Expedition

44.9K 4.3K 686
                                    

Guam, Kepulauan Mariana, Oseania, Samudra Pasifik.

"Sudah keempat kalinya, gagal lagi?!" Seorang pria dengan brewok hampir menutupi mulutnya terlihat sedang memarahi anak buahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah keempat kalinya, gagal lagi?!" Seorang pria dengan brewok hampir menutupi mulutnya terlihat sedang memarahi anak buahnya.

"Kami tidak sanggup lagi, bos! Kapal selam kami hanya dapat mencapai kedalaman tak lebih dari 3 kilometer, selebihnya kami harus keluar dari kapal untuk menyelam lebih dalam lagi, dan kau tidak akan pernah bisa membayangkan keadaan saat itu-" pemuda itu seperti melihat sesuatu yang menyentil metalnya.

"Omong kosong! Kau tau, hanya aku satu-satunya yang selamat dari segitiga bermuda, Palung itu bahkan tidak ada apa-apanya dibanding laut setan itu!"

"Itu hanya keberuntunganmu saja, bos!" Pemuda lain dengan berani menyanggah bosnya, dan ia tau hal buruk akan segera terjadi.

DHUAK!

Satu pukulan tepat mengenai rahangnya. Gigi seri bawahnya copot satu, ia segera terbatuk dan meludah darah.

"Kalian semua, mulai hari ini, tidak lagi menjadi bagian dari kru-ku. Kalian gagal! Aku akan mencari orang yang sanggup dalam ekspedisi ini, karena, aku harus mendapatkannya, di Palung itu!" Pria tua itu mulai menghisap rokoknya.

Semua anak buah pria itu satu persatu meninggalkannya, hanya satu, seorang pria yang nampaknya berumur kepala empat masih tingga disana.

"Apa maumu?" Pria tua itu berbicara tanpa menatapnya sedikitpun.

"Kurasa aku tahu siapa orang yang kau butuhkan. Tapi dengan satu syarat, aku ingin mengambil gajiku dua bulan ini."

"Siapa yang kau maksud?"

"Ini kartu namanya. Sekarang berikan uangku."

Pria tua itu melirik lawan bicaranya sekilas, lalu tersenyum. Senyum yang bahkan tidak terlihat sama sekali karena tertutup brewok, lalu memainkan ponselnya dalam hitungan menit.

"Uang itu sudah masuk di rekeningmu," kata si pria tua.

"Terimakasih, aku harap dokter itu menolak tawaranmu. Karena ekspedisi ini, kau sudah memakan 2 nyawa." ucap pria itu sambil bergegas pergi.

***

Sydney, Australia.

"Eric!"

Seseoang yang bernama Eric itupun menoleh, seorang pria kekar memanggilnya.

"Fred? Ada apa?" Eric menanggalkan jas dokternya, lalu menatap pria bernama Fred  itu.

"Ada surat. Tak habis pikir, kenapa mereka tidak mengirimimu e-mail atau whatsapp saja?"

Eric menerima surat yang dibalut asal dengan kertas koran, lalu membaca nama si pengirim.

"James Cameron, siapa James? "

"Manakutahu! Oh iya, tips," Fred menggesekkan dua jari telunjuk dan jempolnya, meminta uang tip.

"Menyusahkan!" Eric memberi  selembar uang  10 dollar kepada Fred, agar cepat pergi. Fred  adalah preman paling ramah di Sydney, setidaknya begitu dia harus diberi imbalan dalam melakukan sesuatu tanpa diminta.

Eric melepas name-tag nya yang bertuliskan dentist, lalu mulai membuka isi surat tadi.

"James Cameron,
Guam, Oceania."

"Oceania?" Eric memiringkan kepalanya.

"Ekspedisi selanjutnya, Marine. Marine yang sangat gelap, kami memanggilnya deep blue sea. "

"Ekspedisi? Mengenalnya saja tidak, sembarangan menawarkan sebuah ekspedisi laut-" Eric berdiri, dan selembar kertas jatuh tepat diatas sepatu kulitnya.

"Jangan terlalu merobek korannya. Kau akan setuju bila telah membacanya."

"Koran? Apa yang dimaksud pembungkus ini?" Untung, Eric hanya merobek bagian atasnya saja, jika adiknya yang merobek sudah seperti merobek kado ulangtahun.

"JAMES CAMERON WAS THE ONLY PERSON WHO SAVED FROM DEVIL SEA.

Headline  koran cukup menyadarkan Eric, pantas saja ia tidak asing dengan nama itu.

"He's call himself as a Sea Eater, For the next expedition he says,

MARIANA TRENCH."

GUBRAK!!

Segera Eric bangkit dan menegakkan bangku yang sempat oleng bersamanya, kini ia tahu dimana harus menghubungi James.

MARIANA TRENCH

Kabur ah.

Palung Mariana (2) | TERSEDIA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang