Trench 21

11.9K 2K 570
                                    

Setelah mendapat pesan dari Kolonel kemarin, Paquito menginap di markas NOAA  yang hanya ada beberapa orang yang berkepentingan untuk ikut serta dalam tur besok. Ponselnya berdering dan ia segera mengangkatnya.

"Ya, aku menerima whatsapp  dari Kolonel Atlas kemarin,"

"Apa katanya?"

"Dia menyuruhku untuk memandu tur Presiden beserta kapal selamnya. Dan-"

"Jadi, Kolonel besok tidak ada?"

"Dia akan terbang ke Washington  malam ini. Putranya yang bernama Daniel, ada kendala saat dia mau memasuki sekolah menengah. What did he say? Ah, sistem zonasi. Kupikir Kolonel akan membawa seluruh pasukannya untuk mengepung sekolah itu jika mereka tidak menerima Daniel ."

"Terserah. Bagaimana dengan semua penyelam itu?"

"Aku akan membereskannya." Kata Paquito menutup telepon, "dan kau akan menerima akibatnya." Lanjutnya sanbil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

***

Sementara di Hotel,

"Kembali lagi bersama kami, CNN Amerika. Ratusan penumpang  histeris karena jalur MRT  Washington - Seattle terputus akibat belum ada restu mertua. Bersama wartawan kami, Senin bin Kamis, melaporkan dari stasiun-"

"BERITA CAM APA INI!" Awsten mematikan tv dengan remot secara kasar. Hari ini adalah hari terakhir mereka di hotel, karena James telah mencabut semua dana anggaran misi yang gagal  dan tentunya termasuk tempat tinggal sementara, yaitu hotel.

Disisi lain Eric terlihat lesu, lalu Bhre mendatanginya.

"Kau ini kenapa, Om?"

"OM?!"

"Hehe. Baiklah, Peri gigi. Bagaimana bisa kau menghadapi pasienmu ini dengan wajah lesu? Kau tahu, kondisimu saat ini seperti korban penipuan, tau ga?"

"Misi ini memang menipu, kampret. Aku kehilangan klinikku di Sydney!  Dan apa katamu? Peri gigi? Sialan."

"Salahmu sendiri-" gerutu Bhre  pelan, namun Eric dapat mendengarnya secara jelas.

"Huh, memang. Ini salahku," Eric tertawa hambar, "aku lebih mementingkan passion  daripada kewajibanku sendiri." Lanjutnya.

"Sudah kubilang kan, tapi kau tidak mau mendengar." Sambung Awsten keras kepada Eric.

"Diam, Antelope!"

Awsten mengusap kepalanya gila, "Oh, ayolah! Sampai kapan kau akan memanggilku lope-lope  apalah itu, hah?! Kau mau apa kupanggil  *******  **** ?!"

"Who is she?"  Tanya Bhre awam.

"Not as woman. But a man. A transgender."

"Kau pikir aku transgender?!" Gertak Eric.

"Nah, kau pikir aku juga hewan Antelope, hah?!" balas Awsten. Entah mengapa ia bisa seberani ini kepada Eric.

Palung Mariana (2) | TERSEDIA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang