Tujuh

6.5K 705 139
                                    

Sakura memejamkan matanya. Semilir angin baru saja mampir dan membelai lembut pipinya. Belum lagi dengan tangan seseorang yang mengusap lembut puncak kepalanya. Dia bisa betah berlama-lama di sana.

Sasuke tersenyum lembut memperhatikan wanita cantik di dekatnya ini. Entah bagaimana, bahkan setelah enam tahun, perasaannya pada Sakura tak pernah berkurang bahkan selalu bertambah dari hari ke hari, membuatnya sesak dan ingin selalu berada di dekatnya.

Dia mengecup puncak kepala Sakura dan kembali diam menikmati kebersamaan mereka.

Beberapa pelayan yang sedang mengurus halaman belakang hanya bisa menunduk menyaksikan kemesraan tuan dan nona mereka.

"Sasuke-kun." Panggil Sakura. Perlahan dia membuka matanya dan menatap lurus ke depan. Ada dua orang pelayan yang sedang menanam pohon apel di sana. Sejak beberapa hari yang lalu, Sakura ingin menambahkan pohon apel di halaman belakang kediamannya.

Usapan lelaki itu berhenti sejenak. "Hn?"

"Aku," Sejenak Sakura ragu untuk mengatakannya. Ia khawatir Sasuke tidak menyukai kedekatannya dengan seseorang. Tapi ini pertama kalinya ia memiliki teman, Sakura tentu ingin memperjuangkannya. "aku mempunyai seorang teman. Bolehkan jika sesekali aku menemuinya?" Sakura menatap takut-takut pada onyx sehitam malam itu.

Sasuke tentu saja tau siapa teman yang dimaksud wanitanya ini. Dia terus memantau gerak-gerik Sakura tanpa diketahui wanita merah muda itu.

Tapi mengijinkan seorang Rei Temari menjadi teman bagi Sakura sangat beresiko. Sasuke tidak bisa membiarkan Sakura mengetahui banyak hal tentang dunia luar. Ia hanya ingin Sakura terus hidup dalam dunia yang ia buat. Agar Sakura nyaman, aman. Dan yang terpenting adalah, agar Sakura terus bersamanya.

Jadi bukan hal bijak jika ia membiarkan Sakura berdekatan dengan putri keluarga Rei tersebut. Namun melihat bagaimana emerald itu menatapnya dengan pandangan memohon, Sasuke juga sulit menolaknya.

"Kau menyukai temanmu ini?" Tangannya kembali mengusap pelan surai merah muda Sakura.

Sakura mengangguk pelan. "Dia sangat baik padaku. Aku ingin berteman dengannya."

Sasuke belum menjawab. Dia diam dan membuat Sakura cemas. Setiap detik yang dilalui untuk menanti jawaban Sasuke seperti menunggu sebuah vonis untuknya. Karena dia benar-benar ingin memiliki teman. Temari akan jadi teman pertamanya setelah sekian lama. Ia tak ingin kehilangan kesempatan ini.

Sakura menatap mata Sasuke. Berharap-harap cemas dengan jawaban yang akan didapatnya.

Uchiha Sasuke akhirnya mengangguk. Sakura hampir berteriak senang jika saja Sasuke tak membungkan bibirnya dengan sebuah ciuman panjang. Dia melengguh beberapa kali saat Sasuke bermain-main dengan lidahnya.

Ciuman panjang mereka terlepas. Sakura menarik nafas panjang dan kembali mengisi paru-parunya dengan stok oksigen yang cukup. Sasuke terkekeh melihat wajah wanitanya memerah.

Dia kembali mendekatkan wajah mereka. Membiarkan hidungnya bergesekan dengan hidung Sakura. Nafas keduanya saling menyapa hangat.

"Aku tak mau kau terlalu lama saat menemui temanmu itu." Sakura mengangguk. "Dan selalu ingat, bahwa aku mencintaimu. Hanya mencintamu, Sakura."

***

"Rin." Panggil Sakura.

Kepala pelayan tersebut segera menghampiri nonanya di dapur. "Ya, nona."

Haruno Sakura sejak tadi sibuk bereksperimen dengan resep-resep kue baru. Sudah lebih dari tiga resep cookie yang dibuatnya. Dan seluruhnya tidak banyak mengandung gula, karena Sasuke tidak menyukai makanan-makanan manis.

"Tolong bantu aku memasukkan adonan-adonan ini ke dalam cetakan."
Rin mengangguk dengan patuh. "Baik, nona." Dia mengambil sebagian adonan dan mulai memasukkannya ke dalam cetakan yang diperintahkan Sakura.

Keduanya bekerja dalam diam.

Rin tidak ingin mengganggu Sakura yang nampak serius membuat cookie berbentuk kucing. Sedangkan Sakura memang tak banyak berbicara, entah sejak kapan dia berubah menjadi begitu pendiam.

Padahal dulu Sakura dikenal begitu riang dan mudah bergaul. Namun sekarang dia menjadi tertutup dan tak banyak berinteraksi, terlebih dengan orang-orang yang tak dikenalnya.

"Nona," Seorang pelayan wanita datang mendekatinya. Sakura dan Rin menoleh padanya. "ada seorang tamu bernama Sabaku Garaa. Lelaki tersebut sedang menunggu di depan."

Sakura mengerutkan kening. Satu orang yang tak dikenalnya datang. Dia harus bagaimana?

***

Gaara tersenyum tipis saat melihat Sakura berjalan mendekatinya di halaman depan.

Pelayan-pelayan di kediaman ini tak mengijinkannya masuk ke dalam, terlebih dua lelaki dengan jas hitam di dekat pintu. Keduanya tak melepaskan pandangan mata dari Gaara.

"Sabaku-san, ada apa?" Tanya Sakura dengan wajah curiga yang tak disembunyikannya. Dan Gaara merasa geli karena wanita ini bahkan tak menawarkannya untuk masuk.

Sejak melihat tatapan mata itu pertama kali, Gaara menyadari jika Sakura adalah orang yang sangat berhati-hati pada seseorang. Dia terlihat tak mudah untuk didekati. Meskipun begitu, Gaara bisa melihat rasa penasaran yang besar dalam emerald indah itu.

Yang jelas baginya Sakura adalah wanita yang aneh.

Gaara mengangkat tangannya yang membawa kantung kertas berukuran sedang. Dia kemudian mengulurkannya pada Sakura.

Wanita merah muda itu menerimanya dengan ragu. Terlihat ada beberapa buah aneh berwarna merah dan kuning yang belum pernah dilihatnya. Sakura mengambil salah satunya dan menatapnya dengan wajah bingung.

"Itu buah kaktus." Kata Gaara menjelaskan.

Sakura menatap lelaki berambut merah itu dengan wajah terkejut. "Kaktus mempunyai buah?" Dia kembali menatap buah merah mini di tangannya tersebut.

"Kaktus juga mempunyai buah, Sakura-san." Gaara tak bisa menyembunyikan nada geli dalam suaranya. "Meskipun butuh waktu lama bagi mereka untuk berbuah."

Sakura menatap Gaara dan buah kaktus ditangannya bergantian. "Menakjubkan." Katanya takjub. Satu senyum terukir di bibirnya.

Dan Gaara terpancing untuk ikut tersenyum. "Suami Temari-nee baru saja kembali dari Suna. Dan dia membawa banyak sekali buah kaktus, jadi nee-chan menyuruhku untuk memberikannya padamu."

Sakura mendekap kantung kertas di dadanya. Dia menatap Gaara dengan senyum tipis yang tampak manis dengan sedikit rona kemerahan di wajahnya. "Terima kasih." Ucapnya tulus.

"Hn." Gaara mengangguk. Matanya menatap ke balik punggung Sakura, ternyata sejak tadi ada beberapa orang yang berdiri memperhatikan mereka. Dan semuanya memiliki air muka yang sama, tak menyukai kehadirannya. "Kalau begitu aku permisi dulu, Sakura-san." Pamitnya.

"Tunggu, Sabaku-san." Cegah Sakura. "Tolong tunggu sebentar." Sakura segera berbalik masuk diikuti Rin di belakangnya.

Gaara melempar senyum ramah pada pelayan-pelayan yang kebetulan melintas di dekatnya. Tapi mereka semua hanya mengangguk kecil lalu pergi tanpa membalas senyumnya. Gaara mencoba tak memikirkannya.

Dan tak lama kemudian, Sakura datang dengan kantung kertas lain di tangannya.

Wanita merah muda itu mengulurkan kantung kertas tersebut pada Sakura. "Tolong sampaikan terima kasih pada nee-chan."

"Akan kusampaikan." Balas Gaara. Dia mengintip ke dalam kantung kertas tersebut dan melihat ada beberapa kantung cookies di dalamnya. "Cookie?"

Sakura mengangguk malu. "Aku membuatnya sendiri. Tapi mungkin tidak terlalu enak."

Gaara tersenyum simpul. "Nee-chan pasti menyukainya. Terima kasih, Sakura-san."

"Kau, juga boleh mencicipinya." Sakura berkata lirih.

Sabaku Gaara terdiam sesaat, namun kemudian dia menarik sudut simpul senyumnya sedikit lebih lebar. "Terima kasih."

***

Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang