Cuaca yang sejuk dan semilir angin membuat wajah Ify tertutupi oleh rambut yang bertebangan. Ia menghela nafas panjang dengan senyum yang terpancar membuatnya terlihat semakin cantik.
"Ray kapan-kapan ajak gue kesini lagi ya?" kata Ify.
Ray tersenyum, "Siap."
"Kenapa sih lo ajak gue ke sini lagi? Pantesan aja gue inget jalan arahnya tadi."
"Lo suka?"
Ify mengangguk, "Sejuk, gue suka lihat pemandangan kaya gini, indah."
Yap! Ray memang membawa Ify ke bukit yang pernah mereka kunjungi beberapa minggu lalu. Saat Ray tahu jika Ozy mengingkari janjinya pada Ify dengan ekpresi yang sulit dibaca membuatnya tidak tega. Mungkin saja setidaknya dengan membawanya ke sini perasaan Ify sedikit tenang dan bisa melupakan kejadian tadi.
"Padahal pertama kali gue ajak lo ke sini, bilangnya gak suka." Ledek Ray.
"Yee masih aja inget."
"Inget lah, gue selalu inget cerita kita."
"Hah?" Ify tidak begitu mendengar ucapan Ray, mungkin karena angin yang terlalu kencang.
Ray menggelengkan kepalanya, percuma ia mengulang perkataannya pasti Ify tidak mengerti.
"Ohiya lo belum jawab tuh pertanyaan gue, kenapa lo bawa gue ke sini?"
Ray terdiam, lalu badannya berbalik menghadap Ify.
"Fy, lo jangan sedih ya? mungkin Ozy tadi Ozy lupa ngabarin lo. Jangan terlalu di pikirin." Ucap Ray, namun balasan Ify malah tertawa.
"Lo lucu juga, tenang aja kali. Gue gak selebay itu, lagian Cuma gara-gara kak Ozy gak jemput masa gue berlalut dalam kesedihan," balas Ify. "Baru itu namanya lebay." Lanjutnya dengan kekehan.
"Lo suka Ozy?"
Tawa Ify tiba-tiba memudar, ia melirik Ray yang sedang menatapnya. Namun, balasan Ify hanya mengkat kedua bahunya. Ia bingung harus menjawab apa dan merasa tidak enak jika berkata yang sejujurnya pada Ray.
"Atau lo berdua udah pacaran?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Gapapa gue pengen tahu aja, siapa tahu dengan gue ajak lo ke sini ada yang cemburu."
Ify tersenyum, "Santai aja, gaada kok."
"Jadi lo berdua gak jadian?" tanya Ray antusias.
"Belum," Balas Ify dengan tawanya.
Ray mencebikan mulutnya, apa dengan Ify menjawab belum ada kemungkinan mereka jadian? Ah kenapa Ify harus menjawab belum sih? Padahal kan yang ia harapkan 'Gak akan pernah'
"PD banget Ozy bakalan nembak lo."
"Terserah gue dong."
"Emangnya Ozy suka sama lo?"
"Bukan suka lagi, tapi sayang." Jawab Ify dengan sombongnya.
"Serius Ozy bilang sayang sama lo?" kaget Ray.
"Iya, emang kenapa?" tanyanya, "Biasa aja kali gak usah sok kaget gitu." Lanjutnya.
Ray berusaha menetralkan wajahnya, "Sayang sebagai apa dulu nih? Jangan terlalu PD jadi orang entar gak sesuai yang di harapkan bisa sakit tahu."
"Sirik aja lo."
Ray tesenyum kecut, apa dirinya sudah kalah start? Apa Ray harus mengikhlaskan semuanya? Mungkin memang benar dugaannya jika Ozy dan Ify akan menjalin hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Possibility Of Love [END]
Teen Fiction#560 in Teen Fiction [ 20 February 2017 ] CINTA? 1 Kata Banyak Cerita Awalnya aku hanya Kagum, tapi jadi Benci. Setelah itu menjadi Cinta. Dan Aku simpulkan bahwa CINTA itu..... MISTERI!