Chapter 0.4 : Ben

527 92 32
                                    

Kuku-kuku itu berbentur dengan meja, menimbulkan bunyi dari ketukan-ketukan yang terus berlangsung. Seorang wanita mengamati tulisan yang tertoreh diatas kertas, ia membacanya di dalam hati sementara otaknya bekerja. Ia menyunggingkan senyuman miring begitu sebuah ide melintas di kepalanya, persis seperti apa yang tengah Jeff coba praktikan terhadapnya. Tangan kiri wanita tersebut yang sedari tadi mengetuk permukaan meja tertarik kembali, ia memegang dadanya dan meringis ketika detak jantung itu berubah menjadi dentuman keras yang tidak wajar. Nyeri terasa di ulu hati perempuan itu, ia meremas permukaan pakaian dan memejamkan matanya erat. Dunianya sempat berputar-putar, ia hanya terpusat pada rasa sakit yang tiba-tiba ia rasakan hingga kepalanya merasakan sentuhan lembut.

"Sweetheart," [Y.N] mengatur napasnya kemudian menoleh kepada 'sang paman' yang berada di belakangnya.

Jujur, panggilan yang diberikan oleh pria jangkung itu membuat [Y.N] muak. Pasalnya, dia merasa seperti memiliki seorang keluarga kandung padahal tidak dan setiap memikirkan soal keluarga, dia akan menjadi gila.

Tidak, dia bukannya tidak menyukai keluarganya. Dia membenci mereka.

"Apa maumu?" tanya [Y.N] sedikit ketus.

"Apakah 'dia' masih tidak menyukaimu?"

[Y.N] mendecih ketika tangan Slenderman mengelus puncak kepalanya, gadis itu menyingkirkan tangan Slenderman lalu menjawab, "Sejak kapan dia menyukaiku?"

"Lord Zalgo mengatakan kepadaku. Seharusnya dia menyukaimu,"

[Y.N] berdiri kemudian menggebrak meja di hadapannya. Ia menatap Slenderman sinis, "Kau sangat menginginkanku mati heh?"

Setelah itu, ia keluar dari ruangan dan pergi meninggalkan Slenderman yang hanya diam.

***

BEN tersenyum begitu melihat penampakan seorang wanita berambut [H.C] tengah duduk di sofa ruang keluarga yang sedang sepi, wanita itu duduk sendirian sambil membaca sebuah buku tebal dan diatas meja juga terdapat dua buku lagi. Lelaki itu mengantongi PSP kesayangannya dan melangkah ringan menuju sofa tersebut dari arah belakang.

Sebuah ide isengpun muncul. Ben melangkah dengan pelan, mengendap-ngendap agar kehadirannya tidak disadari oleh wanita tersebut. Tujuannya adalah mengejutkan [Y.N].

Namun, ketika ia hendak mengangkat tangannya, sebuah buku menembus tubuh pemuda yang berpakaian ala kurcaci tersebut. Buku tadi, dilempar dan melayang ke belakang.

Ben menelan ludah, ia buru-buru menyapa wanita itu.
"Hai!"

[Y.N] yang awalnya memasang tampang seperti siap membunuh orang, mengubah ekspresinya perlahan menjadi lebih tenang dan lunak.

"Halo,"

Ben memperhatikan wajah wanita di hadapannya sekarang.

Cantik. Boleh nih untuk mangsa, eh?

"Sedang baca buku?" tanya Ben.

Perempuan itu memutar bola matanya, "Tidak, aku hanya memelototi kertas ini sambil menunggu mataku mampu memunculkan laser beam. Haha," jawab [Y.N].

Ben meringis. Perempuan ini sepertinya sulit didekati, dia ketus sekali. Ia mengamati wajah [Y.N], kemudian memiringkan kepalanya sedikit dan mengusap dagunya.

"Apa kita pernah bertemu?" tanya Ben tiba-tiba. [Y.N] menurunkan buku yang ia baca tadi dan menoleh lambat kearah Ben. Jantungnya berdegup tidak normal, apa Ben sadar kalau dia adalah [Y.N] si penjaga pustaka dulu?

"Ah, kurasa sewaktu aku bermimpi menikahimu!" Ben tertawa. Dia tidak menyadari bahwa wanita yang diajak bercanda olehnya sempat menatap horor dan tegang bukan main.

INVISIBLE [Jeff The Killer x Reader]Where stories live. Discover now