Chapter 0.2 : My name is [Y.N]

627 115 35
                                    

"HELP!" seorang remaja dengan pakaian ala pramuka berteriak meminta tolong sambil terus berlari ke satu titik.  Peluh membasahi wajah remaja itu lantaran sudah berlari terlalu lama, dia kelelahan namun karena sesuatu yang ia yakini masih mengejarnya di belakang, sepasang kakinya terus berlari secara otomatis. Napasnya tersengal-sengal, entah sampai kapan dia akan terus berlari. Dia masih mendengar suara itu, suara tawa tidak wajar dari arah belakangnya. Tawa itu memecah keheningan malam, menyebabkan rasa takut si remaja menjadi-jadi.

Lima belas menit yang lalu, ia kembali ke tenda perkumpulan pramuka yang sedang camping di sebuah hutan setelah mencari-cari serangga unik. Dia kembali sambil memasang wajah berseri karena berhasil mendapatkan kumbang langka akan tetapi, senyuman di wajahnya pudar ketika melihat puluhan manusia yang tak lain adalah temannya terkapar bersimbah darah. Mereka mati dibunuh.

Hanya beberapa detik dia membatu, sebab suara seseorang menariknya ke dunia nyata. Dia mendengar suara seorang laki-laki mengatakan, "Masih ada satu tikus ya."

"LAMBAT!" sebuah teriakan menggema di telinga remaja tersebut, lalu dia jatuh terjerambab. Ia menatap horor pada kondisi betisnya yang tertancap sebuah pisau kecil.

Remaja itu tidak dapat berbuat banyak, dia hanya bisa pasrah ketika langkah kaki itu mendekat kepadanya dan seorang manusia berwajah abnormal berjongkok di dekatnya.

Pisau kecil itu dicabut, lalu ditancapkan lagi dan kali ini diseret hingga kulit betis remaja itu menganga dan cairan merah keluar dengan jumlah yang banyak.

"Hukuman bagi yang berlari lambat," gumam pembunuh itu.

Teriakan kesakitan menggema di sekitar hutan.

"K-kau jangan menangis..." ucap pembunuh itu sambil mengelus wajah si remaja. Sepasang bola mata remaja itu terbelalak melihat wajah si pembunuh dari dekat.

Kulit wajahnya putih, sangat putih untuk ukuran manusia dan tampak seperti ia gagal operasi. Kelopak matanya tidak ada, lebih tepatnya 'dipaksa' terbuka. Bibirnya sobek, dari ujung ke ujung. Entah dia harus menyebut pembunuh itu manusia atau bukan tapi yang jelas, manusia biasa tidak akan mampu bertahan dengan luka di wajah seperti itu.

Dia tidak bisa berhenti mengeluarkan air mata, dia ketakutan melihat wajah pembunuh itu.

"KUBILANG BERHENTI MENANGIS, BODOH!" geram, jemari pembunuh itu mencolok bola mata remaja di hadapannya. Teriakan kembali terdengar.

"BERHENTI MENANGIS!" dia mengeluarkan sebuah gunting dari balik saku hoodienya dan menusuk mata korban malang tersebut.

Teriakan itu melemah, sedangkan anggota geraknya terus melakukan gerakan kecil, mengeliat kesakitan.

Hingga gerakan itu berhenti sepenuhnya setelah sebuah pisau tertancap menembus lehernya dan darah mengucur tanpa ampun. Akan tetapi, pembunuh dengan bibir membentuk senyuman tidak melakukan apapun melainkan tangan kirinya masih melayang di udara memegang sebuah gunting. Dia hendak menghujamkan lagi guntingnya ke mata mayat di bawahnya namun seseorang menginterupsi hal tersebut.

Dari belakang.

Jeff The Killer bangkit, berdiri tanpa ada niat untuk membalikkan badannya. Pantas saja sedari tadi dia merasakan kehadiran orang lain, ternyata memang ada yang berniat mengganggu waktunya bersenang-senang.

"Jeff." Sebuah suara halus khas wanita dewasa memanggil namanya dengan lembut dan penuh emosi.

Jeff masih diam, dia tidak pernah mendengar suara ini sebelumnya. Tidak di mansion dan tidak di manapun, kecuali di alam bawah sadar.

"Jeff... kau masih hidup...," suara itu kembali terdengar. Jeff mulai terusik, masa' dia mendengarkan suara wanita yang ada di mimpinya di dunia nyata juga?! apa jangan-jangan ini tanda-tanda skizofrenia?

Pemuda itu masih setia berdiri membelakangi siapapun itu yang ia akui memiliki suara yang indah.
Hingga ia mendengar langkah kaki mendekat dan napas seorang manusia yang sedikit terengah.
Tahu-tahu saja, ia sudah membalikkan badannya dan menepis tangan seorang wanita yang hendak menyentuh bahunya.

Jeff memandang wajah wanita di depannya tersebut. Wanita itu melakukan hal yang sama, dia memandang Jeff dalam. Mereka bertatapan satu sama lain sampai sepasang iris hitam pemuda itu menoleh kearah lain.

"Bitch, go away."  Suara serak itu mengusir dengan nada kasar. Akan tetapi, wanita berambut [H.C] di hadapan Jeff malah tersenyum. Wanita itu terduduk di atas tanah dan tertawa sambil mengeluarkan air matanya. Sungguh aneh, dia merasa lega luar biasa. Tadinya dia berlagak kesal karena lelaki itu tidak kunjung muncul, sejujurnya rasa kesal itu menutupi kekhawatiran luar biasa [Y.N] jika saja lelaki yang ingin ia temui tidak ada. Dua tahun telah berlalu, dia meninggalkan lelaki itu disana. Dia tidak tahu apa yang dilakukan Slenderman kepada lelaki itu setelah ia kabur dari mansion.

Sekarang, ia berhadapan dengan lelaki itu lagi. Mungkin semuanya akan berbeda, karena dia harus mengulang dari awal. Penuturan singkat dari Slenderman membuat ia paham bahwa saat ini dia adalah orang baru, asing. Jeff tidak mengetahui siapa [Y.N], singkatnya mereka harus mengulang dari awal.

And for Zalgo sake, her heart is beating so fast right now.

"The fuck?" [Y.N] mendongak, Jeff masih berdiri beberapa meter di depannya seraya memasang wajah aneh.

Inner wanita itu menepuk jidat, baru menyadari kalau yang barusan adalah pertemuan pertamanya dengan Jeff. Dalam artian, setelah Jeff kehilangan ingatan total tentang dirinya. Apa dia kelihatan seperti baru saja mendapati bahwa ternyata dia memiliki seorang sepupu jauh yang masih hidup? atau seperti seorang pasangan LDR yang baru saja menjumpai kekasihnya di dunia nyata?

This is your first impression [Y.N]. Batin wanita itu tegas. Dia harus membuat segalanya berjalan lancar kali ini, waktunya tidak banyak lagi.

[Y.N] mengedipkan matanya, melihat punggung Jeff yang menjauh dari pandangan. Spontan ia berdiri dan berlari cepat mendahului lelaki itu, ia berhasil menyusulnya karena Jeff hanya berjalan lambat.
Wanita tersebut merentangkan tangan, memblokir jalan Jeff The Killer.

"Hello, apa kau Jeff The Killer?" tanya [Y.N].

Jeff melempar tatapan tajam kepada [Y.N] dan meludah kehadapan wanita tersebut. Otomatis [Y.N] minggir dan lelaki itu lanjut melangkah.

"Hey, tolong jawab!" pinta [Y.N] seraya menyamakan langkah kakinya dengan langkah lebar khas pria milik Jeff.

"Bitch, don't make me kill you," ucap Jeff dengan nada rendah.

"Aku [Y.N], anggota Creepypasta baru, aku tinggal di mansion hari ini. Aku menemuimu karena semua orang di tempat tinggalku bercerita tentangmu dan kupikir kau keren!"

Jeff berhenti melangkah, ia menoleh dan mendapati wajah wanita itu berseri-seri. Perempuan sinting yang termotivasi olehnya?

Astaga, menghadapai Nina saja dia kewalahan, apalagi menghadapi wanita satu ini.

***

[Y.N] di hadapan member CP lain rada pendiam ama kasar. Depan Jeff yagitulah.

-FarraaY

INVISIBLE [Jeff The Killer x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang