Prolog

295 47 17
                                    

Usiaku lima belas tahun lebih tiga minggu saat serangan kepanikan pertama itu terjadi. Seperti petir di siang bolong, kepanikan itu muncul tanpa peringatan. Seperti halillintar yang membuncah dari dadaku, seperti sungai es dingin yang mengalir disetiap ruas tulang belakangku. Kengerian dan kebingungan bercampur satu mencakari otakku dengan ganas, sementara tanganku berpeluh dingin. Saat benakku berusaha mencerna peristiwa menakutkan itu, sesuatu muncul seperti gelombang suara yang menggema berulang-ulang. Ia berkata dengan kepastian yang menaikkan bulu roma, bahwa sekarang semua tidak akan pernah sama lagi.

Di sini terbaring dengan damai,

Isabel Northman

4th January 1952 - 12th Desember 2018

Satu-satunya hal yang paling aku takuti di dunia ini adalah kematian. Aku tahu, kematian akan menjemput siapa saja yang bernapas. Hanya saja aku belum bisa menerima. Terlebih ketika kematian itu terjadi, entah kenapa aku merasa ia mewujud sendiri. Ia menjadi sosok yang amat jahat, layaknya kutukan. Dan sekarang, ia telah membuat nenekku terpejam selamanya dengan gaun dan terbaring di dalam peti.

Lalu, seperti tidak berhenti menebar kutukan, kematian itu memunculkan bisik-bisik yang berhasil membuatku merinding.

"..... kasihan sekali, ia meninggal dengan keadaan yang malang..."

".... Anaknya bahkan tidak menghadiri pemakaman ibunya sekarang..."

".... Sungguh jahat..."

Aku percaya bahwa kepanikanku terjadi saat kematian itu muncul dan mewujud. Bahkan kedua kakiku memberontak, tidak bisa dikendalikan oleh otakku saat kematian itu hadir di sana. Alhasil, ketika Dad sedang membacakan eurologi nenek Isabel, saat semua orang mendengarkan dengan khidmat, di tengah kesunyian prosesi pemakaman, aku dengan nekat kabur dari tempat itu. Menghancurkan prosesi yang harusnya berjalan dengan damai. Aku tahu, sejak saat langkah kakiku menjauh dari sana, hidupku sudah berubah menjadi jauh lebih buruk.

Barangkali aku ingin menciptakan sebuah kehebohan, sesuatu yang memusnahkan kemonotonan. Entahlah, apapun itu, setelah kematian muncul secara tidak langsung ia menciptakan serangkaian peristiwa yang tidak pernah kubayangkan. Dan, naasnya hari ini peristiwa pertama itu telah dimulai.

Katanya, kematian hanya merenggut jiwa dari dalam raga dan menciptakan kesedihan bagi yang telah kehilangan. Namun, bagiku kematian tidak hanya merenggut itu saja, ia juga merenggut kebahagiaanku selamanya.

***

Oh, Hai. Ini kisah kelam baruku. Semoga kalian menyenanginya. Karena ketakutan kalian membuat aku bersemangat melanjutkan kisahnya Hihihi...

Nightmare AcademyWhere stories live. Discover now