Part 13: What the hell

21.1K 1.3K 25
                                    




You know I know how, to make 'em stop and stare as I zone out

- Flo Rida, Club can't handle me


[LINDA]

Aku mengekori langkah Oliver menyusuri sebuah area yang tidak akan pernah kudatangi sendiri di daerah utara Jakarta. Hari ini tepat sehari setelah aku menandatangani kontrak kerjasama tersebut, Oliver mendadak menjemputku di kontrakan. Bikin aku beneran kaget nemuin dia udah di depan rumahku setelah telpon singkat di minggu pagi yang minta aku untuk buka pintu rumah. Mimpi apa gue sampe harus ketemu dia 3 hari berturut – turut.

"Ini kita mau kemana sih Pak?" tanyaku setelah memilih bungkam sedari aku menaiki mobilnya tadi. Percuma juga berusaha ngomong sama orang yang cuman melengos setiap aku ajak ngobrol, bikin emosi.

Oliver tidak menjawab tetap berjalan lebih cepat sampai akhirnya kita berhenti di depan sebuah rumah dengan tulisan Laundry kiloan di depannya.

Aku terperangah dibuatnya. "Ngapain bapak ngajakin saya ke Laundry kiloan pagi – pagi gini Pak" cercaku sebal. "Yang bener aja."

Oliver hanya diam sambil mendengus, tapi yang bikin aku kaget adalah waktu dia mendadak meraih tanganku dan menggenggamnya erat. "Apapun yang terjadi nanti, jangan pernah jauh dari saya."

Ucapannya tegas dan aku bisa membaca aura mengancam didalamnya bikin aku mengangguk dan semakin mengeratkan tanganku di dalam genggamannya sebelum mengikutinya masuk ke dalam toko Laundry tersebut.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya pria paruh baya dengan wajah ramah yang menyambut kami.

Laundry itu kecil tapi terawat dan sangat bersih. Nuansa biru tampak mendominasi ruangan ini. Sungguh bertolak belakang dengan lokasi tempat laundry ini berada yang terletak tepat di tengah salah satu lokasi paling dihindari se-Jakarta Raya.

"Saya mau ambil cuciannya Bu Susi, Dry Clean." Ucap Oliver tegas.

Aku berdiri bingung di sebelahnya sambil menatapi Oliver. What the...? Who the hell is Bu Susi? Apa jangan – jangan Oliver ini cuman acting CEO di Roscorp? Sebenernya dia cuman babunya Bu Susi, sedangkan pemilik sebenarnya adalah si Bu Susi ini? batinku dalam hati. Pikiran itu memang absurd, tapi sumpah aku bakal seneng banget kalo itu ternyata bener.

Aku terpaksa menunda imajinasi gilaku karena sejenak kemudian sang Bapak paruh baya mengucapkan kalimat yang bener – bener bikin aku kaget.

"Maaf nak, tapi dry clean Bu Susi banyak banget. Bapak gak kuat, apa bisa tolong diambil sendiri di belakang?" pinta si Bapak sambil menunjuk pintu di sisi kirinya.

Astogee... jadi Laundry ini juga self-service? Aku hampir ketawa terbahak – bahak ngebayangin Oliver ngangkatin Laundry segambreng kalo aja gak menangkap wajah Oliver yang tampak serius. Dia gak pernah terlihat seserius ini sebelumnya, dalam meeting terpenting dengan Resolve sekalipun.

Oliver mengangguk ke si Bapak sambil menarik tanganku ke pintu tersebut.

Untung aja aku tadi gak jadi ketawa terbahak – bahak karena begitu pintu itu dibuka apa yang ada dibaliknya bikin aku nyaris berhenti bernafas.


Aku tiba di ruangan yang penuh dengan Laundry yang sudah selesai disetrika dengan 2 orang berbadan besar yang dipenuhi tato berdiri dibaliknya. Mereka menatapi aku dan Oliver dengan tajam sebelum akhirnya berbicara ke kita.

"Nama?" tanya yang lebih tinggi sambil merapat di depan Oliver, aku bergidik.

"Oliver Rosco" jawab Oliver tegas.

Aku terbengong, ini Laundry apaan sih?

Oliver tampaknya tahu keresahanku karena ia meremas lembut tanganku yang ada di genggamannya, dan sedikit banyak itu membantuku lebih tenang.

"Biarin mereka masuk." Tiba – tiba ada suara yang terdengar dari intercom diujung ruangan. Aku bahkan gak sadar kalo disitu ada intercom. Di sudut lain kulihat ada CCTV yang mengarah persis ke pintu dimana kami tadi masuk. Pasti siapapun itu yang barusan berbicara bisa melihat kami dari sana.

Pria yang tadi berbicara dengan Oliver mengangguk ke arah CCTV sebelum kemudian menarik sebuah plastik laundry yang tampak besar. Dan seperti film – film fiksi yang sering kutonton, tidak lama setelah plastik itu ditarik, lemari di sisi kananku mendadak mengayun terbuka memperlihatkan ruangan lain di baliknya.

Aku pasti sudah ternganga lebar karena sebelum kami melangkah masuk Oliver kembali berbisik "Inget apa yang aku bilang tadi Linda."

Aku mengangguk. Gugup.


Waktu kami tiba di ruangan tadi kami berhadapan langsung dengan seorang pria tinggi besar yang berdiri tegak membelakangi Oliver. Dan saat dia berbalik aku langsung merasa nyaris pingsan karena aku tahu siapa dia.

Namanya Valian, dialah rentenir tempat Leon berhutang selama ini.

Namanya Valian, dialah rentenir tempat Leon berhutang selama ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

kenalin, namanya Valian *tunjukmulmed*


---

Happy weekend Beautiful people... voments yess...

HeartbeatWhere stories live. Discover now