kesebelas (end)

4.4K 533 32
                                    

Setelah acara api unggun selesei, Agam mencari-cari Vindra yang masuk lebih dulu. Soalnya Agam dapat beres-beres di luar sedangkan Vindra di dalam karena katanya tidak kuat sama dingin nya.

Agam melihat Vindra yang lagi berdiri di balkon belakang. Dia menghampiri cowok itu yang tidak tahu sedang apa.

"Vindra? Ngapain? Katanya tadi dingin?"

Vindra menoleh ke Agam yang berdiri di sebelahnya. "Iya, tapi bosen juga karena belum bisa tidur."

"Mau gue nyanyiin lagi?"

"Engga deh. Lagian tadi gue udah banyak tidur. Lu aja sanah tidur! Kan naik turun mulu, ga capek emang?"

"Liat lu, capek gue jadi ilang."

"Terus aja terus! Dasar internasional kardus!"

Agam tertawa. Dia merangkul Vindra. "Masa gue ga boleh ngardusin pacar sendiri?"

"Apasih!" Vindra menghempaskan lengan Agam yang ada di pundaknya. "Siapa juga yang pacar lu!"

"Lu lah, siapa lagi!"

"Sejak kapan gue jadi pacar lu?"

"Tadi pas baca tulisan gue."

"Dasar alay!" Vindra memukul Agam. "Ga ada romantis nya!"

"Jadi lu pengen nya gue nembak pake cara yang romantis nih?"

Vindra menelan ludahnya susah payah. Dia merutuki dirinya sendiri yang malah kelepasan ngomong kaya gitu.

Agam langsung menggenggam kedua tangan Vindra dan mengangkat nya. Dia kasih senyum.

Sebelum Agam mengeluarkan sepatah kata apapun, Vindra langsung menghempaskan tangan Agam. "Mbung urang da mun kaya adegan ftv."
(Ga mau gue kalau kaya adegan ftv)

Agam tertawa. Tapi dia tidak kehabisan akal. Dia mengambil kursi dan meletakkan nya ke atas meja. Dia naik dan berdiri di atasnya.

Vindra yang melihat Agam merentangkan kedua tangannya buru-buru teriak sebelum Agam duluan yang teriak. "Ya ga gitu juga Agam! Kalo lu mau teriak mending gausah! Gue yang malu nanti."

Agam tertawa lagi. Akhirnya dia lebih memilih untuk turun dan menghampiri Vindra lagi. "Katanya mau di romantisin?"

"Ya ga usah alay juga pake niruin adegan sinetron segala!"

Agam merangkul Vindra. "Apa gue harus bawain barang tertentu? Terus gue berlutut di depan lu?"

Vindra memukul Agam. "Cringe banget sih!"

Lagi-lagi Agam tertawa. Dia menatap Vindra yang seperti menatapnya bingung. "Vin?"

"Hm?"

Agam kasih senyum dulu sebelum ngomong.  "Abdi bogoh ka anjeun."
(Aku sayang kamu)

Vindra menatap Agam yang masih menatapnya intens. Dia sekarang jadi takut kalau Agam bisa dengar detakan jantungnya saat ini.

"Agam bogoh ka Vindra." Ulang Agam sambil mengusap pipi Vindra.

Vindra mengalihkan wajahnya ke depan. "Muhun, Gam."

"Muhun naon?"
(Iya apa?)

"A-abdi oge."
(Aku juga)

"Oge naonan deui?"
(Juga apaan lagi?)

Vindra menghempaskan lengan Agam yang tadi merangkulnya. Dia melipat tangannya di depan dada. "Ceuk we da maneh hayang denger kieu kan?"
(Bilang aja lu pengen denger ini kan?)

Agam kasih smirk ke Vindra. "Ya iyalah! Mana?"

Vindra menarik nafasnya. Dia memberanikan diri untuk menatap Agam. "Abdi bogoh ka anjeun."

"Hah? Ngomong apaan?"

"VINDRA BOGOH KA A AGAM!"

"Teu denge. Ngomong naon Vin?"
(Ga denger. Ngomong apa Vin?)

Vindra langsung menjambak rambut Agam. "MANEH TEH KUNAON! URANG GUES NGOMONG MASIH TEU DENGE. HAYANG URANG CEBURKEN KA KOLAM DI DEPAN HAH!"
(Lu kenapa sih! Gue udah bilang masih ga denger juga. Mau gue ceburin ke kolam di depan hah)

Agam tertawa. Sebenarnya sakit juga jambakan dari Vindra ini. "Muhun, aa denger. Meuni galak pisan."

Vindra melepaskan cengkeramannya di rambut Agam. Dia membalikkan tubuhnya ke arah depan.

"Tong cemberut kitu atuh!" Agam merangkul Vindra. "Nanti manisnya ilang."
(Jangan cemberut gitu)

"Biarin!"

"Galak bener pacar aa Agam."

"aa aa, geleuh pisan!"
(Jijik banget)

Agam mencolek dagu Vindra. "Loh kan lu tadi yang panggil gue aa. Gue juga seneng lagian dipanggil aa sama lu."

"Mbung!" Vindra menatap Agam. Dia melipat kedua tangannya di depan. "Biasa aja bengeut na! Pengen ditabok ya!"
(Biasa aja mukanya)

Agam tertawa. Dia kasih smirk ke Vindra. "Mau nabok pake bibir ya? aa mau pisan."

Sebelum Vindra melayangkan pukulannya, Agam sudah lebih dulu menahannya. Agam langsung menarik Vindra ke dalam pelukannya.

"Makasih Vin."

Vindra mendongak. "Buat apa?"

"Karena lu udah mau nerima perasaan gue."

Vindra mengangguk. Dia mengeratkan pelukannya pada Agam. "Muhun a."

Vindra sadar sekarang kalau memang sedari dulu hatinya juga menginginkan ini. Iya, menginginkan Agam untuk menjadi miliknya.

AV SS || KookV ✓Where stories live. Discover now