11. Loker

334 61 24
                                    

"Eh gue mau ke kelas Taran, kalian balik aja dulu!" Marchel membereskan semua buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas ketika bel pulang sudah berbunyi.

"Terus basket nya gimana?" tanya Alvin.

"Kita latihan di tempat gue, kayak biasanya. Bilangin anak-anak lainnya juga!" titah Marchel sebelum melesat pergi.

"Marchel kok jadi bucin ya?" heran Jun.
"Tau tuh, cinta emang bener-bener nggak ada logika." Alvin menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Marchel yang seakan tergila-gila dengan Taran.

"Marchel udah ama Taran. Sekarang gue cuma punya lo Vin, lo jangan tinggalin gue ya." Jun menampilkan wajah yang dibuat imut dan meletakkan kedua tangannya menangkup dagunya.

"Hidih najis anjir." Alvin bergidik ngeri melihat tingkah sahabatnya itu. Lalu ia berlalu pergi dan meninggalkan Jun yang sedari tadi terkekeh sendiri.

Taran berjalan menuju lokernya yang sudah di sediakan sekolah untuk menyimpan barang-barangnya. Saat dijalan ia berpapasan dengan Marchel.

"Emang jodoh nggak kemana, gue baru aja mau nyamperin lo ke kelas. Eh ketemu disini," ujar Marchel mendramatis.

Taran tidak membalas perkataan Marchel, dia terus saja berjalan lurus menuju lokernya.

"Lo mau kemana?" Marchel terus saja mengikuti Taran. Mereka berjalan berdampingan di sepanjang koridor sekolah. Untung saja banyak siswa yang sudah pulang, jadi tidak banyak yang memperhatikan mereka.

Taran berniat membuka lokernya ketika sudah berada di loker room. Ia hendak meletakkan beberapa buku yang tidak terlalu penting dibawa pulang. Namun betapa terkejutnya Taran ketika pintu loker berhasil terbuka.

Taran menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia sangat shock melihat sesuatu yang ada di dalam lokernya. Marchel yang sedari tadi berada di sampingnya pun heran.

"Ada apa Tar?" tanya Marchel sambil mengikuti arah pandang Taran.

Oh God. Ternyata di dalam loker itu terdapat beberapa bangkai binatang yang masih berlumuran darah. Marchel membelalakkan matanya melihat apa yang baru saja ia lihat.

"Kenapa ada bangkai di sini?" tanya Marchel heran.

Taran sepertinya ingin muntah melihat apa yang ada di lokernya. Marchel dengan sigap memegangi tengkuk leher Taran. Memijatnya perlahan. Taran pun merasa mendingan setelah di pijat Marchel. Bangkai itu sangat menjijikkan hingga membuatnya mual.

Di tempat lain ada seseorang yang sedang merayakan kemenangannya. Bianca merayakan kemenangannya yang berhasil mengerjai Taran. Dia sengaja menaruh bangkai binatang ke dalam loker Taran. Itu akan membuat Taran berpikir jika ancaman Bianca itu bukan hanya sebuah ancaman belaka.

Mereka ketawa ketiwi membayangkan Taran yang shock lalu kejang-kejang, dan pingsan setelah melihat ke dalam lokernya.

"Ya ampun Bi, binatang-binatang itu sangat menjijikkan," ujar Kinant yang masih diselingi tawanya.

"Gue nggak bisa bayangin deh, gimana reaksi Taran ketika membuka lokernya." Lanjut Kinant. Tawanya pecah seketika.

"Iya, pasti dia langsung pingsan," timpal Alice sok tau. Mereka bertiga tertawa bersama. Merasa puas dengan kelakuannya.

"Kalo bisa serangan jantung terus mati, biar nggak kecentilan lagi sama Marchel," ujar Bianca sadis.

"Parah lo Bi."

Mereka tidak henti-hentinya tertawa di sebuah cafe yang biasanya mereka kunjungi setiap pulang sekolah.

"Biar kapok tuh cewek gatel. Udah gue peringatin juga masih aja deketin Marchel. Makan tuh bangkai binatang Taran-ku sayang." Tawanya semakin pecah mengisi seluruh cafe itu.

Damn! I Love YouWhere stories live. Discover now