Empat

98 11 3
                                    


Sebentar lagi, aku akan memasuki fase kehidupan baru dalam hidupku.

Entahlah, tapi aku hanya merasa begitu. Pertama kali, selama aku hidup dimasukkan ke dalam sebuah sekolah privat yang letaknya jauh diujung kota. Seperti homeschooling, hanya saja kau harus tinggal di sebuah asrama di sana. Aku benar-benar tidak memiliki bayangan apapun tentang sekolah itu. Seperti apa bentuknya, bagaimana kondisinya, dan apakah muridnya akan benar-benar normal? Aku sama sekali tidak bisa membayangkannya. Namun, satu hal, aku merasa Mum dan Dad seperti ingin mengisolasiku dari kehidupan mereka.

"Jadi keadaannya benar-benar tidak seperti yang diharapkan ya?" Sonya Spring berkata dengan rokok di tangan penuh kuteknya yang sama sekali belum dinyalakan. Sebelum aku pergi, Mum menyuruhku mendatangi Sonya Spring terlebih dahulu untuk konsultasi terakhir. Dan buruknya lagi, Mum sudah menjelaskan apa yang terjadi semuanya. Benar-benar semuanya.

Suasana di klinik sonya saat ini benar-benar hangat. Kipas angin berdesing ribut di atasku, ditambah dengung sayup-sayup suara pesawat yang berhasil membuatku ingin tidur saja. "Begitulah. Aku kembali mengacaukannya. Lebih parah dari sebelumnya," ujarku. Kutatap Sonya dengan pandangan yang menyedihkan. "Aku minta maaf sebelumnya."

"Minta maaf untuk apa?"

Aku menghela napasku panjang. "Minta maaf karena aku tidak mengatakan kejadian sebenarnya tentang nenek. Mungkin, jika akau memberitahumu fakta sebenanrya waktu itu, kejadiannya mungkin akan beda."

"Oh, Manis. Sudahlah, jangan menyalahkan diri lagi. Lagipula, masalahmu tidak terlalu ada sangkut-pautnya dengan kematian nenekmu itu," tuturnya. Mungkin saja, tapi setelah kematian nenek, aku selalu dihadapkan kepada hal-hal buruk. "Apa yang kau rasakan ketika orangtuamu memutuskan untuk menyekolahkanmu di sebuah asrama?"

Aku butuh waktu untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan itu.

"Benar-benar kaget. Tidak kuduga sama sekali," sahutku. "Yang pasti, aku bakal kesepian. Kau tahu, hal ini sangat sukar untuk dipikirkan. Maksudku, aku benar-benar tidak memiliki gambaran tentang segala tetek-bengek mengenai sekolah yang akan aku masuki ini. Lalu, aku benar-benar akan rindu rumah sepertinya. Sebentar lagi aku akan jauh dari kehidupan lamaku, jauh dari Mum dan Dad, jauh dari semuanya."

"Itu sudah sifat manusia, Jackku. Semuanya orang, bahkan termasuk aku akan merasa begitu pada awalnya. Kau hanya sedang berada dalam fase adaptasi lagi. Berharap saja lingkungannya akan benar-benar nyaman, sehingga kau akan betah di sana selama jauh dari kehidupan lamamu."

"Aku bahkan tidak bisa membicarakannya dengan Mum atau Dad. Seperti aku menerimanya begitu saja. Malah jadinya, aku semakin sering memikirkannya."

Sonya manggut-manggut. "Masalah cenderung membesar jika kau pikirkan terus dalam benakmu. Lebih baik dikeluarkan saja. Itulah sebabnya ada aku di sini." Di akhir katanya, Sonya mengedipkan sebelah mata.

Selama beberapa saat kami tidak berbicara satu sama lain.

"Apakah kau tahu sesuatu tentang sekolah privat ini?" tanyaku padanya, meskipun rasanya agak aneh menanyakan hal ini pada seorang psikolog sepertinya.

"Sekolah Asrama St. Heaven, ya? Tidak banyak," katanya. "Yang aku tahu, sekolah itu tidak menerima banyak siswa, dan di sana mereka menetapkan kedisiplinan yang ketat. Seperti kau harus tidur pada pukul yang telah ditentukan, atau pengawas akan memberikanmu hukuman jika ketahuan. Mereka berkeliling memeriksa seluruh kamar."

Nightmare AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang