Enam

72 10 2
                                    


Aku baru saja mandi dan menyegarkan diri—juga pikiran. Hari pertama di sini lebih buruk daripada bayanganku. Well, sehabis sesi istirahat Samuel yang gila itu ternyata melihatku dan Carol di dekat pepohonan. Ia mengatakan kalau aku dan perempuan menjengkelkan itu memiliki hubungan gelap. Alhasil, Dr. Marco menyuruh kami ke depan dan membuat kami dipermalukan anak-anak. Ia memukul bokongku dengan sebuah tongkat panjang yang berukuran tipis, sementara Carol hanya mendapat pukulan di tangan. Tentu saja, karena dia perempuan. Jadi, kupikir akulah yang paling dipermalukan.

Kelas menjadi sulit dikendalikan saat itu. Samuel tertawa keras seperti puas melihatku dan Carol tersiksa—dari sana aku sudah menetapkan pikiran, kalau ia memang gila atau mungkin punya gejala psikopat. Andre menyumpah dengan mengeluarkan sejumlah kata-kata kasar dan memaki keadaan. Ayannya saat itu mulai mengganas, dan Marcus ia berteriak ketakutan dan berlari seperti anak tikus ke pojokan, lalu ia berlutut. Hanya Tony yang diam tanpa melakukan apapun. Aku yakin anak itu sebenarnya tidak nyaman, tapi ia menyembunyikannya dalam diamnya.

Beruntung sekali, Dr.Marco berhasil menyelesaikan masalah yang bisa mengganggu kesehatan mental orang-orang normal itu sampai kelas berakhir.

Saat aku masuk ke kamar, Tony sedang melakukan sesuatu di dinding dekat kasurnya. Ia seperti menempel kertas stiker bermacam warna. Ada biru muda, biru tua, kuning, dan putih. Kertas-kertas itu dibentuk menjadi seperti bintang dan mungkin saja planet.

"Apa yang sedang kau lakukan?"

Tony berpaling sebentar karena ia menyadari kehadiranku di kamar, lalu kembali kepada pekerjaannya yang sepertinya hampir selesai. "Membuat gugusan bintang dan galaksiku sendiri. Seperti yang aku lakukan terhadap kamarku di rumah."

"Kelihatan seperti mainan anak kecil."

"Cobalah untuk mematikan lampunya, Jack."

Begitu aku mematikan sakelar lampu, benar saja. Gambar-gambar yang kuanggap tidak memiliki keistimewaan itu rupanya memunculkan cahaya ketika gelap. Dan sekarang, kamar ini diterangi oleh keindahan tata surya buatan Tony. Ada yang kecil, besar, dan berukuran menengah. Semuanya bersatu padu membentuk susunan galaksi seperti yang aku lihat pada buku-buku. Tony duduk di kasurnya, menatap dengan puas. "Bagaimana menurutmu? Menakjubkan bukan?"

"Sepertinya aku mencabut perkataanku yang barusan. Ini sangat luarbiasa, Tony."

"Trims."

Aku berjalan menuju jendela kamar, menyingkap gorden yang menutupi, lalu menatap malam yang sedikit diterangi pendaran cahaya bintang. "Tony, ada sesuatu yang aneh tentang kematian ayah kandungku dan Granma."

"Keanehan seperti apa?" tanyanya.

"Ayahku meninggal karena kecelakaan di tempat kerjanya. Ia meninggal terjatuh dari lantai 4 karena sesuatu, seperti lantai yang basah. Lalu, Granma ia meninggal karena serangan jantung, padahal sebelum itu keadaannya baik-baik saja."

"Menurutku tidak ada keanehan di sana, Jack." Katanya. "Kau tahu kematian bisa datang kapan saja, dengan berbagai cara yang kedengarannya tidak masuk akal. Tapi, itulah kenyataan. Sepertiku, kupikir aku bahkan tidak akan bisa selamat dari kobaran api yang mengganas. Beruntung aku bisa selamat meskipun konsekuensinya berat. Lagipula, tidak banyak cara seseorang bisa terluka atau bahkan meninggal, Jack. Kurang variasi."

"Kurang variasi? Maksudmu?"

"Maksudku, seseorang bisa tertembak, terbakar, sakit, terjatuh, atau bahkan tertabrak kendaraan. Kira-kira mungkin sekitar puluhan cara. Dan dengan jumlah manusia yang ada di bumi ini, yakni sekitar 7 triliun jiwa, kau akan melihat kesamaannya," ungkap Tony. "7 triliun nyawan dibagi, emm, anggap saja seribu cara terluka atau mati, dan ketika kau tanyakan sepada semua orang bagaimana dia bisa terluka atau kerabatnya yang meninggal, disanalah kau akan menemukan kurangnya variasi. Dan itu tidak aneh menurutku."

Nightmare AcademyWhere stories live. Discover now