Chapter 0.6 : Failure

613 92 44
                                    

"[Y.N] sayang, mulai sekarang inilah kamarmu!" seorang wanita dengan wajah lembut keibuan, membukakan pintu sebuah kamar untuk gadis kecil yang berdiri di dekatnya. Gadis itu menatap lurus kedalam ruangan kamar baru yang akan ia tempati. Entah kenapa, kedua orang tuanya mendesak ia agar tidur berpisah kamar dari Jenny, kakaknya. Sebagai anak tengah diantara tiga bersaudara, [Y.N] hanya bisa mengalah. Lagipula, dia bisa lebih leluasa menata barang jika ia memiliki kamar sendiri. [Y.N] tersenyum, berterima kasih kepada kedua orang tuanya.

Akan tetapi, meski sekilas melihat isi kamar. [Y.N] tahu kalau sebuah kursi kayu hitam  yang terletak di sudut ruangan merupakan furnitur kuno.

Sepasang kelopak mata itu terbuka lebar, bersamaan dengan terbukanya mata, [Y.N] menarik napas, terengah-engah. Setelah menstabilkan napas dan detak jantungnya, gadis itupun bangun dari posisi berbaring dan mengubahnya menjadi posisi duduk. [Y.N] menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, berusaha mengusir bayang-bayang wajah yang mampir di mimpinya tadi.

[Y.N] mendecakkan lidah, ia berdiri seketika kemudian menendang nakas yang terletak di sebelah tempat tidur hingga remuk. Ia bahkan tidak memerdulikan kondisi sekitarnya dan memutuskan untuk berteriak sekeras mungkin. Mengabaikan waktu serta keadaan.

Teriakan itu terhenti ketika pintu kamarnya diketuk.

[Y.N] memicingkan mata. Ia berjalan kearah pintu, bersiap melampiaskan emosinya melalui tinjuan kepada siapapun yang berada di balik pintu. Akan tetapi, ketika pintu terbuka, ia menemukan BEN yang setengah melayang. Tinjunya terkepal, [Y.N] menghembuskan napas. Tidak, dia tidak bisa meninju hantu satu ini.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Ben, ada nada khawatir disana. [Y.N] menaikkan sebelah alis.

"Kau berteriak, apa ada kecoa di kamarmu?" tanya Ben lagi. [Y.N] menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada apa-apa. Kembali ke kamarmu sana," usir [Y.N]. Ben memajukan bibir, ia mendekati [Y.N].

"Kau benar-benar tsundere. Bilang saja kalau kau butuh bantuanku,"

[Y.N] mendecih. "Berisik,"

Kemudian, pintupun tertutup dengan cara dibanting.

***

[Y.N] melipat ujung lengan kemeja putihnya dan bercermin sejenak. Ia meraba pipinya sendiri, lalu tersenyum tipis.

"Cantik," kemudian, ia beranjak keluar dari kamar. Mengabaikan sapaan dari Ben yang ternyata sudah menunggunya di luar kamar.

Ben gigih, ia tetap mengikuti langkah kaki [Y.N]. Pemuda dengan pakaian serba hijau itu terkekeh, matanya mengamati wanita tersebut dari belakang. Dia tidak asing dengan penampilan wanita itu, apa dia pernah berjumpa dengannya?
Ben menaikkan alis, melihat sekelilingnya, ia membuntuti [Y.N] dan berakhir di depan perpustakaan mansion.

"Wah, kau suka membaca?" [Y.N] menjawab dengan deheman saja.

Wanita itu membuka pintu perpustakaan dan masuk kedalam sana. Namun, langkah kakinya terhenti begitu melihat sosok Madness yang sedang berdiri di dekat rak buku. Ben memandang Mad, kemudian bersiul, sementara Madness tidak menghiraukan hantu tersebut.

"Penampilannya aneh ya?" tanya Ben.

[Y.N] mengangguk kecil. "Kau, kenapa mengikutiku terus?"

Ben terkekeh, "Aku ingin menjagamu, barangkali ada member lain yang cari masalah. Contoh, Jeff menjahilimu begitu,"

Hening sesaat. [Y.N] termenung, membayangkan jika ia dijahili Jeff. Rasanya... tidak mungkin. Entah kenapa, lelaki itu justru bersikap risih terhadap keberadaannya. [Y.N] berusaha untuk menampik hal ini, akan tetapi, semakin ia pikirkan semakin jelas pula bahwa dia dan Jeff benar-benar sudah tidak pas.
Tanpa wanita itu sadari, Madness mencuri pandang kearahnya diam-diam.

"Hello?" panggil Ben. Lamunan [Y.N] buyar, ia menoleh kearah Ben dan menggelengkan kepalanya.

"Ahya, hmm? menjahiliku? tidak mungkin." Balas [Y.N] disusul tawa ringan.

Madness menutup bukunya. Menatapi [Y.N] untuk beberapa saat, lalu melenggang pergi keluar dari perpustakaan.

"Baguslah dia pergi," Ben melayang kesana kemari kemudian melesat kearah rak-rak buku.

"Apa kalian ada masalah?" tanya [Y.N] penasaran. Ia berjalan ke rak di sisi lain ruangan, mengambil buku yang kelihatan menarik.

"Tidak."

[Y.N] memeluk buku-buku yang hendak dibacanya dan berjalan menuju ke arah meja panjang. Pagi itu, ia habiskan tiap menitnya dengan membaca buku bersama seseorang yang dulu hanya dianggap figuran di dalam hidupnya.

***

Dua jam kemudian, Ben meminta izin kepada [Y.N] untuk pergi dari perpustakaan mansion dengan alasan sudah jadwal untuk mencari mangsa. Tinggallah gadis itu sendirian di dalam ruangan tersebut.
[Y.N] terus membaca buku, sementara otaknya mencari strategi untuk memusnahkan Nina dan Masky.

Ia kira, setelah kepergian Ben dari perpustakaan, dia akan sendirian sampai akhirnya dia keluar juga. Namun ternyata, pintu perpustakaan mansion terdorong lalu terbuka lebar. Dan sosok yang muncul di kepala [Y.N] berdiri disana.

Lelaki bertopeng itu memandang kearah [Y.N] sejenak. Sementara yang ditatapi memasang ekspresi dingin.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Masky, mengalihkan pandangan ke seluruh ruangan. Menganalisa apakah ada perubahan.

[Y.N] menaikkan sebelah alisnya. "Apa kau buta?" tanya suara itu sarkastik sembari mengayunkan buku di hadapan wajahnya.

Masky terdiam. Dia merasakan aura gelap yang memancar dari perempuan itu, sekaligus rasa benci yang pekat.

Lelaki itu bingung, sebab bagi dirinya yang baru, ini adalah pertemuan pertamanya dengan perempuan cantik tersebut. Jadi, apa gadis itu memang kasar seperti ini?

"Sedari tadi, kau membaca buku?"

[Y.N] berhenti membalikkan halaman kemudian berdiri.

"Oh, disini dilarang baca buku ya. Ah, aku tidak tahu." [Y.N] menarik buku dari atas meja lalu meletakkannya di rak seperti semula dan melangkahkan kaki hendak keluar. Dia belum bisa membunuh Masky sekarang.

"Bukankah karya Allan Poe bagus?" pertanyaan itu keluar. Membuat [Y.N] menjeda langkah.
Ia menatap Masky tajam.

Masky menghela napas. Dia benar-benar bingung dengan sikap perempuan ini. Mengapa tampak sangat membenci dirinya?

"Namaku Masky, kau?"

Saat itulah [Y.N] sadar bahwa Masky belum mengenali dirinya yang baru. Akan tetapi, jika benar Masky melupakan segala hal tentang [Y.N], berarti siapa yang mengambil diary nya?

[Y.N] menautkan alis, ia berjalan mendekati Masky. Lelaki itu diam bergeming, membiarkan [Y.N] mendekati. Akan tetapi, [Y.N] benar-benar dekat.

Perempuan itu mengeluarkan silet dari saku pakaian kemudian mengacungkan ke hadapan wajah Masky.

"Kau berbohong bukan?"

***

Mungkin hari ini bakal update. Tapi, ga janji yaa.

Tell me your favorite part di chap ini :D
Kalo aku si pas Masky ngajak ngobrol [Y.N] kaya mix gitu feelingsnya.

FarraaY

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INVISIBLE [Jeff The Killer x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang