Part four

5.3K 397 12
                                    











#######

Khansa PoV

Aku memeluk erat tubuhnya,menumpahkan beban yang ada dihatiku. Dia menepuk pelan punggung dan rambutku.

Wanginya masih sama,suara lembutnya juga masih sama. Tidak ada yang berubah darinya. Dia mengeratkan pelukannya. Aku tetap membalas pelukan itu sama seperti dulu. Ketika apapun yang terjadi padaku dia selalu ada untukku.

"Maaf aku datang terlambat"katanya lembut

Aku menggeleng di dadanya. Yang hanya berbeda darinya adalah dia tumbuh begitu tinggi.

"Maafkan aku"katanya menyesal.

"Tidak"jawabku pelan

Aku menatapnya...tatapan lembutnya masih sama. Dia orang yang paling aku sayangi setelah ayah dan ibu sebelum aku bertemu Dani.

"Semuanya pergi meninggalkanku"aduku padanya

"Tidak ada yang meninggalkanmu Anin"sahutnya lembut dan tenang.

Aku tersenyum di dadanya,bahkan dia tetap memanggilku dengan sebutan Anin. Ketika semua orang memangilku Khansa,maka dia satu satunya memanggilku dengan panggilan namaku yang lain Anindita atau Anin.

Aku mengadah menatapnya tersenyum, dia juga membalasnya.

"Sudah sore,kita harus pulang"

Aku mengangguk, apapun yang diucapkannya sangat sulit untukku membantahnya. Walaupun dia mengucapkannya tidak dengan nada memerintah.

"Kamu juga Freya, lihatlah! Semua pelayat sudah pergi."

Freya memutar bola matanya mendengar ocehan dari kakaknya.

Pria di depan kami ini bernama Athaya Hardian. Kakak dari Freya atau lebih tepatnya anak dari mantan majikan ayah dan ibuku.

"Sudah dari tadi aku menyuruhnya pulang,kak" Bantah Freya.

"Kakak akan berdoa untuk bapak dan ibu setelah itu kita pulang!"perintahnya.

Dia begitu khusuk berdoa sambil menatap makam ayah dan ibu bergantian. Entah apa yang dia ucapkan,namun dia begitu lama dalam berdoa.

Lalu.....

Dia mengadahkan tangan kanannya ke arahku. Akupun membalasnya,kak Athaya langsung menggengam erat. Tangan sebelah kirinya menggengam erat tangan Freya. Kami jalan beriringan bertiga.

Moment seperti ini mengingatkanku di masa masa SMA dulu. Kami selalu pulang bertiga sambil beriringan seperti ini. Jarak aku,Freya dan kak Atha 2 tahun.

"Seharusnya aku yang pertama menggandeng tangan kakak,uhhh tapi selalu Khansa yang kakak nomor satukan"rajuk Freya manja

Aku sama sekali tidak tersinggung dengan perkataan Freya. Dia akan selalu melontarkan hal seperti itu jika Kak Atha menomor satukan aku.

"Ya sudah.." kata kak Atha

Dia melepaskan tangan Freya,langsung merangkul Freya ke dalam pelukannya. Aku tersenyum melihat kedua bersaudara ini.

"Kamu jangan irinya Khansa. Kakak seperti ini jarang sekali kepadaku. Dulu kamu udah menang banyak loh Khansa" Freya menyipitkan matanya ke arahku pura2 marah.

Aku tersenyum,setidaknya dengan kehadiran mereka berdua bisa mengobati sedikit luka hatiku.

Tiba..tiba tanpa kusadari Kak Athaya mencium lembut puncak kepalaku.
Aku merasakan hangat dan damai atas perlakuannya.

Sampai di mobil aku membuka pintu belakang. Freya duduk disebelah kak Athaya.

"Kamu nggak mau duduk di depan?"tanya Freya

Aku menggeleng dan masuk ke dalam mobil. Setelah itu mereka tidak bertanya lagi.

Selama perjalanan aku banyak diam melihat keakraban kedua bersaudara yang begitu baik dengan keluargaku. Melihat kak Athaya yang penyayang sehingga dulu aku ingin mempunyai seorang kakak yang akan selalu melindungiku seperti yang selalu dilakukan kak Athaya kepada Freya.

Tak bisa dipungkiri juga kak Athaya juga menyayangiku.

Daripada ikut dengan pembicaraan mereka,aku lebih banyak melihat ke luar mobil. Memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah ini. Aku tinggal sebatang kara, aku juga tidak dekat dengan keluarga yang lain.

Aku membuka kaca jendela, merasakan angin yang menyapu wajah dan rambutku. Mataku terasa berat.

#########

Aku tersentak dari tidurku karena merasakan sesuatu menyentuh wajahku.

"Dalam tidurpun kamu masih menangis"

Aku meraba pipiku yang terasa basah. Aku tak merasa air mataku jatuh disaat aku tidur. Tanpa aku sadari kami sudah sampai di rumahku. Bahkan aku tak sadar kalau kak Athaya sudah pindah ke sampingku.

"Maaf kak"bisikku menahan tangisku

Aku tak bisa merasa kuat setelah semua yang terjadi.

"Dia tidak menghubungimu?"

Aku tahu siapa yang ditanyakan oleh Kak Athaya. Aku hanya menggeleng. Luka itu terasa lagi. Sampai saat inipun aku masih tak sanggup mendengar jika ada yang menanyakan tentangnya.

"Anin" sahutnya lembut menatapku

Ada raut khawatir di wajahnya melanjutkan perkataannya.

" kakak tidak tahu harus memberimu saran apa saat ini"lanjutnya menatapku lembut sekali

Lalu dia menghembuskan nafas pelan melanjutkan perkataanya.

"Kakak hanya bisa mengatakan sampai kapan kamu akan seperti ini? Ya...kita sama sama tidak mengetahui kemana dia dan alasannya. Tapi yang pasti kita ketahui dia sudah menjadi milik orang lain"

Kata terakhir yang kudengar membuat aku menangis. Kenapa air mata ini keluar lagi setelah cukup lama aku bertahan.

"Hey..maafkan kakak kalau salah bicara"

Dia langsung memelukku.

"Maaf...karena membuka luka hatimu lagi"

Aku masih diam menangis di dadanya.

"Kakak tak memintamu untuk langsung melupakannya. Kamu butuh waktu"

"Bantu aku kak"kata ku terisak.

Kak Athaya membelai lembut rambutku.

"Bantu aku mengobati luka hatiku" bisikku

##################

Author lagi cari cast untuk cerita ini ya....author lembur bur

Sorry....Where stories live. Discover now