JUMAT #4

6 1 0
                                    

[ Jahran ]

Suara Chris Martin mengisi kamarku. Lagu berjudul "Something Just Like This" dari Coldplay yang berduet dengan The Chainsmokers memang cocok untukku. Hatiku sedikit lega. Untuk kali ini, Farah tidak mengajak bertemu. Soalnya dia belum kunjung membalas chat semalam. Semoga saja ia memang tidak sedang ingin bertemu. Aku bisa bebas kali ini.

Namun baru saja aku ingin mengadakan pesta, ponselku berdering menandakan ada pesan masuk. Pasti dari gadis itu. Dengan malas kuambil ponsel yang tergeletak di kasur. Seperti dugaanku, sebuah pesan dari Farah. Aku pun membukanya.

Mataku terbelak kaget. Kemudian berkedip beberapa kali untuk memastikan apa yang kulihat itu benar. Dan memang benar.

Dari: Farah

Good day, Jahran.

Saya minta maaf untuk kali ini kita tidak bisa bertemu.

Papaku telah pergi untuk selamanya :') i wish u were here.


Jantungku berdegup kencang. Jempolku bergerak cepat menanyakan alamat rumahnya. Entah mengapa aku begitu ingin menemuinya sekarang. Kehilangan seseorang yang begitu disayangi adalah takdir yang menyakitkan. Aku bisa merasakan apa yang dirasakan Farah.

Sambil menunggu balasan Farah, aku meng-sms Mama dan Papa untuk izin keluar sebentar. Meskipun nantinya mereka melarang, aku tidak peduli. Farah membutuhkanku.

Ponselku berdering lagi. Dari Farah, ia memberikan alamat rumahnya. Secepat angin aku memakai jaket, meraih ranselku. Tanpa memilih, aku langsung mengenakan sepatu yang pertama kulihat dan segera keluar rumah. Untunglah di dekat rumah ada pangkalan ojek, jadi aku tidak perlu mencari atau pesan online lagi. Abang-abang ojeknya sempat memasang muka heran, mungkin lihat rambut pendek badaiku.

Meski sempat heran-heran sejenak, aku tidak membiarkan abang ojek heran juga di jalan. Aku memintanya secepat mungkin ke alamat yang ada di ponselku.

Selama perjalanan, aku menggigit bibir. Aku semakin gregetan melihat macetnya jalan ketika kami keluar komplek. Kalau begini bisa semakin lama aku ke sana. Melihat Farah mengirim judul lagu dari Avril Lavigne membuat rasa khawatirku kepadanya muncul begitu saja. Aku begitu yakin dia membutuhkanku dan mengharapkan diriku datang.

Dua belas menit waktu yang kutempuh untuk sampai ke rumah Farah. Setelah membayar ojek, aku langsung memasuki pekarangan rumahnya. Cukup ramai, orang-orang mengunjungi rumahnya. Kebanyakan bukan orang dengan perawakan Indonesia yang datang. Aku izin masuk ke dalam. Farah tidak terlihat mengelilingi jasad yang kuyakini Papanya. Kemana gadis itu?

"Excuse me." Aku menghampiri seorang laki-laki paruh baya yang sedang menyeka air mata wanita paruh baya juga di beranda rumah.

"Kamu Jahran?"

Aku langsung mengangguk. Bukan waktunya untuk heran.

"Farah ada di belakang, silahkan lewat sana," katanya sembari menunjuk pintu di sebelah kanannya.

"Terima kasih, Pak." Aku berjalan cepat menuju pintu yang ditunjuk. Pintu besi yang menyambungkan dengan halaman belakang ini kubuka. Kakiku menelusuri gang yang cukup panjang, tempat Farah berada belum terlihat.

HARI JUMAT [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now