《8》

33K 8.8K 4K
                                    

BRAK!

Pintu rooftop dibuka dengan kasar hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

"BAE JINYOUNG!"

Tanpa aba-aba Felix langsung nonjok muka Jinyoung sampai jatuh tersungkur.

"Lo gila, hah?! Jisung punya salah apa sama lo!" Teriak Felix dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Jinyoung bergeming, kepalanya tertunduk dan dia terus menggumamkan satu kalimat.

"Bae Jinyoung bodoh, Bae Jinyoung bodoh, Bae Jinyoung bodoh."

"Gak usah sok menyesal! Kenapa lo dorong Jisung, hah?!"

Felix kembali melayangkan pukulan ke wajah Jinyoung yang hanya diam.

"Lix, udah." Seungmin maju menghampiri Felix lalu membawanya pergi.

"Young, gua gak nyangka lo bisa berbuat hal kayak gitu," ucap Hyunjin kecewa.

Jinyoung menoleh, lalu menggeleng. "B-bukan gue! Kalian harus percaya sama gue!"

Hyunjin menatap Jinyoung nanar, kemudian dia langsung narik tangan Jeongin pergi.

Jinyoung terdiam, membiarkan hening menyelimutinya.

Dia mengusap darah yang ada di sudut bibirnya akibat pukulan Felix.

Kedua tangannya terkepal, matanya menatap tajam pintu rooftoof yang terbuka lebar.

Mendengar langkah kaki, dia mengambil nafas dalam-dalam lalu berjalan ke arah pintu.

"Jinyoung."

Jinyoung menunduk ke arah tangga, dan mendapati sosok Jeno yang tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

"Gue percaya sama lo."

Jinyoung membulatkan matanya tak percaya. "J-Jeno."

"Mana Jinyoung yang tegas dan selalu bisa nyelesaiin masalah. Buktiin kalo elo bisa selamatin nyawa kita yang tersisa."

Jinyoung menghela nafas, lalu menerima uluran tangan Jeno.

"Makasih karena udah percaya sama gue, Jen."

Jeno terkekeh lalu merangkul Jinyoung. "Itu gunanya sahabat."

Jinyoung ikut tersenyum.

"Tadi lo udah berusaha nyelamatin Jeongin, kan? Gue liat semuanya. Karena itu gue percaya sama lo."








































"Gua gak nyangka Jinyoung ngelakuin itu! Punya dendam apa dia sama Jisung!"

Nggak ada yang berani menyahut. Mereka membiarkan Felix melampiaskan amarahnya dengan berteriak mengeluarkan uneg-unegnya.

"Lix, bener kan apa kata gue? Jinyoung itu penjaganya."

Felix langsung natap Jaemin. "Terus lo mau apa?"

"Yang udah ketahuan harus dibunuh, peserta atau penjaga. Karena itu bisa ngerusak game yang gue buat."

"Heh, siapapun lo keluar! Jangan cuma ngomong lewat speaker doang, pengecut!" Teriak Seungmin emosi.

"Nanti gue bakal keluar, kok. Waktunya belom tepat. Hehe."

"Tunggu bentar, maksud lo kita harus bunuh Jinyoung?!" Tanya Hwall dengan mata membulat.

"Ya iyalah. Dia bisa ngancem nyawa kalian. Lagipula, gue suka bunuh-bunuhan."

"Dia temen gue! Jangan ada yang bunuh dia!" Cegah Daehwi.

Samuel mengangguk setuju. "Kita belom punya cukup bukti buat nuduh dia sebagai penjaga."

"Ck, bukti apa lagi? Dia yang ada di rooftof udah jadi bukti yang kuat untuk buktiin kalo dia penjaga," decak Jaemin.

Hwall menggeleng tegas. "Gue gak mau kayak tadi lagi, ya."

"Itu satu-satunya biar kita selamat! Kita harus bunuh Jinyoung!" Seru Haechan yang sejak tadi diam menyimak.

"Gak bisa! Kalo elo mau bunuh Jinyoung, lewatin mayat gue!"

Suasana mendadak panas ketika Haechan sama Daehwi saling bertatapan sengit.

"Ehm, g-gue pengen kasih tau sesuatu."

Hyunjin mengernyit lalu menatap Jeongin bingung. "Kok gugup gitu? Lo nyembunyiin sesuatu?"

"S-sebenernya, Jinyoung nyelametin gue dari penjaganya pas gue mau ngejar Felix, di waktu game ini mulai."

"Hah?!" Mereka semua kaget, nggak percaya.

"Kenapa lo gak bilang dari tadi?!" Tanya Felix tambah emosi.

"G-gue takut kalo penjaganya denger. Kalian pasti juga gak percaya sama gue."

Seungmin menghela nafas. "Jeong, seharusnya lo bilang dari awal."

"Ma-maaf."

"Udah, sekarang kita sembunyi lagi. Waktu berkumpul masih lama," sahut Jaemin.

Seungmin teringat sesuatu. Kemudian dia menatap Jaemin tajam. "Lo termasuk pelakunya!"

Jaemin terkesiap. "G-gue?"

"Kita nemu clue, isinya tanda min. Itu jelas-jelas lo!"

"Kenapa gue?"

"Nama lo, Jae Min."

Mendengar itu Jaemin langsung mendecih sinis. "Lo juga ada, Seung Min," ucapnya penuh penekanan saat menyebut nama.

"Dan lo, Hwi!"

"Apaan, sih? Kok jadi gue?"

"Clue kedua yang kita temuin, gambar tangan kiri yang lagi nulis. Lo kidal, itu udah jelas."

"Ck, bisa aja lo sendiri, Min. Lo ikut sembunyi dan pura-pura gak tau apa-apa karena lo traitornya," komentar Haechan.

"Clue yang ditemuin sama Daehwi, Jinyoung bilang Jaemin. Clue yang ditemuin Hyunjin, itu juga Jaemin karena dia mendadak jadi pendiem."

Jaemin berdecak nggak suka mendengar penjelasan Seungmin.

"Nih ya, gue ralat penjelasan lo. Clue pertama, orang yang gak terduga ya Jinyoung. Dia ketos, perilakunya juga selalu baik. Siapa tau aja, kan? Clue kedua, yang mendadak jadi pendiem gak gue doang. Ada Haechan, Daehwi, Jeongin, sama lo sendiri, Min. Kalaupun maksud cluenya orang yang gak banyak omong, ya Hwall, Hyunjin, Guanlin, sama Jinyoung. Udah dua clue nunjuk dia."

"Clue ketiga, tanda min. Bisa aja orang yang punya mata minus. Ada dua orang, Guanlin sama Jinyoung. Clue keempat, Jinyoung suka niruin Daehwi kalo lagi nulis. Empat clue udah ngarah ke dia."

Semuanya mendadak diam, penjelasan Jaemin bisa aja benar.

Tapi, otak pintar Seungmin berjalan lancar dan mencerna semuanya. "Kenapa lo seolah-olah nyudutin Jinyoung? Semua penjelasan lo ngarah ke Jinyoung, padahal kan ada banyak orang yang masuk ke dalam clue."

"Karena emang Jinyoung pelakunya."

"Terus, gue liat lo ninggalin Sanha sama penjaganya. Lo sengaja ninggalin dia, kan?"

[1.5] 18.00 | 00line ✓Where stories live. Discover now