PROLOG

70 8 0
                                    

Dari: Farah
Jadi kapan kita meet up?

Saya
Nggak tau.

Dari: Farah
Bagaimana kalau besok?


Cukup lama jempolnya berkutat untuk membalas pesan singkat dari perempuan blasteran itu. Bulir-bulit keringat mulai terasa meluncur di lehernya. Ini gawat, ia harus menolak pertemuan besok. Otaknya segera mencari-cari alasan sopan dan dapat dipercaya untuk menangkis segala permintaan agar keduanya tidak bertemu besok maupun selamanya.

Entah sudah berapa kali pertanyaan kapan bisa bertemu ditanyakan gadis itu. hampir setiap hari nampaknya ia menanyakan hal yang sama. Memang kepastian itu perlu, penting, dan dinantikan.

Saya
Aku ada les tambahan.

Dari: Farah
Kalau lusa?

Saya
Ada kegiatan ekskul.

Dari: Farah
Di sekolah?

Saya
Iya.

Dari: Farah
Kalau begitu saya ke sekolah kamu, kita bertemu di sana. SMA Cipta Bangsa, kan?

Gawat!

Telapak tangannya basah oleh keringat. Bagaimana lagi ia akan menolak? Bodohnya laki-laki itu memberitahu nama sekolah. Jelas saja gadis itu akan tahu di mana ia menempuh pendidikan. Kalau saja ia tidak memberi informasi pribadi, mungkin ia tidak akan sepanik sekarang ini.

Sekarang ia bingung, sungguh bingung. Biasanya ia begitu lancar menemukan alasan untuk menolak pertemuan mereka. Namun sekarang stok alasannya sudah habis. Kalau begini mau tidak mau, mereka akan bertemu. Dan sebenarnya pun memang harus bertemu, seperti pesan beliau.

Tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang terasa gatal. Susah sekali rasanya menentukan pilihan ini. Bertemu esok hari atau dilain hari. Farah sudah terlihat ngebet, menanti-nanti bertemu dirinya.

Lagi-lagi otaknya mencari-cari kalimat untuk pertanyaan Farah. Jangan sampai ia terjebak dalam keputusannya. Karena ini terlalu berbahaya.

Matanya memandangi asbes kamarnya yang gelap. Pikirnya siapatahu di dalam kegelapan itu ada secercah jawaban untuk membantunya. Ini terlalu sulit, mungkin orang lain jika menjadi dirinya pasti akan mengalami kegundahan ini.

Ia membayangkan apa yang akan terjadi di pertemuan pertama mereka nanti. Bagaimana kalau semua bangkai yang tertutup sangat rapi itu mengeluarkan aromanya, bahkan tutupnya terbuka lebar. Habis sudah hidupnya kalau begitu.

Namun kalau mereka tidak juga bertemu, hal-hal buruk juga bisa terjadi. Semua harapan yang sangat diharapkan akan berserak begitu saja. Dibawa sang angin hingga tidak terlihat lagi. Apalagi jika yang muncul malah rasa kecewa. Gadis itu tidak boleh kecewa dan malah membenci dirinya. Citranya harus baik di mata Farah.

Sudah jelas, mereka harus segera bertemu. Bagaimanapun risikonya nanti. Apapun itu, ia sudah siap.

Dengan cepat, jari jempolnya membalas pesan dari Farah.

Saya
Yaudah, kita ketemu besok aja.

Dari: Farah
Les kamu bagaimana?

Saya
Itu gampang, lah.

Dari: Farah
Jadi, kita bertemu di mana?

Saya
Taman Bunga, jam 4 sore.
Dari: Farah
Okayyy. Saya udah nggak sabar bertemu kamu. See u!!!

Baiklah, masalah baru akan dimulai. Dan daftar kebohongan bertambah. Tidak lupa catatan dosa yang semakin banyak. Ucapkan selamat kepada diri sendiri.

×××
.
.
.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA. JANGAN LUPA KRITIK DAN SARANNYA. NANTIKAN PART BERIKUTNYA!!! 💙

HARI JUMAT [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now