11-A dress

3.3K 185 2
                                    

Tak pernah ada yang menarik dari hari-hari Alenna. Hanya bangun, bersiap sekolah, belajar disekolah, pulang, dan kadang harus ribut ringan dan menerima perlakuan manis Arsen.

Hanya itu. Setiap hari.

Sedikit berbeda dengan biasanya, karena hari libur alhasil lah Alenna berniat untuk mengikuti Ara ke butiknya.

"Tan.. Lenna ikut ke butik ya? Yayaya?" pinta Alenna,

"Pacar kamu nggak kesini?" pertanyaan itu berhasil membuat Alenna mendengus pelan,

"Siapa sih tan? Lenna nggak punya pacar" elaknya,

"Kamu kira tanten nggak tau? Orang pacar kamu itu bilang sendiri kok".

Wajah Alenna berubah masam.

"Jangan masem gitu dong mukanya. Tante liat dia sayang kok sama kamu",

"Kata siapa?",

"Nggak percaya?. Biasanya kalo dia habis anter kamu dia suka cerita-cerita apa yang kalian lakuin saat pergi dan banyaklah" Alenna memandang Ara memicing tak percaya, sedekat itukah Arsen dengan Ara?.

TOKK TOKK

Suara ketukan pintu sukses membuyarkan kebingungan Alenna.

"Buka tuh, pacar kamu kayaknya" kata Ara menggoda keponakannya,

"Ishhh Tante.." Alenna mamasang wajah merengek tak mau digoda,

"Buka gih" perintah Ara dan Alenna hanya mengangguk.

"Seenggaknya dia sudah buat kamu sedikit melupakan masalah dimana papa dan mama kamu Alenna" kata Ara lirih.

°°°

"Kenapa? tanya Alenna malas saat menyambut wajah Arsen di depan pintu,

"Kita jalan",

"Lo ngajak apa gimana?" tanya Alenna kurang jelas dengan ucapan Arsen yang kelewatan irit

"Iya gue ngajak, buruan",

"Gue belum mandi, siangan aja lah",

"Lo mandi sekarang, gue tunggu, cepet" kata Arsen disambut dengusan sangat pelan dari Alenna.

Dengan terpaksa Alenna melangkahkan kakinya malas menuju kamar mandi.

Hampir 20 menit waktu yang Alenna gunakan untuk bersiap. Alenna kembali turun menemui Arsen.

"Yukk" kata Alenna mengajak,

"Lama banget" protes Arsen,

"Namanya juga cewek. Masih untung gue mau jalan sama lo" kata Alenna jadi sewot.

Arsen hanya menggeleng, tak mau melanjutkan pertengkaran dengan Alenna. Mereka segera menaiki motor yang disambut pertanyaan heran Alenna terlebih dulu "tumben bawa motor". Seperti itu lah.

°°°

Setelah bertengkar tak terlalu lama dengan Arsen, akhirnya Alenna patuh mengikuti cowok itu ke sebuah ruangan,

"Ruangan apa?" tanya Alenna memperhatikan sudut-sudut ruangan,

"Ruangan aku" kata Arsen berhasil membuat mata Alenna memicing.

Alenna bingung, kenapa tiba-tiba pakai aku-kamu?. Tak biasanya. Tapi kini Alenna ikut masuk dalam bahasa Arsen.

"Duduk disana" tujuk Arsen pada sebuah sofa besar di tengah ruangan.

Alenna hanya mengangguk dan patuh. Dilihatnya Arsen yang berjalan menuju sebuah lemari. Dibukanya lemari itu, tak lama terdengar hembusan nafas lelah dari Arsen.

Disisi lain Arsen tengah mencoba menahan air matanya. Ia tak akan menangis di hadapan gadisnya. Beruntung saja rumah sedang sepi dan Arsen bisa membawa Alenna sebentar.

"Ar?" suara panggilan disampingnya berhasil membuatnya berhenti menatap foto mamanya,

"Apa?",

"Kenapa?",

"Enggak" jawab Arsen dengan senyum dan dibalas raut wajah Alenna yang nampak masih ingin tahu.

"Kamu coba dress ini di bilik itu" Arsen menyerahkan dress berwarna merah maroon pada Alenna dan menunjuk pada satu bilik.

Lagi-lagi Alenna mengangguk, kali ini dengan senyum.

Sambil menunggu, Arsen duduk di sofa tengah ruangan sambil memainkan posnselnya.

Beberapa menit berlalu.

"Arsen" panggilan lembut dari bibir Alenna jelas terdengar Arsen dan sesegera mungkin ia mendongak.

Dilihatnya seorang gadis, ah buukan, ia nampak seperti bidadari. Itu gadisnya, Alenna. Dengan dress merah maroon, Alenna berhasil menghipnotis Arsen. Ditambah dengan sapuan bedak tipis dan liptint yang Alenna gunakan dari awal mereka berangkat.

Gaun itu berhasil membangkitkan ingatan Arsen. Gaun yang pernah digunakan oleh seorang wanita yang ia sayangi lebih dari apapun, ibunya. Seolah Arsen kini melihat ibunya di depan mata, tapi itu gadisnya.

Arsen berjalan mendekati Alenna, membawanya duduk di sofa bersamaan.

"Kenapa" tanya Alenna heran karena Arsen hanya menariknya dan diam.

Arsen memilih menatap mata Alenna. Menatap dalam penuh kehangatan. Matanya memanas tapi air matanya tak keluar, lebih menyiksa seperti ini.

Dadanya sesak mengingat kembali sang mama yang dibunuh tanpa salah, ia membencinya.

"Arsen are you oke?" Alenna melambaikan tangannya tepat didepan wajah Arsen setelah ia memutus kontak matanya dengan Arsen sebelumnya.

Alenna bingung harus apa.

Sepersekian detik kemudian Arsen membawa Alenna dalam dekapannya. Ia menginginkan gadisnya, ia menginginkan ketenangan. Ia tak mau Alenna melihat wajah rapuhnya sekarang.

"Arsen? Kenapa?" tanya Alenna pelan.

Alenna ragu untuk membalas dekapan Arsen. Kini Arsen menemukan ketenangannya, Alenna. Cowok itu menenggelamkan kepalanya pada leher Alenna, menghirup aroma parfume gadis itu dengan tenang.

Alenna sedikit geli dengan apa yang Arsen lakukan. Tapi sepertinya Alenna paham jika suasana hati Arsen sedang buruk. Tanpa ragu, kini Alenna membalas dekapan Arsen lembut.

Arsen mendekapnya makin erat, membuat Alenna sedikit sesak dan tanpa sadar ia mencengkeram bahu Arsen yang menjadi tapakan tangannya sedari tadi. Mendekat tanpa jarak, seperti itu mungkin.

Keduanya seolah jatuh dalam kehangatan dan ketenangan. Namun ini terlalu dekat bagi Alenna, lebih jelasnya melampaui batas teritorial yang ia buat sendiri. Tapi Alenna tak memberontak, ia ingin menjadi sandaran bagi Arsen.

"Mama" ucap Arsen lirih ditelinga Alenna.
.
.
.
[To Be Continue]

Azeekk aduhai digantunginn😌

Lah tuh anak dua, udah woii😪

Yasudah lah ya biarkan saja.

Sekian dari authorr dan kisah ini masih berlanjut di part selanjutnyaa...

Jangan lupa maafkan typo🌞

Jangan lupa kasih vomment nya. Bayybayy👣👣

Protective Devil || Completed✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang