Trench 16 : It is blind

13K 2.4K 698
                                    

Dia buta.

-

"Apa katamu? NOAA? Dengan menjatuhkan bom seperti tadi?!" sanggah Awsten.

"Seharusnya kau marah kepada James. Dia yang memulai semua ini, dan dia mengakhirinya dengan tubuh lemah yang melarikan diri dirumah sakit!" Paquito menggertak.

"Do you stupid?! Bahkan kau menyalahkan orang yang sekarat?" kali ini Eric yang berkomplain.

"Sir, makhluk itu sudah tidak terlihat lagi," lapor sang Pilot yang memantau situasi saat ini.

"Sebaiknya kita cari Jason," kata Lily, "Aku yakin dia masih-"

"Disana!" potong Awsten sambil menunjuk seseorang yang berpegangan pada sailboat yang mengapung dengan jarak yang agak jauh dari tempatnya semula.

"Terbang merendah!" seru Paquito, saat ia melihat Jason dibawah sana.

Jason terbatuk sembari melepas selang oksigennya, perlahan ia memanjat naik sailboat-nya yang terbalik dengan utuh. Namun ia yakin, mesinnya pasti tak lagi berfungsi. Selagi ia mengatur nafas, helikopter diatasnya menjatuhkan tangga yang terbuat dari tali dihadapannya.

"JASON! PANJAT!" kata Awsten.

Dengan nafas terengah-engah, Jason memanjat tangga itu dan langsung menjatuhkan tubuhnya saat berada di dalam heli. Kelima orang itu memperhatikannya, termasuk sang pilot yang sedikit merasa kepo.

"Kau menyelam tanpa menggunakan pakaian selam sama sekali?" tanya Paquito.

"Jason, apa yang kau lakukan dibawah sana?" Kini Eric yang bertanya.

"Makhluk itu-"

"TANYA SATU-SATU SIALAN!" Jason terpancing, lalu ia kembali memuntahkan air laut yang masih ada diperutnya.

"Ew," Awsten merasa jijik, "Sten." lanjutnya, kembali lagi menjadi idiot.

Eric berdecak kesal, ia membiarkan Jason mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu di lantai helikopter. Karena pasti, Jason juga ikut terpental akibat bom iseng Paquito tadi.

Setelah Helikopter kembali terbang berbalik melintasi laut yang menghubungkannya menuju dermaga Guam-Mariana, sesuatu terdengar dari arah utara.

Makhluk itu mengejar mereka.

"HOLY SHIT! Paquito, lakukan sesuatu!" ucap Lily khawatir saat melihat makhluk itu berenang dengan cepat mengejar mereka.

Jason yang sedari tadi berpura-pura memejamkan mata, mengeratkan jaketnya untuk menutupi sesuatu yang telah ia dapatkan hingga mempertaruhkan nyawa seperti ini.

"Mengapa dia mengejar kita?" tanya Awsten.

"Dia tidak mengejar, gerakannya melambat ..." kata Eric saat menyadari helikopter terbang semakin tinggi, pergerakan makhluk itu semakin lambat pula.

Paquito menoleh kepada Eric dengan sebelah alis terangkat.

"Dia ... mengikuti kita."

"Apa bedanya mengejar dan mengikuti? Hei, itu sama-sama tindakan tidak terpuji," bantah Awsten.

"Mengejar. Kau mengetahui pasti dengan targetmu secara detail, mengingatnya, dan menangkapnya hingga dapat. Sementara mengkuti ..." Lily memberi jeda sejenak, "Mengikuti, kau hanya menurutkan sesuatu yang kau anggap target, dan ada didepanmu tanpa mengetahui targetmu," lanjutnya.

"Lalu?"

"Makhluk itu buta." Sambung Jason tiba-tiba dengan mata yang masih pura-pura terpejam.

"BUTA?!" jawab keempatnya serempak. Sementara sang pilot tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, masa bodoh, yang penting dirinya sendiri bahagia.

Palung Mariana (2) | TERSEDIA DI GRAMEDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang