23:20 pm

3.3K 646 154
                                    

suasana berubah canggung bagi ashton setelah mendengar andy mengatakan bahwa ashton terlihat tampan dari dekat. bukan karena ashton tidak biasa menerima pujian—sungguh, ashton sering mendengar pujian itu—namun, dengan andy terasa berbeda.

gadis itu masih berada di tempatnya; duduk dan sesekali melirik ashton sambil tersenyum. tersenyum. ashton tidak bisa lebih tidak nyaman lagi karenanya. 

ashton bergerak gelisah di tempatnya ketika melihat sisa oksigen 40 menit lagi. cowok itu terus menerus menekan tombol emergency selama hampir 10 menit, dan tidak ada hasil. tombol emergency ini harusnya sudah membuat mereka keluar dari lift berjam-jam yang lalu. 

atau bahkan menit pertama setelah mereka terjebak. 

ashton memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

mungkin listrik diluar juga mati, sehingga tombol emergency tak menimbulkan bunyi.

tapi sebuah apartment memiliki stok listrik yang besar dan tidak mungkin mati lampu.

mungkin tukang listrik apartment sedang membetulkan kerusakan lift sekarang.

tapi seharusnya tidak memakan waktu selama ini, apalagi ada penumpang di dalam. 

ashton melirik andy yang sedang mengarahkan layar hpnya ke atas untuk penerangan. ashton mendesah lalu duduk disamping andy. "can i borrow your phone? i won't look through your photos, i promise. i need to call someone." 

"you're calling 911?" 

"no. probably alisha because i have her number in my head. we need to get out of here, you know? we only have 40 minutes left," ucap ashton dengan nada membujuk yang terdengar sangat meyakinkan.

"you like her, don't you?" 

"we're not talking about this," ashton mendesah. "c'mon, andy. stop being so difficult." 

"how am i difficult?" andy menatap ashton tak percaya. "i'm not being difficult. i just ask questions." 

"to avoid my questions," sambung ashton dengan nada datar. 

andy tak menjawab, namun masih menjaga jarak hpnya dengan ashton, untuk berjaga-jaga siapa tahu cowok itu akan merebut hp-nya secara tiba-tiba.

"andy, c'mon," ucap ashton lagi. 

"if i gave you my phone, promise me you won't ignore me at school," kata andy akhirnya. 

ashton melongo sebentar sebelum akhirnya tertawa gugup. "really? i'm not ignoring you all this time. i just didn't know you back then, but now i did. okay?" 

"no. you really were ignoring me." 

"god, okay. i was ignoring you and i'm sorry," ucap ashton mengalah, meskipun dia tidak tahu apa yang dia bicarakan. ashton hanya ingin semuanya cepat berakhir. 

akhirnya, setelah menimbang-nimbang, andy melemparkan hpnya pada ashton dengan setengah hati, sementara ashton merasa sangat lega ketika tangannya mengetikkan nomor alisha. pada dering ke-5, alisha mengangkat telponnya. 

"alisha!" ashton memekik dan sayangnya suaranya terdengar terlalu keras, membuat cowok itu nyengir minta maaf pada andy sebelum kembali bicara ke telepon. "this is ashton. please call anyone, i'm stuck in a lift with a girl named andy. we're on the 27th floor. we've been here for almost 7 hours, please help us!"

ashton berhenti bicara dan terdengar samar-samar suara alisha disana, yang tentunya bisa andy dengar juga. andy tidak tahu apa yang alisha bicarakan, namun andy tahu alisha sama paniknya dengan ashton. 

"yeah, we're okay," lanjut ashton lalu terdiam lagi untuk mendengar balasan alisha. "no, no, we have this oxygen supplies that lasts 7 hours. we have 40 minutes left or we're dead. ali you better be quick." 

andy meringis mendengar nama panggilan yang hanya dipakai ashton untuk alisha. semua orang memanggil gadis itu dengan sebutan 'al', namun ashton memanggilnya dengan 'ali' karena tidak ada yang memakai nama panggilan itu. 

ashton jelas ingin membuat alisha mengerti bahwa gadis itu spesial di matanya.

"okay, thank you. god, i've never felt so relieved in my life. i miss you and michael already, and it hurts. i'll see you later, okay? byeee." ashton mengakhiri panggilan lalu menatap andy dengan lega. "thanks, andy." 

andy hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. dipegangnya dengan erat hp-nya yang terasa hangat karena ashton baru saja menggenggamnya. itu artinya tangan ashton hangat. andy menunduk menatap hp-nya sambil tersenyum.

seperti air yang terus mengalir, dua puluh menit berlalu dan jam menunjukkan angka 23:40. ashton semakin gelisah karena bantuan belum juga datang, sementara andy meringkuk disampingnya sambil sesekali mendesah. 

andy memainkan jarinya dengan bosan, sebelum akhirnya dia menoleh pada ashton. "ashton, why did you move out?" 

"of where? my house?" tanya ashton. 

"yeah, silly," andy terkekeh. "i love your house, though. and your room, it's very clean and comfortable." 

"i didn't move out—hey! you've gotten into my room?" tanya ashton sambil menatap andy kaget. ini sudah kesekian kalinya andy mengetahui hal pribadi ashton.

"a fan always knows everything," kata andy sambil tersenyum. tidak, senyumnya tidak semanis kelihatannya. senyumnya terlihat ikhlas namun membunuh.

"a fan?" ashton bergidik namun tertawa juga. "i almost throw up."

"you did really not know everything, yeah? i've been liking you since the 7th grade. and i was so happy that i got into the same class with you at the 10th grade. and guess what? being in the same school with you for almost 5 years doesn't make you notice me. and now you're questioning how did i know all these little things, like, i've been liking you for years and you expect me to know nothing about you? you're almost stupid, you know that?" 

ashton mengerutkan dahinya, mencerna kata-kata andy yang terdengar sangat rumit di pikirannya. "what are you talking about, though?" 

sebelum ashton bisa melihat ekspresi andy, gadis itu mendekap ashton dalam pelukannya, mengarahkan bibirnya ke kuping ashton dan berbisik sepelan mungkin.

"i'm your biggest fan, ashton."


*** 

omf apa ini apA

fan | a. irwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang