Tiga

126 12 3
                                    

Beberapa hari setelah pertemuanku dengan Sonya Spring, hasilnya cukup memuaskan. Maksudku, hubunganku dengan Mum dan Dad sudah berangsur membaik. Asal kalian tahu, aku benar-benar melakukan apa yang disenangi oleh Mum, hampir setiap hari setelah konsultasi (Rupanya benar! Tidak membicarakan nenek seharian membuat suasananya jadi lebih tenang). Pada awalnya memang terasa sangat janggal dan aneh, seperti kau mengubah kepribadianmu menjadi orang lain. Tapi, aku tahu jika terus-terusan menjadi diriku yang sekarang, serangan panikku akan semakin parah.

"Aku sangat senang kau mengurangi waktu untuk membaca komik atau menonton film-film horror," tutur Mum. Kami sedang berada di dapur kala itu. Aku mencoba membantu Mum memasak hidangan untuk makan malam. Yah, meskipun fungsiku di sini tidak terlalu jelas. Setidaknya, aku dapat memperbaiki keadaan.

"Aku sudah mulai bosan, Mum. Itu saja," sangkalku. Tentu saja aku berbohong!

"Baguslah, Jack," kata Mum dengan nada yang kedengaran gembira. Ia menyicip kaldu yang ada dalam panci berasap, merasakannya sebentar, kemudian ia menambahkan garam ke dalam sana. "Membaca komik dan menonton film horror dapat menyebabkan kau bermimpi buruk. Itu sangat buruk bagi kesehatan mentalmu."

Aku sedang memotong bawang merah saat Mum melontarkan pernyataan yang aneh itu. "Well, Mum, membaca komik tidak akan pernah menyebabkan seseorang bermimpi buruk. Dan—"

"Tapi, menonton film horror bisa!" potong Mum. Aku menghela napas panjang. "Jack, tolong ambilkan daging di dalam kulkas."

"Baiklah." Aku berjalan gontai menuju kulkas, mengambil daging yang disuruh Mum, dan meletakkannya di meja. "Ngomong-ngomong, tumben sekali Mum memasak banyak hari ini? Ada sesuatu yang penting?"

Mum mengusapkan kedua tangannya yang semula berair pada celemek yang ia gunakan, sembari berkata, "Kebetulan sekali. Hari ini kita akan kedatangan keluarga Jonas. Salah satu kolega bisnis ayahmu, Jack. Untuk itu kau harus tampil serapi dan setampan mungkin. Mengerti?"

Aku mengerang dalam hati.

Jujur saja, aku tidak menyukai keluarga angkuh Jonas yang memiliki tahi lalat di kening. Selain mereka angkuh, aku hanya tidak suka pada cara pandang mereka yang seperti merendahkan derajat orang lain. Seakan-akan semua orang di hadapan mereka tampak hina dan menyedihkan. Apalagi, mereka memiliki dua anak yang benar-benar sangat menganggu. Mendadak saja, aku mendapat firasat buruk.

Seperti melihat keluhanku, Mum tiba-tiba melontarkan perkataan. "Aku tahu, kau tidak menyukai mereka, Jack. Tapi cobalah untuk bersikap biasa saja sampai acara makan malamnya selesai."

Aku mengangguk pelan, tidak enak. "Kuharap Mum."

"Nah!" seru Mum sambil menepuk tangannya. "kalau begitu saatnya merebus daging. Mum akan membuat salah satu makanan kesukaanmu. Setidaknya itu dapat mengurangi rasa jengkelmu kepada keluarga Jonas nanti malam."

***

Pukul 17.20.

Aku berada di ruang keluarga dengan televisi yang berisik. Dari layar tipis persegi panjang itu, sebuah adegan menjijikkan terjadi dengan brutal. Jason Voorhes, seorang serial killer yang melegenda, baru saja membunuh targetnya dengan sadis. Ruangan yang semula sunyi, sekarang dipenuhi teriakan yang mengganggu. Aku menatap datar film tersebut, tidak minat. Bukan hanya karena filmnya selalu diputar berulang kali, tapi juga sebentar lagi keluarga Jonas akan segera muncul di rumah ini.

Sekarang ini aku sudah mengenakan setelan kemeja formal dan celana berbahan kain, lengkap dengan sepatu kulit yang mengkilat. Setengah jam yang lalu Mum menelponku untuk bersiap-siap, padahal aku masih ingin bersantai. Mereka akan datang pukul enam malam. Itu berarti, masih ada setengah jam lagi sebelum waktu kebebasanku direnggut sampai larut malam nanti. Setelah merenung beberapa saat, alhasil aku memutuskan untuk mematikan televisi dan beranjak dari ruang keluarga menuju kamar.

Nightmare AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang