Four

182 15 3
                                    

'Bagiku kau adalah rumah. Kemanapun aku pergi, sejauh dan selama apapun itu, aku akan selalu pulang padamu',

.

.

.

.

ps. (recomended) bacanya bisa sambil dengerin lagu ini 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana kencanmu huh?"

"Menyenangkan?"

Kata pemuda berjaket kulit hitam itu sinis, sembari berkacak pinggang dengan suara serak dan tatapan tajam yang menghunus Lalisa. Jangankan menjawab, gadis bersurai blonde itu bahkan tidak berani menatapnya. Ia tertunduk, dan mengeratkan pegangannya pada pegangan kotak bekal yang kosong.

"Sudahlah,"

"Hentikan perasaan kekanakanmu itu Bam, Lisa hanya menjalankan tugasnya," sahut Sorn tanpa mengalihkan pandangan dari laptop hitamnya, semakin membuat atmosfir dingin yang mencekam.

Hanya Sorn yang tidak takut pada Bam-bam, si pembunuh bayaran yang menjadi kaki tangan Nickhun sejak ia masih remaja sampai saat ini.

"Diamlah, kalau kau tidak ingin berakhir sebagai korban ke serartusku," Bam-bam menoleh ke arah Sorn, dan gadis itu hanya terkekeh.

"Coba saja bunuh aku," Sorn membalas tanpa rasa takut sama sekali. Pemuda itu menghela nafas lalu menggertakkan gigi seraya merogoh pistol dari saku celananya dan mengarahkannya pada Sorn.

"Saat ku tarik pelatuk pistol ini, tamatlah riwayatmu."


"Hentikan Bam, kumohon," tutur Lisa, menjatuhkan kotak bekalnya lalu meraih lengan Bambam.

Tiffani mendengus sebal, tak tahan lagi, kemudian berdiri menengahi Sorn dan Bam-bam

"Hentikan!"

Aigoo, aku heran kenapa sayangku sangat percaya pada kalian dalam tugas ini, kalian benar-benar tidak akur dan menyeramkan!"

"Tidak ada perdebatan didalam Tiffani Florist, itu peraturanku sejak kalian tinggal disini." tegas Tiffani


Mascherare |LISKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang