ketujuh

2.9K 503 8
                                    

Malam hari pertama setelah materi selesei, semuanya mulai menghias photo booth. Seperti meniup balon, bikin hiasan dari koran, bikin ucapan pake kardus, atau bahkan ada juga yang hanya melihat dan kadang mengganggu seperti Vindra.

Vindra itu lebih milih buat jadi seksi perlengkapan, humas atau acara aja. Tapi kalau udah hias-hias kaya gini dia tidak bisa. Lebih baik dia menyumbangkan sesuatu saja untuk malam puncak. Mungkin seperti satu atau dua buah lagu.

Agam yang melihat Vindra lebih memilih duduk sambil ambil dokumentasi anak-anak cuma bisa senyum-senyum. Dia akhirnya menghampiri Vindra setelah menyelesaikan meniup balon.

"Vindra!"

Vindra yang lagi melihat-lihat hasil foto nya barusan mendongak. Dia melihat ada balon di hadapannya.

"Ngapain sih nutupin muka pake balon gitu!"

Agam menggeser sedikit balon yang di pegang. Dia kasih senyum ke Vindra. Selanjutnya dia tutupin lagi mukanya pakai balon dan menggeser balon itu lagi ke samping. Senyumnya juga tidak ketinggalan dia tunjukkan buat Vindra.

"Apasih!" Vindra mukul paha Agam. Dia jadi tertawa melihat ulah cowok di depannya itu. "Balon nya masih banyak yang belum ditiup tuh!"

Agam menurunkan balon yang tadi dia pegang. Dia letakkin balon warna ungu itu ke pangkuan Vindra dan meletakkan tangan Vindra di atas balon itu juga.

"Hm?" Vindra menatap Agam bingung yang lagi masangin topi hiasan buat pelengkap di photo booth ulang tahun organisasi.

Setelah masangin topi, Agam melingkarkan kertas krep merah ke leher Vindra. Dia juga kasih papan tulisan ke cowok itu. "Nih tulisannya pegang!"

"Buat apaan?"

"Sekarang senyum yang manis karena mau gue foto."

Vindra langsung semangat. Dia kasih senyum lebar waktu Agam menghitung 1 sampe 3.

"Gam liat hasilnya! Bagus ga?"

"Cantik kok."

"Huh!" Vindra mukul Agam. "Mau liat!"

"Sini!"

Vindra mengangguk. Dia melemparkan balon yang tadi ada di pangkuannya ke atas dan langsung mencondongkan kepalanya ke depan.

Buuuughh doooor

"Vindra! Agam!"

Keduanya cuma senyum kikuk ke yang lain. Setelahnya mereka saling tatap dan tidak lama keduanya tertawa.

"Lu kenapa tadi majuin kepala juga sih Gam?" Vindra mengusap dahinya yang terasa sakit karena tadi bertabrakan dengan dahi Agam.

"Sakit ya Vin dahi lu?"

Vindra menggeleng. "Engga kok, cuma-"

Agam langsung menangkup wajah Vindra. Dia majuin kepalanya dan gesekin dahinya ke dahi Vindra.

Vindra melihat Agam yang justru memejamkan mata. Dia jadi langsung ikutan memejamkan matanya.

"Heh ngapain lu berdua?"

Agam melepaskan tangannya di wajah Vindra. Dia menoleh ke Alfa yang tadi udah mengganggu momennya sama Vindra. Padahal kan jarang banget Agam bisa sedekat itu sama Vindra.

"Ga ngapa-ngapain. Cuma kata orang kalau jedotan kepala gitu harus digituin biar ga sial."

"Ngomong apasih lu? Cepetan kerja lagi!"

Agam mengangguk aja. Dia mandang Vindra lagi yang justru menundukkan kepala. "Masih sakit ya?"

Vindra menggeleng. "Udah sana balik!"

"Yaudah gue ke sana lagi ya! Jangan lupa ntar ambil foto gue yang banyak!"

Vindra mengangguk. Dia menahan lengan Agam yang mau pergi. "Makasih."

Agam mengusak rambut Vindra gemas. Sejak kapan Vindra jadi keliatan malu kaya gini. Tapi justru Agam jadi makin suka melihatnya.

Vindra membalikkan tubuhnya menghadap tembok. Dia menunduk lagi dan tersenyum di sana. Sekarang rasanya kaya dia pengen senyum aja kalau ingat kelakuan Agam tadi ke dia. Mungkin debaran jantungnya juga sudah tak beraturan.

AV SS || KookV ✓Where stories live. Discover now