《13》

31.8K 8.1K 1K
                                    

"Young, lo yakin kita lewat sini?"

"Yakin lah, emang kenapa?"

"Perasaan gue gak enak. Lewat tangga yang satu lagi aja, yuk."

"Ya udah, tapi hati-hati."

Samuel mengangguk. Di depannya, Jinyoung berjalan dengan langkah sepelan mungkin supaya nggak bikin suara sekecil apapun.

"Sam, lo denger sesuatu gak, sih?"

Samuel mengernyit, lalu menggeleng.

Baru aja Jinyoung mau nengok ke belakang, Samuel lebih dulu berteriak dan langsung ambruk ke lantai.

Sontak Jinyoung berjengit kaget dan menoleh ke arah seseorang yang sedang menghampirinya.

"L-loh?!"

"Gue belom mati, Young. Jadi, Samuel yang gantiin, ya."

Jinyoung mengalihkan pandangannya ke arah Samuel yang nampak terbaring kaku di lantai tanpa deru nafas yang terdengar.

"SAMUEL!"

Daehwi yang baru sampai menganga nggak percaya melihat sahabat seperjuangannya tergeletak di lantai dengan lubang kecil yang mengeluarkan darah di dadanya.

"Hwi, katanya lo ada di pihak gue? Biarin aja lah si Samuel mati."

"Dia temen gue! Lo udah janji gak bakal bunuh Samuel selain di tangan gue sendiri."

Orang itu mendecih. "Tapi apa? Lo malah biarin dia hidup, bareng orang yang paling gue benci."

Jinyoung mengepalkan tangannya erat. "Ternyata ini sifat asli lo? Yang baik di depan guru tapi aslinya psikopat."

"Terus kenapa? Lo mau mati sekarang? Eh, kayaknya gue punya ide seru."

Jinyoung melirik Daehwi sekilas. Temannya itu mengirim sinyal untuk lari dari sana.

Namun terlambat, karena orang itu langsung menembak Daehwi tepat di dahinya hingga langsung ambruk tak bernyawa.

"Sinting ya lo! Dia temen lo sendiri!" Teriak Jinyoung geram.

"Temen? Gue gak punya temen."

Orang itu diam sejenak, lalu tersenyum miring.

"Gimana kalo kita ke lapangan? Kita selesaiin secara laki-laki. Lo nolak, gue pencet tombol yang ada di saku baju gue dan boom! Meledak deh."














































"Jen, tembakannya udah kedengeran dua kali. Firasat gue bener-bener buruk."

"Gue yakin mereka pasti berhasil kabur."

Hyunjin yang mendengar percakapan Jeno dan Felix hanya bisa diam menyimak.

Jujur, dia nggak mau kehilangan temannya lagi.

"Hyunjin, jangan bengong."

Lamunannya langsung buyar, dia menatap Felix lalu menggeleng pelan.

"Gue takut, Lix, Jen."

"Lo gak usah takut, mereka bakal baik-baik aja selagi lo berdoa."

"Ta-tapi gue-"

"Felix bener, lo jangan berpikiran buruk," sahut Jeno.

Felix merangkul Hyunjin lalu mempercepat langkahnya. Hyunjin menghela nafas pasrah lalu mengikuti kecepatan langkah temannya itu.

Namun, sesuatu menarik perhatiannya.

Sesuatu di balik pot bunga, di balik lemari, dan di sudut koridor.

Sebuah benda berwarna merah berkedip-kedip.

Hyunjin langsung terbelalak dan langsung menarik lengan kedua temannya itu untuk menjauh.

"AWAS!"














DUAARR!


























Pendek lagi ya :(

lagi ga ada ide, bener deh.

Btw, member TXT ganteng banget dong :)

[1.5] 18.00 | 00line ✓Where stories live. Discover now