《2》

44.4K 9.4K 2.6K
                                    

"Jinyoung!"

Jinyoung yang baru aja naik ke motornya langsung menoleh dan melihat Guanlin berlari kecil menghampirinya.

"Liat Daehwi sama Samuel, gak?" Tanya Guanlin.

"Bukannya mereka udah pulang?" Tanya Jinyoung balik.

"Tasnya masih ada di kelas."

Jinyoung memijat pelipisnya lalu turun dari motor. Padahal dia udah niat nyalain ac di rumah lalu tidur. Kepalanya pusing karena banyak tugas, dari osis lah, pr lah.

Jadi, sebagai ketua osis dia gak mungkin dong biarin dua temennya tiba-tiba ngilang.

"Tiga puluh menit lagi mau jam enam, gimana ya?" Gumam Guanlin khawatir.

"Terus kenapa lo masih di sekolah? Kan bel pulang udah bunyi sejam yang lalu," tanya Jinyoung heran.

"Tadi gue ke kamar mandi, pas balik ke kelas kamera gua yang ada di kolong meja tiba-tiba ilang. Gue panik lah, ya gua cari. Isinya kan buat osis semua," jelas Guanlin panjang lebar dalam satu tarikan nafas.

"Terus ketemu?"

"Di perpus, padahal gue gak kesana sama sekali."

Jinyoung makin pusing. "Ya udah, sekarang kita cari Daehwi sama Samuel. Sepuluh menit sebelum jam enam mereka belom ketemu, gue balik."

Guanlin mengangguk setuju. Pertama, mereka ke lapangan sekolah karena deket, jadilah mereka nyari kesana.

Kondisi lapangan sepi, seram juga. Tapi ada satu hal yang narik perhatian mereka.

Sebuah tas berwarna hitam dengan gantungan nama bertuliskan Yang Jeongin di atas kursi panjang dekat ring basket.

"Woi!"

Refleks mereka menoleh ketika ada yang manggil.

"Hyunjin, lo ngapain disini?" Tanya Guanlin bingung.

Hyunjin juga gak kalah bingung, jadi dia berjalan mendekat ke arah mereka berdua.

"Liat Jeongin, gak?"

"Itu tasnya," kata Jinyoung sambil nunjuk tas hitam di atas kursi panjang tersebut.

"Emangnya kenapa, sih?" Tanya Guanlin.

"Harusnya dia udah selesai basket sama Felix. Tapi gue telpon gak di angkat, bisa mati diomelin Seungmin ini mah," jawab Hyunjin panik.

Jinyoung mengerutkan alisnya heran. "Daehwi sama Samuel juga ngilang. Apa mereka lagi bareng?"

"Gue gak peduli mereka bareng atau enggak, yang penting sekarang kita harus pulang," ucap Hyunjin final.

Jinyoung dan Guanlin diam, nggak tau harus membalas apa.

"Hyunjin, lo ikut gue sama Guanlin. Kita cari Daehwi, Samuel, sama Jeongin bareng-bareng."

Mereka memutuskan untuk nyari ke dalam gedung sekolah.

Tapi, mereka yang baru aja mau jalan terkejut dan langsung mematung di tempat.






















Karena tubuh seseorang jatuh dari atas dengan pisau yang menancap di kepalanya.

Seketika tanah yang awalnya berwarna cokelat berubah menjadi merah akibat genangan darah.

"K-kak Chanwoo!"

Mereka saling melempar pandang. Sedetik kemudian, sebuah tempat muncul di otak mereka.

"Rooftop!"

























































BRAK!

Seungmin menggebrak meja di depannya karena emosi.

"Sampe gue tau siapa yang ngunci pintu, gak bakal gua maafin!"

Jisung yang duduk di depannya merinding. "Min, kayaknya kita semaleman bakal di sekolah."

Seungmin langsung natep Jisung tajam. "Maksud lo apa?"

"Lo tadi liat, gue udah nyoba dobrak pintu tapi gak kebuka. Sementara jendela kelas gak gampang dipecahin. Terus kita mau keluar lewat mana?"

"Ada satu cara."

Jisung yang awalnya udah pasrah langsung semangat dengernya.

"Apa?"

"Kita turun lewat luar."

Jisung membulatkan matanya kaget. "Ya kali! Lo mau kita berdua patah tulang atau lebih parahnya mati? Kelas kita ada di lantai tiga, satu kesalahan bisa fatal. Kalo ada tali gue masih mau, tapi kalo cuma pegangan sama jendela ogah ya," cerocosnya panjang lebar.

"Ck, gue juga gak mau kali. Gue masih sayang nyawa."

"Ngomongin soal nyawa, gue jadi takut," cicit Jisung sambil sedikit nundukin badan.

"Kalo menurut gue, kematian anak-anak yang meninggal gara-gara jam enam pasti ulah manusia. Gak mungkin hantu. Tapi tenang aja, kita berdua pasti bisa pulang dengan selamat," ucap Seungmin setelah diam beberapa saat.

"T-tapi, Min. S-sekarang udah jam enam pas."

Seungmin terbelalak nggak percaya. Dia langsung mendongak buat liat jam dinding di depan kelas.

"Mampus."

"Hi, ready for the game?"




"LO SIAPA?!"




Tiba-tiba muncul suara dari speaker kelas yang terpasang di sudut langit-langit kelas, disusul teriakan marah seseorang dari koridor sekolah.

"Loh, itu kan suara Renjun!"

[1.5] 18.00 | 00line ✓Where stories live. Discover now