3. Penasaran

503 160 59
                                    

Matahari terbit menyambut datangnya pagi yang cerah, mencari celah untuk menerangi setiap sudut kamar itu. Udara pagi yang menyejukkan hati membuatnya terbangun dari tempat tidurnya untuk menyambutnya. Seperti hari hari biasanya setelah bangun tidur Taran bergegas menuju kamar mandi untuk mandi dan setelah itu pergi bersekolah.

Setelah selesai ritualnya, Taran menuruni tangga dan mendapatkan mamanya tengah menyiapkan sarapan di meja makan.

"Sini sayang sarapannya udah siap!" panggil wanita yang tidak lain tidak bukan adalah Shilla mamanya Taran.
"Taran, besok mama harus  keluar kota selama beberapa hari karena urusan pekerjaan, kamu dirumah sendirian nggak papa kan sayang?" Ujar mamanya setelah selesai sarapan.

"Nggak papa kok mah, kan ada bi Yati sama mang Tarjo juga yang jagain Taran. Mamah keluar kota berapa hari? "

" Nggak tau, kalo mamah udah selesai disana mamah langsung pulang kok. Hari ini mamah anterin kamu sekolah ya?" Taran hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Setelah sampai sekolah, Vika melihat Taran dan menghampirinya.

"Taran," teriak Vika sambil melambaikan salah satu tangannya.
" Eh ada tante Shilla juga. Hallo tante," Sapa Vika pada mamanya Taran.

"Eh Vika, udah lama tante nggak ketemu kamu. Mama kamu apa kabar?" tanya Shilla.

" Baik, tan. Eh, kita pamit masuk kelas duluan ya tan, udah bel soalnya." Pamit Vika. Setelah itu Taran dan Vika mencium tangan tante Shilla.

Tidak heran mamanya Taran kenal dengan keluarganya Vika. Karena dulu keluarganya Taran bersahabat baik dengan keluarganya Vika hingga membuat Taran dan Vika selalu bersama sejak kecil. Namun pada saat Taran masuk SD, Taran dan keluarganya pindah ke Sanghai, China yang mengharuskan mereka terpisah tapi mereka tetap berkomunikasi. Taran biasanya mengunjungi indonesia 2 tahun sekali untuk berlibur dan mengunjungi kakek dan neneknya, dan dia selalu menyempatkan diri untuk bertemu sahabatnya, Vika. Dia baru pindah lagi ke indonesia baru baru ini saat SMA. Mamanya mengelola kantor milik kakek nya.
Sudah cukup membahas bagaimana Taran dan Vika bersahabat dan kenapa Taran tidak mengenal Marchel padahal kan Vika teman SD nya Marchel.

Saat melewati lorong menuju kelas, banyak pasang mata yang melihat ke arah Taran dan Vika, khususnya ke arah Taran. Tatapan tajam dari para wanita seperti ingin membunuhnya secara massal, ada juga yang menatapnya dengan kesedihan takutnya Taran akan jadi target pembulian teman-teman Marchel. Taran sudah bisa menebak mengapa banyak orang yang memperhatikan dia, hanya ada satu alasan. Alasan itu tidak lain adalah Marchel Adiyatma Nugraha. Seperti biasa saat disekolah Taran tidak peduli dengan keadaan sekitar,termasuk tatapan tajam dari orang-orang itu. Tidak sedikit orang yang berbisik kepada teman- temannya untuk mengatainya, namun Taran tetap berjalan santai tanpa menghiraukan yang orang lain omongkan. Namun dihatinya tidak henti-hentinya bersumpah serapah kepada Marchel, yang membuat pagi harinya menjadi sorotan disekolah.
Siapa yang tidak kenal Marchel disekolah ini, bahkan tukang siomay di depan sekolah tahu siapa Marchel. Tidak hanya tampan, kaya, preman sekolah, dan anak dari pemilik sekolah ini. Banyak orang yang tidak berani dengan Marchel, termasuk guru-guru. Melihat Marchel anak dari pemilik sekolah. Namun berbeda dengan anak-anak lain, Taran seakan tidak peduli dengan status Marchel yang menyandang sebagai anak pemilik sekolah ini.

Saat sampai di depan kelas, Taran mendapati Marchel yang berdiri dekat pintu kelas bersama kedua teman-temannya.

" Akhirnya lo dateng juga, lumutan gue nungguin dari tadi," ujar Marchel setelah melihat Taran tidak berada jauh dari tempatnya berdiri.

" Lo nggak lupa kan sama janji lo?" Tanya marchel. Taran hanya menaikkan satu alisnya, tak mengerti.
" Lo udah janji mau traktir gue di kantin, karena kemarin gue udah nganterin lo pulang," lanjut Marchel. Alih-alih mendapat jawaban dari Taran, Marchel hanya mendapatkan wajah Taran yang datar sedatar tembok tidak menanggapi omongannya. Kemudian Taran merogoh sakunya untuk mengeluarkan uang lima puluh ribuan, dan diberikan kepada Marchel.

"ini apa?" Tanya Marchel bingung karena perlakuan Taran kepadanya.

" Ini uang, gantinya kemarin. Gue sibuk, jadi gue nggak bisa traktir lo di kantin." ucapnya datar, kemudian meninggalkan Marchel yang mematung karena ucapan Taran.
Teman-temannya terbahak-bahak melihat itu, tidak kecuali Vika yang dari tadi disamping Taran malahan bisa dibilang Vika tertawa paling kenceng melihat ekspresi Marchel seperti orang bodoh. Seumur umur selama dia kenal Marchel, Marchel tidak pernah seperti itu biasanya malahan dia yang sombong dan menolak ajakan wanita lain yang ingin mengencaninya.

" Makan aja sendiri, gausah banyak berharap." Ledek Vika pada Marchel yang masih disertai dengan tawanya.

" Yang sabar bro!" ujar kedua sahabatnya menenangkan namun ditelinga Marchel itu seperti sebuah ejekan.

Dikelasnya, Marchel masih terus melamun tidak percaya apa yang gadis itu ucapkan sampai dia tidak fokus memperhatikan pelajaran.
" Marchel!!!" Tegur Bu Anis selaku guru ekonomi namun tidak disahuti olehnya.

" Marchel!!!". Masih sama tidak ada jawaban dari marchel.

" Heh, lo dipanggil sama bu anis tuh." Akhirnya Marchel tersadarkan oleh tangan Alvin yang menyentuh bahunya.

" Apa?!" tanyanya masih belum sadar sepenuhnya.

" Dari tadi lo dipanggilin sama bu Anis ogeb." Sentak Alvin karena geram yang daritadi melamun nggak jelas.

" Marchel ada apa? " tanya bu Anis. Bukannya Marchel yang menjawab malah....

" Itu bu, tadi dia di tolak sama cewek." Jawaban dari Jun lah yang keluar sambil tertawa meledek tidak peduli Marchel yang menatapnya seperti ingin membunuhnya.

" bener itu Chel?" tanya bu Anis memastikan.

" iyalah bu." Dan lagi, bukannya Marchel yang menjawab justru si Alvin duluan yang menyela jawaban yang belum dilontarkan Marchel sambil tertawa terbahak-bahak.

" Yang sabar ya Chel," Ledek bu Anis kepada Marchel. "Kalo kamu mau, ibu siap nerima kamu kok," lanjutnya.

"Ih najis bu. Inget umur dong bu, udah bau tanah gitu juga masih doyan sama yang berondong," Marchel bergidik ngeri dengan ucapan gurunya yang sudah setengah baya itu tapi masih aja centil.

"Mukanya serius amat Chel, becanda kali ibu." Sahut bu Anis.

"Au ah gelap." Marchel meninggalkan kelas diikuti dengan kedua sahabatnya yang sebentar lagi akan selesai dan memasuki jam istirahat. Masih dengan muka yang di tekuk Marchel berjalan menuju kantin.

Brakkkk...

Semua mata yang ada dikantin yang masih sangat sepi itu karena belum bunyi bel istirahat tertuju pada sumber suara. Jun dan Alvin terlonjak kaget karena Marchel tiba-tiba memukul meja tak bersalah itu.

"Lo kenapa sih?!" sentak Jun yang tidak tahan dengan kelakuan Marchel sejak tadi. Pertama, dikelas dia ngelamun dan sekarang?, dia mukul meja nggak jelas kek gini.

" Taran..." matanya memandang lurus, satu kata itu yang diucapkan Marchel. Lirih namun masih bisa di dengar oleh kedua sahabatnya.

"Taran? Lo mikirin dia? Lo bener bener suka sama dia? Katanya lo ogah sama dia? Kenapa sekarang lo bener bener tertarik sama dia? " pertanyaan pertanyaan itu keluar dari mulut sahabat-sahabatnya secara bergantian.

Alih-alih menjawab pertanyaan dari kedua sahabatnya, Marchel justru balik nanya entah kepada siapa, mungkin kepada dirinya sendiri.

" Kenapa wanita itu berbeda dengan kebanyakan wanita diluaran sana yang menginginkan gue? Kenapa dia beda? Bahkan sikapnya sangat cuek terkesan tidak peduli sama gue. Pertanyaan-pertanyaan itu bergelut di pikiran Marchel saat ini.
"Ada apa dengan dia? Kenapa sikapnya dapat berubah sewaktu waktu? Kemarin dia masih bersikap manis dirumah saat ada gue, kenapa disekolah menjadi dingin banget sedingin es dikutub yang belum mencair." pertanyaan demi pertanyaan terbesit dalam pikiran Marchel.

........................................................................

Hay guys gue up nih setelah lama gue nggak up karena masa liburan dibuat piknik. Piknik dulu lah biar kagak pucet, ckckck....
Jangan lupa vote and coment ya,kalo typo kasih tau, sarannya juga biar kedepannya lebih baik lagi.
Maaf kalo masih amburadul, gaje, jelek, atau apalah itu. Tapi tetep baca ya!
Aku sayang kalian 😘😘😘

Damn! I Love YouWhere stories live. Discover now