✺ SMILE FLOWER ✺

2.9K 566 552
                                    

[ song by Seventeen ]

Author : Anonymous

Genre : Romance, angst (little bit)

Rate : All

Length : 4.7k

˚ ⋆    · ✵  

.     ✵      ⊹ ✵

. · ·  

· .   ·   ⊹    ✵  

· ˚      · . .   · *  

·   ✫


"Aku rasa, ada baiknya kita putus,"


Laki-laki dengan bibir tipis itu mendongak. Tangannya yang semula sibuk mengaduk es krim dalam cup itupun berhenti. 




'Ternyata ini akhirnya,' ucapnya dalam hati.



Ia menatap dalam sosok didepannya. Laki-laki bertubuh tegap yang sedang duduk dihadapannya hanya terdiam. Sesekali melirik sekitar tanpa berani menatap laki-laki berbibir tipis itu.




Si pemilik bibir tipis itu menghela napasnya, memejamkan matanya sejenak dan kemudian berkata.






"Baiklah, kurasa ini yang terbaik,"





*

*

*

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


*

*

*





"Seongwoo!"


Laki-laki yang tengah bersantai dengan buku bacaannya itu mendongak saat namanya disebut. Didepan sana ia mendapati seorang perempuan berjalan tergopoh ke arahnya. Wajahnya yang terlihat merah, menandakan sudah berapa jauhkah ia melangkah.


BRAK!


"Are you serious?!!" tanpa basa-basa basi, dengan napas terengah, perempuan itu langsung menggebrak meja dan menembakkan pertanyaan untuk Seongwoo —laki-laki pemilik bibir tipis.


"Apa?" Seongwoo malah balik bertanya santai.


Perempuan itu menengakkan tubuhnya lalu duduk tepat didepan Seongwoo yang kini kembali fokus dengan buku bacaannya dan sesekali menyuap toast favoritnya yang ia beli disalah satu kedai di kantin kampus.


"Kamu putus sama Daniel?" tanya perempuan itu, yang hanya ditanggapi Seongwoo dengan anggukan sebagai jawaban. "For real?" Seongwoo mengangguk lagi. "But why??!!" ada nada frustasi disana.


Seongwoo dan Daniel berpacaran lebih dari lima tahun. Hubungan mereka adalah definisi dari relationship goal yang sesungguhnya. Perjuangan mereka tidak main-main. Dari yang semula dianggap aneh dan remeh, berubah menjadi hubungan yang sangat diidam-idamkan.


Belum lagi status keduanya. Daniel, siapa yang tak kenal seorang Daniel di kampus. Mahasiswa tampan, dengan popularitas yang luar biasa. Baik dalam lingkungan kampus maupun diluar kampus.


Dan Seongwoo? Tidak ada yang tidak mengenal Seongwoo. Salah satu mahasiswa terbaik dan berprestasi. Tak tanggung-tanggung, Seongwoo menjadi mahasiswa satu-satunya yang mendapat undangan resmi untuk mengikuti tes beasiswa ke luar negeri.


Karena status itulah yang membuat mereka terlihat menganggumkan satu sama lain. Apalagi saat terlihat bersama.


Dan sekarang, kenyataan mereka putus benar-benar menggemparkan seisi kampus. Namun, tak ada satupun yang berani menanyakan. Mereka hanya menatap sambil berbisik kemungkinan-kemungkinan apa yang membuat mereka yang disebut memiliki hubungan yang paling diidam-idamkan harus kandas begitu saja.


"Woo jawab!" perempuan itu kekeuh menanyakan alasannya. Bahkan ia berani menarik buku bacaan Seongwoo lalu menutupnya. "Siapa yang mutusin?" tanyanya lagi saat melihat atensi Seongwoo sepenuhnya untuk dia.


"Daniel," jawab Seongwoo datar. "Kalau kamu nanya alasannya apa, aku nggak tau. Dia pergi gitu aja pas aku setuju buat putus," lanjutnya.



"What?! Parah! Dan kamu nggak tahan Daniel buat nanya apa alesan dia mutusin kamu?"


Seongwoo menggeleng. "Untuk apa? Toh akhir-akhir ini semuanya hambar. Nggak seperti biasanya," jelasnya.


"Dan kamu.... ok?" seolah berhati-hati, perempuan itu bertanya.



Seongwoo terkekeh, lalu merebut kembali buku bacaan yang ada ditangan siperempuan itu. "Kenapa enggak?"



Perempuan itu menghela napas mendengar jawaban Seongwoo. Dia tahu, Seongwoo tidak baik-baik saja. Meskipun bibirnya melengkungkan senyuman. Tapi matanya mengisyaratkan kesedihan. Mata Seongwoo memang sayu, tapi kali ini. Dibanding dengan kata sayu, mata Seongwoo benar-benar terlihat sedih.


Dan benar. Bohong jika Seongwoo tak sedih. Bahkan setelah Daniel pergi dari hadapannya kemarin, ia langsung menangis. Terserah jika dikatakan cengeng. Meskipun Seongwoo sudah memprediksi jika hubungannya akan berakhir seperti ini, tapi ia tetap tak siap menghadapinya.


"Woo!"


"Hmm."


"Pacaran sama aku aja yuk!"


Uhuk!


Seongwoo tersedak ludahnya sendiri. Lalu menatap perempuan cantik didepannya. Ia terseyum sesaat sebelum mengalihkan pandangannya kearah belakang perempuan itu.


"Aku masih cukup waras buat nggak baku hantam sama Eunwoo, Doyeon!" katanya sembari tetap melempar senyum kepada Eunwoo laki-laki yang berdiri dibelakang Doyeon —perempuan yang mengajak Seongwoo pacaran.


Doyeon menengok kebelakang, terkejut mendapati Eunwoo—kekasih tampannya tersenyum tak seperti biasanya. Biasanya tampan sekarang terlihat sedikit.... em... horror?


"Sayangku... sini duduk sini..." Doyeon menggeser duduknya. Mempersilahkan Eunwoo untuk duduk disampingnya. "Mau minum apa? Mau makan apa? Mau ku pesenin? Sekalian kita hibur Seongwoo yang lagi patah hati," cerocos Doyeon, mencoba mengalihkan perhatian agar Eunwoo tak membahas kejadian Doyeon yang nembak Seongwoo tadi.


"Aku nggak patah hati!" protes Seongwoo yang disambut dengan delikan mata Doyeon.


"Bakso sama es teh manis," timpal Eunwoo yang langsung membuat Doyeon berdiri tegak.


Maklum bucin, kapan lagi Doyeon yang luar biasa berantakkan ini punya pacar setampan Eunwoo.


"Kamu Woo?—bukan kamu sayang," ia bertanya pada Seongwoo lalu menepuk pundak Eunwoo.


Susah juga punya pacar dan sahabat yang punya nama panggilan sama. Untung Eunwoo dipanggilnya sayang.


"Air mineral please."


"Kamu serius putus sama Daniel?" tanya Eunwoo sesaat setelah Doyeon pergi memesan makanan.


Seongwoo mengangguk. Sedikit malas juga. Terakhir kali ia mendapat pertanyaan yang sama dihari yang sama adalah, saat teman-teman sekampusnya tahu ia berpacaran dengan Daniel.


Itupun karena Daniel membocorkannya karena risih selalu ditempeli oleh perempuan teman sekelasnya.


"Kenapa?" tanya Eunwoo. "Lima tahun Woo. Sayang nggak sih?"


Seongwoo tertawa remeh. Sayang? Tentu saja. Tapi untuk apa? Toh dua bulan terakhir ini hubungan mereka benar-benar hambar.


Daniel yang biasanya selalu berusaha untuk menjemput Seongwoo secapek apapun dia, menjadi tak ada kabar dan membuat Seongwoo harus pulang dengan berjalan kaki.


Daniel yang biasanya selalu memberikan kabar baik penting ataupun tidak, menjadi sama sekali tak menghubungi Seongwoo. Bahkan untuk bertanya apa Seongwoo sudah makan atau belumpun tak ada.


Dan saat Seongwoo yang menanyakan kabar, Daniel membalasnya setelah berjam-jam kemudian. Itupun hanya kata-kata singkat seperlunya.


Padahal, Seongwoo sangat berharap Daniel ada disisinya buat memberikan support untuk dia yang sebentar lagi harus menjalani tes beasiswa. Dan jika nanti Seongwoo gagal, Seongwoo tahu harus mencari sandaran kemana saat kecewa.


Tapi nyatanya? Tembok perpustakaan masih cukup kuat kan untuk dijadikan sandaran?


"Woo..." Seongwoo tersontak. Kembali tersadar dari lamunannya. "Itu yang diujung sana—Daniel kan?"



Valentine's ProjectDove le storie prendono vita. Scoprilo ora