kedelapan

2.9K 510 3
                                    

Vindra dari pagi seperti menghindari Agam karena teringat kejadian saat menghias photo booth. Bahkan Vindra juga tidak melihat Agam ada di ruang tidur bersama.

Vindra membuka pintu ruangan. Dia melihat ruang tengah gelap. Dia jalan ke ruang depan yang juga gelap dan tak menemukan siapapun. Dia jadi penasaran si Agam tidur di mana.

"Mau ke mana?"

Vindra terjingkat saat mendengar suara Agam. Dia mengedarkan seluruh bola matanya tapi tak menemukan siapa pun karena memang gelap.

"Saklar lampu nya ada di belakang lu!"

Vindra langsung mencet saklar lampu yang ada di belakang dia. Lampu di atas nya langsung menyala walaupun dengan cahaya yang minim.

Dia mengarahkan matanya ke depan dan melihat Agam yang berbaring di samping meja. "Lu ngapain tidur di situ?"

Agam membuka lagi sedikit tudung jaketnya untuk melihat Vindra. "Enak di sini. Engga sumpek. Lu mau ke mana?"

Vindra mengusap tengkuknya. Sebenarnya dia keluar karena emang belum bisa tidur dan teringat sama Agam.

"Sanah balik tidur!"

"Lu ga mau tidur di dalem? Ga dingin di sini?"

"Kalau gue kedinginan lu mau peluk gue?"

"Ya engga! Gue bawa jaket 2 kok, ntar gue kasih lu satu kalau mau."

"Gue udah pake kok. Lagian engga dingin." Agam bangun dan duduk. "Sini!"

Vindra menghampiri Agam dan duduk di sebelah nya. "Ada apa?"

"Suka banget ya lu kalau pake jaket atau hoodie pasti tudung nya nutupin sampe hidung. Emang bisa ngeliat?"

"Ya harus gini." Vindra mendongakkan wajahnya dan menggeleng sehingga ada sedikit celah bagi matanya untuk melihat sekitarnya.

Agam tertawa melihat tingkah Vindra itu. Dia langsung melipat sebagian tudung jaket Vindra. Dia juga menarik tali yang ada di ujung tudung jaket Vindra.

"Ngapain sih?"

Agam langsung menepuk-nepuk pipi Vindra. "Gemesin banget sih maneh. aa cium sinih!"

Vindra langsung mendorong tubuh Agam hingga terbentur meja yang ada di belakangnya. "A-agam, kena ya? Ga sengaja, maaf. Sakit ya?"

"Punggung gue." Agam mengusap punggungnya. "Nanti kalau gue ga bisa gendong lu gimana?"

"Siapa juga yang mau digendong sama lu!"

Agam justru ketawa. Sebenarnya tidak terlalu sakit juga. Tapi melihat raut wajah Vindra yang khawatir padanya malah membuat dia senang.

"Masuk kamar lagi sanah, tidur!"

"Lu ga mau masuk ke kamar juga?"

"Engga, mau di sini aja. Atau lu mau temenin gue tidur di sini?"

Vindra menggeleng. "Engga, pasti dingin."

"Ya kan bisa peluk gue kalau dingin."

"Huh!" Vindra memukul bahu Agam. Dia melihat Agam yang justru langsung berbaring lagi.

"Kenapa? Belum ngantuk?"

"Iya, makanya kan gue keluar."

"Sini!" Agam menepuk nepuk bagian di depannya yang kosong. "Gue kasih dongeng dan nyanyian biar lu bisa tidur."

Vindra mengangguk. Dia langsung ikut membaringkan tubuhnya di depan Agam.

Agam senyum. Dia melihat Vindra yang sekarang dekat banget sama dia. Dari jarak sedekat ini, Vindra nya kelihatan makin cantik. Agam mulai kasih cerita buat Vindra. Setelah satu kisah selesei dia kasih satu buah lagu juga.

Vindra cuma bisa diem dan dengerin sambil menatap Agam. Dia juga ikut senyum saat Agam kasih senyum. Tapi lama-lama ada yang aneh. Dia memutuskan untuk membalikkan tubuh membelakangi Agam.

"Udah mau tidur ya Vin?"

"Iya. Makasih."

Agam makin mendekat ke arah Vindra. Dia melingkarkan tangannya buat meluk Vindra. Kepalanya juga dia letakin di pundak cowok itu. "Vin, hadap sini deh!"

Seketika tubuh Vindra seperti tersengat kembali. Dia diem aja tidak menjawab ucapan Agam.

"Vin, liat gue!"

Kali ini Vindra mengangkat kepalanya karena denger bisikan Agam yang pake suara rendahnya. Dia merasa geli juga merinding. Akhirnya dia balikin tubuh menghadap Agam yang masih peluk dia.

Mereka saling tatap untuk beberapa saat. Hanya ada jarak sedikit yang memisahkan wajah mereka. Agam kasih senyum ke Vindra.

"Selamat tidur!" Agam kasih kecupan singkat di dahi Vindra. Setelahnya dia meletakkan kepala cowok itu di pundaknya.

Vindra masih diam. Rasanya makin aneh di dadanya. Dia baru sadar kalau selama ini ternyata Agam itu selalu bersikap manis sama dia. Vindra senyum walaupun Agam tidak melihat. Dia melingkarkan tangannya ke pinggang Agam.

Senyum Agam mengembang saat tahu Vindra membalas pelukannya. Untung saja ini di tempat acara jadi Agam masih bisa menahan agar dia tidak khilaf.

AV SS || KookV ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن