TPOL (18) "Perasaan Aneh"

141 13 0
                                    

Ify duduk di ruang tengah, tangannya sibuk menganti channel TV. Menurutnya, tidak ada satupun saluran TV yang manarik perhatiannya. Ia melirik jam dinding, sudah lama pula dirinya menunggu Cakka di depan TV. Bosan? Jelas. Sebenarnya, bisa saja Ify menunggunya di kamar, tapi karena tidak ada kerjaan jadinya ia lebih memilih menunggu Cakka di sini.

Sembari menunggu Cakka, seketika bayangannya jatuh pada seoarang cowok yang beberapa kali ini menganggu pikirannya. Ify merasa aneh pada salah satu teman kakaknya itu, seperti sedang mendekatinya.

"Ganti channel mulu, sini remotnya."

Ify tersentak atas perlakuan Cakka yang langsung merebut remot dari tangannya. Cakka tidak tahu apa kalau Ify sedang melamun? Menyebalkan.

"Ngangetin aja sih!" ucap Ify, mengatur nafasnya. "Dari mana aja? Ify nungguin tahu."

Cakka menyengir, "Habisnya lo ganti channel mulu."

"Nunggu kak Cakka, ditungguin lama banget," kata Ify.

"Cieee... nungguin gue, kangen ya?" Cakka menaik-turunkan alisnya, Ify mendelik malas.

"Nggak tuh."

"Masa?" Cakka mengambil satu toples cemilas di atas meja, lalu memakannya.

"Kak Cakka kasih nomor Aku ke orang itu?" tanya Ify to the point dan mengabaikan pertanyaan Cakka sebelumnya. Ia sudah terlalu penasaran, siapa orang yang menyebarkan nomornya ke sembarang orang?

"Orang itu siapa?"

"Ya temen kak Cakka," ketus Ify.

Sejenak Cakka berpikir, "Ray?" entah mengapa mulut Cakka menyebutkan nama tersebut, padahal ia hanya asal bicara saja. Tapi, lihat reaksi wajah Ify yang langsung muram Cakka jadi bingung sendiri. Apa yang dimaksud adiknya Ray?

"Nggak, gue gak kasih," jawabnya santai.

Ify menoleh pada Cakka, tidak mengerti. Apa maksud Cakka, tidak kasih nomornya pada cowok itu? tapi, tadi sendiri dirinya bilang kalau cowok itu Ray.

"Yang bener!" rengek Ify. Sebab, dirinya jadi tidak percaya sama Cakka.

"Serius!" tegas Cakka. Ify menatap kakaknya itu, ia akan tahu jika Cakka berbohong ataupun tidak. Seperti apa yang ia lihat sekarang, Cakka tidak menampakkan kebohongan. Jika Cakka tidak berbohong, lantas siapakah yang menyebar nomornya?

Ify mengelas nafas, lalu menoleh pada Cakka saat cowok itu tak hentinya menyenyuh tangannya, "Emangnya si Ray kirim pesan apa buat lo?" Ify menatap ngeri, saat Cakka menaik-turunkan alisnya.

"Ng-nggak ada, gue salah berarti."

"Ray ngajak lo kencan ya?" tebaknya asal.

Ify membulatkan matanya, "Apaansih, nggak!"

Cakka terkekeh melihat reaksi Ify yang menurutnya salah tingkah, lalu tanganya terulur mengacak rambut Ify dengan sayang.

*****


Hari ini Shilla sudah kembali masuk ke sekolah, membuat teman-temannya senang dan tak henti-hentinya mereka mengucap syukur, bahwa temannya itu sudah sembuh dari sakitnya.

"Ify kantin Yuk! Gue laper nih, kangen jajanan kantin," cengir Shilla.

"Yaudah ayo!"

Shilla mengangguk senang. Kalau saja bukan karena temannya, pasti Ify akan menolak menginjakkan kantin karena malas. Tapi, berhubung Shilla sudah kembali ke sekolah membuat kemalasannya berkurang. Tanpa sadar, Ify berjalan lebih dulu dibanding Shilla karena ia terlalu sibuk dengan ponselnya.

"Aduh!"

Ify membalikkan tubuhnya, saat mendengar suara rintihan. Ia melihat Shilla sedang menundukan kepala dan meminta maaf kepada orang di depannya.

"Ma-maaf kak," ucap Shilla, sedangkan lawan bicaranya menampakan wajah ketidaksukaan.

Jujur, Shilla sangat takut karena orang di hadapannya ini begitu menyeramkan baginya.

"Kak dimaafin kan? Mungkin dia gak sengaja," ucap Ify dengan sopan. Sekilas Ify melihat name tag yang tertera di sebelah kiri orang itu, Shelina Klasya.

Sheina melirik Ify begitu tajam, ia paling tidak suka saat ada orang yang ikut campur urusannya. Apalagi menurutnya Ify hanya adik kelas yang sudah berani padanya.

"Siapa lo?" tanay Shelina dengan kedua tangan yang melupat pada dada.

"Gue temennya kak."

Shelin tersenyum kecut, sedangkan Shilla begitu tidak tenang pada Ify. Ia takut jika temannya itu ikut kena semprot kakak kelasnya ini. Namun, saat Shilla melihat Ify, gadis itu hanya menampilkan wajah tenangnya. Diam-diam Shilla tersenyum, ia begitu kagum pada Ify dengan berani menyikapi kakak kelasnya ini, berbeda dengan dirinya yang begitu lemah.

"Yaudah lah Lin, ngapain juga lama-lama sama mereka? Mendingan cus, yuk!" ucap teman Shelin yang sedari tadi ada di sana.

Cewek yang di panggil Lin itu mengangguk, namun tetap saja tatapannya mengarah pada Ify.

"Awas lo!" ancamnya, sebelum pergi.

Kemudian, Shelin dan temannya melangkah pergi entah kemana yang jelas Ify dan Shilla tidak peduli.

"Yaudah yuk!" ajak Ify pada Shilla untuk melanjutkannya ke kantin.

"Songong banget Fy, udah minta maaf juga."

"Gapapa, jangan di pikirin."

"Iyaa," patuh Shilla.

Ify dan Shilla sedang memakan siomay. Saat ini keadaan kantin sangat ramai, membuat Ify sedikit penat melihatnya. Siapa lagi kalau bukan berasal dari meja pojok? Ah sudah di pastikan ini adalah perbuatan kakak dan teman-temannya.

Ngomong-ngomong teman kakaknya, ia jadi teringan dengan salah satu diantaranya, Ray. Dengan cepat Ify menggelengkan kepalanya, membuang pikiran yang tidak-tidak ini.

Kenapa harus nama dia yang terlintas sih? maksud gue tadi tuh kak Ozy.

"Fy!"

"Iya?"

"Kakak lo keren juga ya?" kata Shilla malu-malu.

"Hmm."

"Ih gue serius," rengek Shilla.

"Iya."

Ify tak begitu menangkap pembicaraan Shilla, ia sedang bingung dengan pikirannya sendiri. Nmaun, Ify tak menampik jika apa yang dikatakan Shilla tadi benar. Kakaknya itu keren dan ganteng, bukan karena Ify adik kandungnya, tapi memang begitu kenyataannya.

"Kayanya gue suka deh," celetuk Shilla.

"Hah?!" Ify mebulatkanmatanya, ia tidak salah dengar kan? Shilla begitu to the point, apa ia lupa kalau orang di hadapannya ini adik kandungnya.

"Kenapa?"

"Lo suka sama kakak gue yang kaya gitu?"

Shilla menatap Ify bingung, "Emang kenapa? Dia kan kakak lo."

"Iya dia kakak gue, tapi kadang buat gue sebel. Tapi, gue sayang sama dia."

"Itu kan menurut lo."

"Yee dibilangin."

"Deketin gue sama dia ya?" bisik Shilla dengan senyumnya.

Ify melirik ke arah pojok yang terdapat Cakka dan teman-temannya, melakukan hal-hal konyol dirinya menggelengkan kepalanya. Dan yang lebih sebalnya lagi, cowok yang duduk di sebelah Cakka melihat dirinya kembali dengan senyum yang terpancar.

*****

To Be Continue

Aku akan update 2 part :)

Ig: Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang