Enam

7.5K 807 152
                                    

Hai, chapter ini datang sebagai pengobat lara untuk kalian yang merasa jika aku kejam.

Selamat membaca

.

.

.

Semenjak hari itu, Sasuke lebih berhati-hati dalam memperlakukan Sakura. Dia menjadi lebih sering menelpon dan jadwal kunjungannya lebih intens dibandikan waktu-waktu yang sebelumnya. Tentu saja hal itu membuat hati Sakura kembali luluh. Bukankah wanita memang seperti itu?

Dan yang paling disyukuri oleh Sakura dari semua itu adalah berkurangnya pengawal yang menjaganya. Ia merasa sedikit lebih bebas karena tidak ada dua orang yang selalu berkeliaran mengikutinya kemanapun.

Namun tanpa diketahui Sakura, sebenarnya pengawasan pada wanita merah muda itu bahkan lebih ditingkatkan, hanya saja tidak seperti sebelum-sebelumnya, kali ini para pengawalnya menyamar menjadi orang-orang yang berkeliaran di sekitar kediaman sehingga Sakura tidak sadar akan keberadaan mereka.

Jika Sakura jeli, seharusnya dia menyadari bahwa pegawai di kediamannya bertambah. Entah itu pelayan yang membereskan rumah, tukang kebun yang merawat tanaman miliknya, bahkan hingga orang-orang yang bertugas mengantar bahan makanan ke kediaman tersebut.

Namun Sakura tidak menyadari itu semua. Dirinya terlalu hanyut dalam kebebasan semu yang diberikan Sasuke padanya.

Karena sejak Sakura mengucapkan kalimat ingin berpisah darinya, segala hal yang dilakukan wanita itu membuat Uchiha Sasuke paranoid. Ia menjadi begitu protektif hingga menempatkan beberapa kamera pengawas di dalam kamar wanita tersebut.

Sasuke ketakutan. Ia menjadi lebih sering menghubungi Sakura untuk mengetahui segala hal yang dilakukan Sakura. Lebih sering berkunjung agar ia bisa memastikan jika wanita itu selalu dalam jarak pandangnya.

Sasuke tidak bisa kehilangan Sakura. Dia tidak mau.

***

Sakura memejamkan mata, menikmati semilir angin yang menerbangkan helai-helai merah mudanya. Ia juga menikmati suara desau angin yang menggoyangkan dahan-dahan pohon.

Tempat yang menenangkan.

Kapan-kapan ia harus mengajak Sasuke ke sini dan menikmati kenyamanan ini bersama. Saat berkunjung, dia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah dibandingkan di luar seperti ini.

Dan jika dipikir-pikir, Sasuke bahkan tak pernah menampakkan dirinya pada orang-orang di lingkungan ini. Dia selalu enggan bersosialisasi dengan orang-orang.

"Siang."

Sakura mendongak cepat. Khawatir jika lelaki yang waktu itu datang lagi menghampirinya.

Namun nyatanya bukan.

Di hadapannya ada seorang wanita cantik dengan rambut pirang sebahu yang dibiarkan tergerai bebas. Dan perut wanita itu sedikit membuncit. Hamil?

"Selamat siang." Wanita itu menyapa lagi.

Sakura tersentak dan segera berdiri. Sikapnya sungguh tak sopan dengan mengamati wanita itu terang-terangan. "Ah, siang." Dia membungkuk sopan karena terlihat jika wanita itu jauh lebih tua daripada dirinya.

Wanita pirang itu tersenyum maklum. "Aku tidak mengganggu kan?"

Sakura menggeleng pelan dan tersenyum kecil.

"Boleh bergabung?" Dia mengedikkan kepala ke tempat di samping Sakura.

Sakura tidak langsung menjawab, karena ia tak pernah berinteraksi dengan orang asing. Namun melihat senyum tulus yang diberikan wanita itu, Sakura akhirnya mengangguk. Sepertinya dia baik.

***

Nara Temari ternyata tidak hanya baik, wanita pirang itu juga sangat menyenangkan ketika diajak berbicara. Baru sebentar saja mereka berkenalan, Sakura sudah menyukainya.

"Kau sangat cantik saat tersenyum seperti itu, Sakura." Puji Temari saat Sakura tertawa mendengar lelucon yang ia katakan.

Sakura langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan, yang mana malah membuat Temari gemas dengan sikap lugunya.

"Nee-chan!"

Temari maupun Sakura menoleh ke asal suara.

Wanita pirang itu tersenyum dan melambai agar lelaki itu mendekat. Sedangkan Sakura menatap dua orang itu dengan bingung serta sedikit waspada, sebab bagaimana pun Gaara adalah lelaki asing yang tempo hari menyapanya.

"Nee-chan?" Tanyanya pada Temari.

Wanita pirang itu tertawa kecil. Dia menunjuk ke arah Gaara yang kini mengangguk sopan kepada Sakura. "Ah, lelaki dengan lingakaran hitam di matanya itu adalah adikku, Sakura. Namanya Gaara."

"Selamat siang." Sapa lelaki itu, masih dengan senyum sopan yang dulu ia berikan.

"Selamat siang." Balas Sakura lirih.

Gaara tersenyum tipis. Mengerti akan ketidaknyamanan yang dirasakan wanita merah muda itu, Gaara beralih menatap kakaknya. "Kau harus istirahat, nee-chan." Tangannya terulur pada Temari.

Temari mendengus, tapi tak menolak uluran tangan untuk menbantunya berdiri. "Aku lelah selalu kau suruh untuk istirahat." Tuturnya sambil cemberut.

Sakura ikut berdiri. Dia menepuk bagian belakang dress-nya. Dan karena angin bertiup nakal, sedikit gaun wanita itu terangkat pelan, membuat Sakura memekik pelan. Gaara tersenyum tipis melihat ekspresi tersebut.

Lelaki itu kembali mengalihkan pandangannya pada Temari saat Sakura hampir memergokinya. "Karena kau memang membutuhkan banyak istirahat." Ucapnya.

Sakura memperhatikan keduanya dalam diam sampai Temari menoleh ke arahnya.

"Maafkan aku, Saku. Tapi si panda merah ini menyuruhku untuk pulang." Gaara memutar matanya mendengar panggilan yang disematkan oleh kakak sulungnya.

Sakura menggeleng pelan, dia tak masalah. "Tidak apa-apa, Temari-nee. Istirahat memang penting bagi ibu hamil."

Temari melepaskan genggaman tangan Gaara dan beralih menggenggam tangan wanita merah itu tiba-tiba. Sakura sedikit membulatkan mata karenanya. "Lain kali kita bertemu lagi ya? Aku sedikit kesepian karena tidak memiliki teman wanita. Ya?"

Sakura tidak langsung menjawab. Emerald-nya bergerak gelisah dan itu tertangkap oleh mata Gaara. Jadi lelaki itu segera menghentikan kakak perempuannya tersebut.

"Nee-chan, jang—" Namun respon Sakura membuat kalimatnya menggantung.

"Baik, Temari-nee. Lain kali aku akan datang mengunjungimu." Sahut Sakura. Dan langsung dihadiahi pelukkan erat oleh Temari.

"Terima kasih, Saku."

Wanita merah muda itu tersenyum lebar karena pelukkan kuat yang diberikan wanita pirang itu. Meski tubuhnya bergoyang ke sana ke mari karena gerakkan Temari, hal itu tak mengurangi sesenti pun tarikan pada bibirnya. Bahkan hingga terdengar suara tawa pelan yang mengalun lembun.

Dan Gaara yang berdiri di sana, terpaku. Netranya tak henti menatap takjub pada Sakura.

Ternyata perpaduan sinar matahari dan angin sepoi-sepoi bisa membuat senyum seseorang menjadi begitu menawan.

***

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang