Part 24: Where are you

21.3K 1.3K 25
                                    

As Valian says in the previous chapter: Oliver itu cemburuan. So, karena gue masih bete sama dia, sementara gue bakal bikin dia senewen dengan bikin Linda 'hilang' dan dengan memasukkan towo – towo lucu di chapter – chapter berikutnya. Waka waka waka.. *authorjahanam*


---

Don't it always seem to go, that you don't know what you've got 'til it's gone

- Counting Crows, Big Yellow Taxi


[OLIVER]

Sudah beberapa hari aku mencari Linda tanpa hasil. Di hari Linda meninggalkanku di Bandung, di hari itu juga aku kembali ke Jakarta dan mulai mencarinya. Benar – benar mencarinya. Jadi sulit karena Linda memblokir nomor teleponku dan tidak mengangkat telpon dari nomor – nomor sekali pakai yang aku beli hanya untuk bisa menghubunginya.

Aku bisa gila.

4 hari aku mencarinya tanpa hasil, Linda menghilang bagai ditelan bumi. Dia tidak ada dimanapun. Tidak di rumahnya, tidak di rumah teman – temannya, bahkan tidak di daftar tamu hotel – hotel ataupun daftar orang yang dirawat di rumah sakit se-Jabodetabek.

Ya, aku melakukan beberapa tindakan gila untuk bisa menemukan Linda. Aku meminta Aric untuk ikut mencari Linda dengan dalih ada pekerjaan besar yang harus ku diskusikan dengan Linda saat itu juga padahal Linda masih cuti dari kantornya. Untunglah aku merupakan salah satu klien terbesar Resolve sehingga Aric dengan suka rela mencari Linda ke semua lingkup pertemanan mereka tanpa curiga.

Aku meminta Ethan yang pengusaha housing, hotel dan resort untuk memakai koneksinya dan mencari nama Linda di daftar tamu semua hotel di Jabodetabek.

Aku memakai nama besarku sendiri dan menggunakan koneksi ku untuk mengecek daftar nama pasien yang masuk ke rumah sakit sejak hari Linda meninggalkanku, bahkan mengecek namanya di semua daftar penumpang penerbangan komersil yang keluar dari Jakarta dengan tujuan manapun. Nihil.

And to top it all, I finally call Adrian today. Aku nelpon Adrian cuman buat nanya apa dia lagi sama Linda atau nggak yang langsung dihadiahi tawa tanpa henti. Adrian si polos yang gak peka itu bener – bener gak sadar kalau dia adalah sumber kegilaan ini. Sial!

Aku bisa membohongi Aric dan Adrian dengan dalih bisnis, tapi membohongi Ethan agak lebih challenging. Ethan tahu pasti track record ku dengan wanita dan tidak ada satu wanitapun yang bisa membuatku melakukan hal – hal gila seperti yang sekarang kulakukan. Tidak setelah Ally. Lebih sulit lagi karena Ethan punya photographic memory, dia ingat semua hal, sehingga aku harus merancang kebohongan dengan sempurna hanya demi ditolong sama dia.

Tapi nyatanya, semua usaha itu tidak membuahkan hasil apapun, bikin aku ngerasa gak berarti karena bahkan nama besarku tidak bisa menemukan Linda kembali. Bahkan tidak dengan bantuan Danar, detektif yang biasa kusewa, orang yang tidak pernah gagal dalam mencari apapun. Diapun tidak berhasil menemukan Linda.

Kepergian Linda, tanpa kusadari kembali membuatku merasa hampa. Untuk ketiga kalinya dalam hidupku aku merasa berada di titik terendah dalam hidupku. Ya, tiga kali. Yang pertama waktu Ibuku meninggal, yang kedua waktu Ally meninggal, dan ketiga ini.

Aku yakin Linda baik – baik saja di manapun dia berada saat ini, tapi ketiadaan Linda di sisiku dan rasa bersalah yang semakin hari semakin mengungkung benar – benar menyisakan sesak yang kian menggerogoti. Mimpi burukku juga semakin menjadi. Kali ini bukan hanya mimpi tentang Ally, aku juga kerap memimpikan Linda yang sedang menangis dan itu bikin insomniaku menjadi semakin parah.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang