Extra Part 2

12.5K 681 97
                                    

Alvin’s pov

Aku menatap Alvan yang tiduran di sofa dengan gitar di pelukannya, terlihat jelas bahwa dia sedang bosan. Di sebelahnya, Canny tidur nyenyak saking lelahnya bermain bersamaku dan Alvan.

“Kita melakukan apa lagi ya, Alvin? Hari ini kita sudah melakukan banyak hal. Princess Canny sudah tidur karena lelah, tapi aku tidak merasa lelah sedikitpun.”

“Pindahkan dulu Canny ke kamarnya, akan ku pikirkan hal yang menarik.”

Alvan menatapku dengan wajah kesalnya, “Kenapa harus aku?”

“Lalu siapa? Aku? Bahkan berdiri saja aku belum bisa.” Alvan mendengus, ia bangkit dari acara tidurannya dan menggendong Canny menuju kamarnya. Memangnya aku salah? Jika aku bisa melakukannya sendiri, aku tidak akan menyuruhnya.

Sungguh.

Hah sudahlah.

Aku menghela napas panjang dan menatap ke arah pintu rumah yang tertutup rapat. Sekarang ini Mama dan Daddy pasti sedang bersenang-senang, tentunya mereka tak perlu mengkhawatirkan apapun karena aku ada untuk mengawasi semuanya.

Aku pun sangat tenang karena Mama pergi dengan Daddy, semua orang tahu bagaimana bertanggung jawabnya Daddy kesayanganku itu.

“Alvin, tiba-tiba aku memikirkan sesuatu.” Aku menoleh ke arah Alvan yang kembali duduk di sofa dan menatapku dengan wajah seriusnya.

“Beberapa bulan ini hubungan kita dengan Papa semakin membaik, aku penasaran bagaimana perasaan Daddy. Di depan kita Daddy selalu tersenyum seolah tak ada masalah dengan itu, tapi dalam hatinya siapa yang tahu?”

“Aku memikirkan hal yang sama. Menurutku mungkin saja Daddy cemburu melihat kedekatan kita dengan Papa. Mengingat selama sepuluh tahun lamanya kita hanya memilikinya sebagai ayah, lalu sekarang kita membagi kasih sayang pada Papa.”

Alvan mengangguk, “Itulah yang ku pikirkan. Bukankah kebiasaan Daddy berpikiran hal buruk? Aku takut Daddy memikirkan hal buruk tentang kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Kekhawatiran Alvan ku rasakan juga, hidup bersama Daddy selama hampir tiga belas tahun membuatku memahami bagaimana sifatnya itu.

“Haruskah kita menunjukkan padanya bahwa walau bagaimanapun kita lebih menyayanginya daripada Papa?”

“Lalu bagaimana dengan Papa? Papa pasti sedih mengetahui kita lebih menyayangi Daddy.” Aku menghela napas panjang dan menutup mataku, hal seperti ini cukup memusingkan juga.

“Kita tunjukkan saja bahwa kita menyayangi mereka berdua dengan porsi sama. Dengan begitu tidak akan ada yang sedih.” kataku pada Alvan yang mengangguk setuju. “Hal yang terpenting adalah kita tidak boleh terlihat lebih menyayangi Papa di depan Daddy.”

Kedua mata Alvan memicing, “Jika disuruh memilih, siapa yang kau pilih. Papa atau Daddy?” aku menelan ludah, apa yang harus ku katakan sekarang?

Tentu saja aku memilih Daddy kesayanganku. Walaupun hubunganku dengan Papa membaik, bukan berarti aku menjadikannya ayah favoritku. Yang menjadi favoritku tetaplah Daddy Azril, apapun yang terjadi.

“Kau sudah tahu jawabannya.”

Alvan menatapku dengan tatapan laser, tampak tak puas dengan jawabanku. “Kau sendiri bagaimana? Kau lebih memilih Papa?”

Second Love : Separuh NyawaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora