Trench 9 : the creature's hidden

16.5K 2.7K 553
                                    

Makhluk itu disembunyikan.

-

"Bagaimana keadaan James?" tanya Taylor saat beberapa jam mereka menunggu hingga pagi tiba, kini waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

"Buruq, of course. Lehernya membengkak," ucap Jason yang baru saja menemui dokter.

"Sebenarnya apa yang kalian bertiga lakukan tadi malam, hah?" Eric merasa semuanya tak masuk akal.

"Aku dan James hanya menyelam. Tak ada kaitannya dengan Awsten sama sekali," jawab Jason.

"Ah, sebaiknya aku mencari sarapan. Sampai jumpa! kata Paquito tiba-tiba, ia menguap lalu beralih pergi.

"Paquito," panggil Jason. "Aku ikut, sekalian berganti pakaian." Karena dari semalam ia dan James masih mengenakan pakaian menyelam yang basah.

Setelah menyaksikan keduanya meninggalkan koridor rumah sakit, Eric segera memukul ringan kepala belakang Awsten.

"Katakan apa yang terjadi, Antelope!"

"Eric! Jason sudah bilang, kan. Hal ini tidak ada hubungannya dengan Awsten sama sekali!" Taylor menyela, dasar Eric yang temperamental.

"Kau pasti melihat bagaimana keadaan James saat itu, bukan? Katakan."

"Hmm, mengenaskan. Tadi malam aku hampir tidak mengenali James karena wajahnya, leher, serta kaki yang berlumuran darah," jawab Awsten sambil sedikit mengingat-ingat kejadian di dermaga semalam.

"Menurutmu apa ini masuk akal—maksudku, kukira sesuatu telah menggigit James?" Eric bertanya kepada Taylor dan Jimmy yang sedari tadi melongo.

"Digigit apa? Megalodon? Bhah! Dia pasti sudah mati sekarang, Eric." Taylor tertawa, namun memang hal ini sangat tidak masuk akal.

"Jason terasa aneh kemarin. Sejak ia menemukan-"

"Sudah, Eric. Mari masuk, kita lihat keadaan James," kata Taylor.

Mereka tidak tahu, dibalik dinding koridor dibelakangnya terdapat Jason dan Paquito yang memang sengaja untuk stay dan mendengar semua itu.

***

"Aa—a," James membuka mulutnya untuk mencoba bersuara. Ia merasa sangat haus.

"Apa, hah?" sahut Awsten, diikuti oleh sebuah cubitan disertai gerakan memelintir di pinggangnya. Siapa lagi? Eric pelakunya.

"Jaga sikapmu, bodoh!" bisik Eric.

"Aw,"  Awsten mengusap pinggangnya, "Sten."  Oke, sekarang jiwa idiotnya kembali muncul.

Sementara Eric hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Idiot ini, sungguh!

"Sudah selesai diskusinya?" Taylor menyela, "James, kau mau minum?" tawarnya.

James mengangguk. Diikuti oleh tatapan ngeri dari Awsten, karena ia melihat darah yang merembes dari perban di leher James saat ia mengangguk.

Palung Mariana (2) | TERSEDIA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang