TPOL (39) "Jemputan!"

85 13 0
                                    




Saat Cakka akan keluar meninggalkan meja makan, sekilas Cakka mendekatkan wajahnya pada telinga Ify membisikan sesuatu.

"Pacar lo nungguin di depan." Mendengar bisikan Cakka seperti itu, membuat tubuhnya menegang.

*****

Sedari tadi aktivitas di dalam mobil, Ify hanya mengulum senyumnya. Ia benar-benar tidak menyangka jika Ozy benar-benar menjemputnya. Padahal Ify sama sekali tidak meminta hal itu pada Ozy, apa ini rezeki? Hehe... rasanya Ify ingin terus saja tertawa jika Ozy tidak ada di sampingnya saat ini. Berhubung Ozy ada di sebelahnya ia harus menjaga image-nya untuk sementara waktu.

Namun, seketika pikiran Ify terbayang akan ucapan Cakka sewaktu tadi di meja makan. Kakanya itu bilang, jika pacarnya sudah menunggu di depan teras. Ah Tuhan... ternyata Cakka benar-benar berpikiran kalau Ozy itu pacarnya sekarang? Huft.. Gimana kalau terdengar langsung oleh Ozy? Bisa malu ini. Entar Ozy nyangka yang tidak-tidak dengan dirinya. Terlalu pede banget kalau ia menganggap Ozy sebagai pacarnya, ya walaupun gak akan nolak juga sih kalau hal itu beneran terjadi haha....

"Kak Ozy, Ify boleh nanya?"

Ozy mengerutkan keningnya dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ify, menurutnya ya jika ada yang ini dipertanyakan ya tanyakan saja. Tidak perlu izin dulu.

"Boleh, nanya aja." Fokus Ozy masih dengan menyetir.

Ify nampak terdiam, "Kak Ozy gapapa nih jemput Ify kaya gini?"

Aduh kenapa mulutnya berkata seperti itu? padahal yang ingin Ify tanyakan adalah kenapa bisa cowok itu menjemputnya secara mendadak.

Ozy melirik Ify sekilas, "Emangnya kenapa Fy? Ada yang salah? Atau lo gak suka ya?"

Mendengar ucapan Ozy seperti itu membuat Ify langsung menggelengkan kepalanya cepat. Tidak-tidak bukan seperti itu, yang ada Ify malah seneng banget-banget. Gara-gara salah ngomong jadinya gini nih, kak Ozy salah paham.

"Bu-bukan gitu kak, maksudnya Ify itu kenapa kak Ozy gak bilang dulu sebelumnya. Jadi kan Ify bisa persiapan dulu, jadi gak telat kaya sekarang." Ify melirik jam di tangannya masih lima belas menit lagi, sebelum gerbang sekolahnya ditutup.

"Loh emangnya Cakka gak bilang sama lo?"

"Maksudnya kak?" Ify heran, kenapa Ozy bawa-bawa Cakka segala? Ada hubungannya kah dengan kakaknya itu.

"Gue udah bilang sama Cakka semalam. Awalnya gue telpon lo, tapi nomor lo gak aktif."

Apa! Semalem Ozy ngehubungin Cakk?, mnta izin untuk berangkat bareng dengannya gitu? Tapi, tidak ada ucapan apa pun tuh dari kakaknya itu. Apa Ozy bohong lagi? Tapi, nada bicaranya tadi seperti tidak ada kebohongan. Ohiya, mengingat pembicaraan Cakka semalam yang mempertanyakan hungannya dengan Ozy, terus tadi pagi yang menyangka Ozy adalah pacarnya, ia semakin yakin jika Ozy tidak berbohong mengenai hal ini.

Tapi, kakaknya itu yang membohongi dirinya, tepat sih bukan membohongi. Tapi, menyembunyikan ini darinya. Huft... awas aja ya Ify sudah tidak sabar ketemu Kakaknya itu. Pantas saja Cakka mengetahui keberadaan Ozy, ternyata sebelumnya Cakka sudha tahu dari sebelumnya.

"Oh gitu, kak Cakka gak bilang sih," ucap Ify merasa tidak enak.

"Lupa kayanya dia." Ozy memberikan senyumnya.

Ify menghela nafas, "Aku jadi gak enak, kak Ozy udah nunggu lama di rumah. Tadinya tuh aku santai aja gitu, soalnya udah biasa nunggu kak Cakka lama kalau berangkat. Tapi, ini malah dia duluan yang berangkat. Aneh tahu kak aku lihat kak Cakka berangkat pagi tuh," kata Ify.

"Gapapa kali Fy, santai aja. Lagian sepuluh menit lagi kok gerbangnya ditutup, bentar lagi juga nyampe." Ozy menenangkan pikiran Ify. "Btw, gue juga aneh tadi lihat Cakka berangkat sepagi itu," lanjut Ozy.

"Nah kan, aneh kan? Gak biasanya tuh kak Cakka kaya gitu," runtuk Ify.

"Lagi semangat sekolah aja kali tuh anak.," kekeh Ozy.

"Mungkin."

Beberapa menit hening.

"Tapi-syukur deh kalau alesan lo itu, kirain gue lo gak suka gue jemput."

Ify tersentak, lalu menoleh ke arah Ozy, "Ify suka kok! Kalau kak Ozy jemput. Suka banget!"

"Eh—" Ify segera menutup mulutnya, menundukan kepalanya, meruntuki diirnya sendiri.

Bodoh banget.

Ozy mengulum senyum, saat diliriknya Ify memalingkan wajah darinya.

"Fy?" panggil Ozy. Tidak ada jawaban dari cewek itu, ia masih menundukan wajahnya. Sampai akhirnya Ozy menepuk lengan Ify pelan, agar menyadarkan cewek itu.

"Udah sampe," bisiknya pelan. Lalu, beranjak keluar dari pintu mobil tersebut.

Ify langsung mendongkak, melihat ke arah luar yang ternyata cowok itu sedang menunggunya di sana. Ify menggeram kesal, ia malu.

*****

Ify menyernyit heran dengan teman sebangkunya itu, sedari tadi yang dia lakukan hanya memainkan ponselnya. Ify merasa terabaikan.

"Shil?" panggil Ify.

"Hm?" masih fokus dengan Hpnya.

"Lagi ngapain sih?" Ify semakin curiga saat Shilla memainkan Hpnya dengan tersenyum-senyum.

"Lagi ini."

"Gak ke kantin?" tanya Ify. Biasanya Shilla yang menanyakan ini pada Ify, tapi berhubung Ify gaada kerjaan, boleh deh kali ini ke kantin. Perutnya juga sekarang sedang mita diisi.

"Bentar-bentar." Shilla terus saja fokus pada Hpnya, sama sekali tidak merasa terganggu dan sepertinya tidak mau diganggu.

"Gue laper nih."

Shilla berhenti memainkan Hpnya dan langsunh menyimpannya di saku roknya.

"Lo laper?" tanya Shilla.

Ify mengangguk.

"Ayo ke kantin!" ajak Shilla, ini adalah keadaan yang sangat langka bagi Shilla karena biasanya Ify tidak mau jika diajak ke kantin. Bisa di bilang Ify susah makan. Karena Shilla teman yang sangat perhatian jadinya ia tidak mau Ify kenapa-napa.

Ify tersenyum mantap. Lalu keduaanya beranjak ke luar kelas.

*****

To Be Contonue

Gimana sama part ini? :)

Silahkan beri kritik dan saran

Terimakasih.

Follow ig: Amregitaa

The Possibility Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang