15.Cerita sama gue

501 65 13
                                    

 
   Sudah jam 5 sore, tetapi Adist masih berada di sekolah. Tak ada niat untuk pulang. Tapi mau tak mau dia harus pergi karena sejak tadi satpam sekolah sudah mengusirnya.

"Neng, kalau masih disini ntar saya kunciin ya neng" satpam itu sudah kesal karena sejak tadi cewek di hadapannya ini menolak untuk disuruh pulang.

Adist berdiri lalu menyandang tasnya.
"Iya pak ini saya mau pulang. Makasih udah nungguin saya ya pak"ucap Adist membuat satpam itu menghela napas.

"Iya neng, lain kali kalau mau galau-galauan jangan disini ya"ucapnya.

"Maaf pak" Adist tersenyum tidak enak lalu berpamitan pada satpam yang bernama Supriadi itu.

Adist berjalan keluar gerbang sekolah. Dia tidak tau harus pulang dengan apa dan dengan siapa. Karena dia berangkat dengan Kevin jadi dia tidak membawa kendaraannya. Seharusnya Kevin mengantarkannya pulang, tapi sejak tadi Kevin tidak menemuinya.

Dia duduk di halte, berharap ada bus atau kendaraan lain yang lewat. Dia masih kepikiran Cilla. Dari kata-katanya, sudah jelas dia membenci Adist. Adist hanya bisa tersenyum miris.

Tintintinn

Adist tersentak.

"Woi, lo ngapain jadi gembel sendirian disitu?". Adist mendongak untuk melihat cowok yang berbicara itu.

Adist menghela napasnya melihat cowok itu turun dari mobil dan menghampirinya.

"Serah gue".

"Lo abis nangis ya?"Fero menatap lekat ke arah Adist. Adist memalingkan wajahnya.

"Bhahahaha, gue baru tau kalau lo bisa nangis juga"ledek Fero.

"Gue juga manusia kali".

"Masak sih lo manusia?gue ragu deh" Fero melihat Adist seolah sedang meneliti sesuatu.

"Lucu lo"ucap Adist kemudian.

"Gue emang lucu" Fero menangkup dagu dengan kedua telapak tangannya, lalu mengedipkan matanya.

Adist memandang jijik ke arah Fero. Fero nyengir kuda pada Adist lalu berdiri dan berjalan menuju mobilnya.

Adist menunduk menatap sepatunya, menyadari bahwa dirinya akan di tinggal lagi.

Tintinnn

"Lo masih pengen jadi gembel atau mau ikut gue pulang?" Fero berteriak dari dalam mobilnya.

Adist hanya diam. Tak tau harus memilih yang mana.

"Yaudah, gue pergi". Fero menyalakan mesin mobilnya.

'Gue yakin dalam hitungan ke tiga dia bakal sebut nama gue. Satu.. Dua.. Tiga'batin Fero. 

Dan

Krikkrikk

'Kok nggak dipanggil?' Fero menoleh ke arah halte tempat Adist duduk tadi.
Tapi sudah tak ada sosok Adist disana. Lah? Dia kemana?.

"Kenapa nggak jadi pergi?"suara serak seseorang dari arah belakang. Lah? Kan dia sendirian tapi kenapa ada suara orang lain disini? Fero meneguk ludahnya dan memberanikan diri menghadap ke belakang.

Fero ternganga melihat sosok Adist yang bersedekap menatapnya. Dia menunjuk Adist lalu menunjuk halte lalu Adist lagi.

"Udah cepetan jalan" Adist tersenyum geli melihat tingkah Fero.

"Ya, lo jangan di belakang dong. Kayak  supir nih gue"katanya.

"Kan lo emang supir gue"dia tersenyum menahan tawa.

"Ke rumah ya pak"perintahnya bak seorang majikan.

"Ye enak aja lo"dia merengut.

"Lo pindah ke depan atau gue gak bakalan jalan"tambahnya.

Adist memutar bola matanya "Iya deh iya, yang waras ngalah"ucapnya lalu turun untuk pindah ke samping Fero.

"Dari tadi kek"ucapnya lalu mulai melajukan mobilnya.

"Gue bukan kakek-kakek"balas Adist.

Fero mengernyitkan keningnya, tidak mengerti dengan apa yang Adist ucapkan. Setelah beberapa lama berpikir akhirnyaa "Yaudah,dari tadi nek".

Adist membulatkan bola matanya yang memang sudah bulat itu.
"Ihh lo tuh ya,masih cantik gini gue".
Dia merengut tak terima.

"Cantik dari mana coba, walaupun lo diputar-putar balik 360 derajat pun gak ada sisi cantiknya tuh"ucap Fero sambil membuat gerakan rotasi di udara.

"Lo tuh nyebelin banget ya"ucapnya kesal.

"Bodo".

"Lo coba liat diri lo, walaupun diputar-putar 720 derajat pakai rumus sin cos tan pun gak ada ganteng-ganteng nya tuh" Adist membalas dengan nada bicara yang sama lalu mencibir pada Fero.

"Itu lo nya aja yang gak pinter makai rumus. Liat deh cewek satu sekolah aja klepek-klepek sama gue"ucapnya songong.

"Gini-gini matematika gue tuntas ye, mata mereka aja tuh yang minus nya kelewatan"cibir Adist.

"Orang iri mah gitu".

"Idihhh"Adist menatap jijik ke arah Fero.

Diam.

Hening.

Tak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Fero menghentikan mobilnya karena terjebak lampu merah. Dia menoleh, melihat Adist yang dari tadi hanya melamun menatap keluar jendela.

"Woi, kenapa sih lo?"tanya-nya.

Adist menghela napasnya"Nggak kenapa-kenapa".

"Bohong lo"jawab Fero.

Adist hanya tersenyum tipis. "Kalau lo mau cerita, cerita aja sama gue. Gue siap kok dengerin cerita lo".

Adist hanya diam.

Fero kembali melajukan mobilnya saat lampu merah telah berganti warna menjadi hijau.

Adist masih diam dan Fero pun memilih ikut diam.

Fero menghentikan mobilnya saat telah sampai di depan pagar rumah Adist.

"Makasih"kata Adist.

"Iya".

Adist kemudian membuka pintu mobil Fero dan terhenti saat Fero bersuara "Gue siap denger cerita lo kapanpun lo mau cerita".

Adist menatap Fero dan melihat senyum ketulusan disana.

Adist tersenyum dan mengangguk. Lalu dia benar-benar turun dari mobil Fero.

Fero tersenyum melihat punggung  Adist yang hilang di balik pintu itu,lalu akhirnya Fero meninggalkan tempat itu.

                                ***

"Nih"ucap Kevin menyodorkan kotak beludru berwarna merah itu pada Mona.

"Wahh sayang, ini buat aku?"tanya-nya berbinar.

"Hm".

"Uhh makasih ya sayang, aku makin sayang deh sama kamu"Mona melingkarkan tangannya di lengan Kevin.

"Sayang sama harta gue"sanggah Kevin.

Mona merengut mendengar itu. Tapi memang benar sih.

"Kalau lo mau yang lebih dari ini, turutin semua perintah gue"tambahnya.

"Iya sayang iyaa"Mona tersenyum menatap kalung dengan harga fantastis itu.

Kevin tersenyum miring melihatnya.

***

❤❤❤

AdistcaWhere stories live. Discover now