepalanya entah kenapa bisa ia rasakan. Tubuhnya merosot jatuh, kedua tangannya memegang kedua sisi kepalanya. Rasanya sungguh sakit, seperti ia dipaksa untuk mengingat sesuatu.

"Kak. Kak Jiwoon, kenapa?" Eunwoo yang kebetulan melewati depan kamar sang kakak, menghampiri Baekhyun saat dilihat sang kakak tengah kesakitan.

"Kak!" Eunwoo mengguncang tubuh Baekhyun, tidak ada respon. Baekhyun masih saja mendesis kesakitan dan kedua tangannya yang masih meremat kedua sisi kepalanya.

Eunwoo memeluk sang kakak. Bermaksud untuk menenangkan sang kakak dan berharap pelukannya bisa meringankan sakit sang kakak.

"Bu! Ibu! Ibu!!"

Sang ibu berlari dengan tergesa saat mendengar teriakan anaknya. Dadanya bergetar, rasa khawatir menyusup dengan cepat kedalam dadanya.

Ia berlari, dan masuk kedalam kamar Baekhyun. Sampai disana, ia melihat Eunwoo yang tengah memeluk Baekhyun dengan erat.

"Kenapa dengan kakakmu?" Sang ibu bertanya dengan khawatir. Raut cemas tak bisa ia hindari.

"Aku tidak tahu, bu. Begitu aku melihatnya kak Jiwoon sudah seperti ini."

"Jiwoon-ah... nak, kamu dengar ibu, kan?" Ibu mengelus pelan kepala Baekhyun, menyalurkan rasa hangat.

Baekhyun masih saja tidak merespon. Sesekali bahkan tangannya memukul kepalanya sendiri. "Kepalanya sakit, aku rasa. Bagaimana ini, bu." Rasanya Eunwoo ingin menangis.

"Tuntun kakakmu sampai tempat tidur. Dan baringkan kakakmu disana." Perintah sang ibu.

Eunwoo menurut, memapah Baekhyun dan menidurkannya diatas tempat tidur. Begitu merebahkan dirinya, Baekhyun membuka mata. Kedua matanya terlihat sangat sanyu.

"Mama." Panggilnya, dan setelah itu ia tak sadarkan diri.

.

Baekhyun jatuh pingsan. Rasa sakit yang dirasakannya membuatnya tidak bisa bertahan. Rasanya sakit sekali, seakan-akan kepalanya terbelah jadi dua.

Ibu kembali dengan membawa baskom berisi air hangat dan handuk kecil. Mungkin mengompres Baekhyun bisa membuatnya lebih baik.

"Kamu makanlah dulu, biar ibu yang menjaga kakakmu."

"Tapi bu,"

"Sana makan dulu. Habis itu kamu boleh jaga kakakmu." Eunwoo mengangguk, dan keluar dari kamar Baekhyun.

Meski bukan saudara kandung. Meski baru beberapa bulan bersama, Eunwoo merasa senang karena ia bisa merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang kakak. Bagaimana rasanya memiliki seseorang yang peduli padanya, perhatian padanya dan membelanya saat dimarahi oleh sang ibu.

Eunwoo berterima kasih untuk itu. Meski ia juga merasa kasihan pada Baekhyun. Ia tidak ingat apa-apa, bahkan namanya pun ia lupa.

Ia ingat saat pertama kali Baekhyun menginjakkan kakinya kerumah ini. Waktu itu sang Ibu pulang terlambat. Karena ada kecelakaan lalu lintas dan bus yang ditumpagi oleh ibunya tidak bisa melaju dengan cepat. Waktu itu sang Ibu turun dari bus untuk melihat siapa yang mengalami kecelakaan. Itu kecelakaan tunggal, menurut saksi mata yang melihat kejadian. Seorang pengendara motor melajukan kendaraannya dengan cepat, dan karena mengindari kucing yang tiba-tiba menyebrang jalan, sang pengguna motor membanting stir dan menabrak pembatas jalan.

Remember ? 🐾 ChanBaekWhere stories live. Discover now