kesembilan

2.8K 474 1
                                    

Tidak seperti hari sebelumnya, hari terakhir ini Agam dan Vindra sangat sibuk. Mereka bahkan tak terlalu mempermasalahkan kejadian semalam. Mereka sibuk untuk mempersiapkan malam puncak.

Vindra mendapat tugas untuk mengatur acara, sedangkan Agam bertugas untuk menjemput tamu di kampus.

"Vin, kayu nya ga basah kan?" Tanya Alfa.

"Engga a, aman kok. Paling tanahnya aja yang basah."

Sebenarnya tidak usah dikasih tahu, Alfa juga sudah tau karena tadi pagi juga masih hujan. Salahkan Ady yang memilihkan tempat acara di sekitar kaki gunung. Jadi lah udara dingin, sepi dan harus siap jika hujan pun ikut turun. Dinginnya itu yang bahkan air pun tak perlu di masukkan ke kulkas sudah seperti air es.

"Ada lagi ga yang dibutuhin?"

"Itu a, spirtus belum ada."

"Ok ntar gue minta anak-anak yang masih ada di bawah. Habis ini kasih arahan ke calon anggota yang bertugas buat nanti malem!"

Vindra mengangkat telapak tangannya dan ditempelkan di atas telinga. "Siap komandan!"

Setelah dirasa persiapan siap, Vindra memilih untuk tidur karena emang dia merasa pusing. Vindra tidak mau nanti saat bangun ada yang teriak karena melihat lingkaran hitam di bawah matanya seperti saat hari pertama. Sebisa mungkin Vindra mengatur jadwal tidurnya di sini.

Sebelum tidur Vindra itu bilang untuk membangunkan nya sebelum acara inti dimulai. Karena memang untuk acara indoor bersama tamu undangan itu urusan yang lain jadi Vindra bisa istirahat. Tapi dia kesal saat tidak ada yang membangunkan nya. Itu pun dia bangun karena memang mulai merasakan dingin dan lapar.

Vindra keluar dari kamar dan melihat yang lain sedang bolak-balik sambil membawa nampan berisi ayam, nasi, jagung, ubi, sosis, minuman, kipas dan keperluan lainnya untuk acara api unggun.

Vindra menutupkan tudung jaketnya sampai hidung. Dia berjalan keluar. Dia menyembulkan sedikit kepalanya dari pintu untuk melihat keadaan di luar.

Di sana api unggun sudah menyala. Semua orang sudah duduk melingkar. Vindra jadi makin kesal karena ketinggalan. Dia bahkan sempat menendang pintu di depannya.

Vindra memilih duduk di ruang depan karena melihat ada gorengan di atas meja. Dia bangun juga karena memang lapar jadi dia langsung saja memakan gorengan di depannya yang di lengkapi dengan sambal.

"Vindra!"

Cowok yang merasa namanya dipanggil itu menoleh ke arah pintu. Dia melihat Agam berjalan masuk.

Agam duduk di samping Vindra. "Udah enakan?"

"Emang gue kenapa?"

"Ya tadi tidurnya nyenyak banget gitu. Gue yang suruh bangunin jadi ga tega. Keliatan capek banget sih lu."

Vindra mengelap bekas minyak yang ada di bibirnya. "Harusnya tega aja! Kan jadi ketinggalan gini gue nya!"

"Belum mulai acaranya Vin. Makanya ini gue nyamperin lu buat ngajak gabung ke depan sama yang lain."

"Beneran? Yaudah ayok!"

Agam mengangguk. "Gorengannya ga mau dihabisin dulu?"

"Mbung ah."
(Ga mau)

"Ceuk we da hayang dahar ayam favorit maneh."
(Bilang aja pengen makan ayam favorit lu)

Vindra tertawa. Tapi memang benar, soalnya kalau cuma gorengan tidak akan buat kenyang walaupun dikasih satu piring penuh. Apalagi Vindra juga suka sekali dengan ayam bakar. Jadi dia tidak akan ketinggalan memakan makanan favoritnya itu. Mumpung gratis juga dan bisa ambil sepuasnya.

AV SS || KookV ✓Where stories live. Discover now