[ Bagian 1 : Tugas Rahasia]

26 1 0
                                    

Esok pagi, Tuan Muzam memberiku paket. Aku yakin ini dari Baron karena isi dari paket tersebut adalah pistol portabel, kacamata pengintai, chip komunikasi, kartu bergambar mata hologram ( Baron bilang, itu adalah kode rahasia para pengamat amatir) serta beberapa kartu identitas dan atribut penyamaran seperti kumis, bagian tubuh buatan serta alat-alat kamuflas

e yang lain.

Aku membukanya dan memeriksa perlengkapan itu satu persatu, tidak menyangka jika menjadi mata-mata amatir perlu atribut sebanyak ini. Entah wadah seperti apa yang akan aku bawa untuk menampung semuanya.

Dalam kebingungan, tiba-tiba dering Framecall menunjuk pada sebuah nama, dia adalah Baron. Dia memberiku tugas perdana, mengawasi  kemungkinan konsentrasi massa yang muncul di wilayah Jalan 34. Aku diharuskan datang kesana untuk menemukan siapa dalang dibalik tindakan ini. Deskripsi tugas ini adalah, aku harus menemui sosok yang cukup dominan lalu mengirimkan gambar serta video beserta koordinat kepada Baron. Baru nanti polisi Agni akan datang untuk meringkusnya.

Sore setelah pulang untuk bekerja, aku memulai misi pertama tersebut. Ini bukan tugas yang aku kira mudah, saat datang ke tempat tersebut, kerumunan orang saling mengucapkan kata-kata kasar yang membuat siapapun akan menggeleng kepala. Mereka tidak mengerti siapa aku sebenarnya, sepertinya siapapun yang hadir di perkumpulan rahasia ini, mereka anggap percaya pada seseorang bernama Marko, yang setelah aku telusuri merupakan dalang dibalik kegiatan ini. Ia menampilkan diri di atas podium buatan dari kumpulan ban-ban bekas serta papan kayu bekas proyek pembangunan. Ia berteriak-teriak dan memaki dengan kata-kata kejam kepada pemerintah maupun orang-orang Librium. Aku berpura-pura menjadi seperti mereka, ikut berteriak dan memaki, hingga rasa-rasanya aku menyatu dengan mereka.

Begitu suasana semakin riuh dan orang-orang tak lagi memperhatikan satu sama lain, saat itulah aku mulai merekam melalui kacamata. Tidak ada yang curiga dengan kacamata yang aku pakai, karena nyaris banyak orang disini memakai kacamata yang sama. Setiap gerak gerik dari Marko, setiap ucapannya dan percakapan yang dia lakukan, kini terekam dan terhubung langsung dengan Baron. Setelah dirasa cukup, Baron memberiku perintah untuk keluar dari kerumunan itu sektar lima ratus meter. Dengan perlahan aku menghindar dari kerumunan, pergi dari tempat tersebut secara diam-diam tanpa diketahui.

Setelah mencapai radius yang diperintahkan, Dua heliodrone melayang mendekat ke arah kumpulan yang menggila tersebut. Aku sempatkan waktu melihat benda yang bagian bawahnya memancarkan cahaya sorot itu, setelah melihat benda itu melayang statis.Itu berada di atas kumpulan orang yang saling sikut dan mengutarakan segala kebencian terdalam.

Beberapa menit kemudian, suara letupan peluru plasma dan teriakan penuh putus asa terdengar menusuk di malam itu. Orang-orang di sekitarku keluar dari rumah apartemen mereka, melihat ke arah dua Heliodrone yang masih saja meletupkan senjata-senjata ke sekitaran gedung di titik 34. Lalu, dua mobil jeep besar dari kepolisian Agni melesat menuju kerumunan tersebut. Malam itu, semua orang terkejut dengan suara hujanan peluru. Termasuk diriku, yang berdiri mematung sambil melepas kacamataku, gemetar ikut merasakan bagaimana kesakitan orang-orang yang penuh keputus asaaan tersebut.

Bukan seperti ini rencananya

Dalam keadaan yang ramai namun hening tersebut, dari chip komunikasi yang terpasang di dalam cuping telinga. Aku mendengar Baron berbicara. " Kerja bagus anak muda, misi perdanamu berhasil dengan memuaskan."

***

Selama perjalanan pulang ke apartemen, aku dikabuti gelisah, sesal, dan bersalah. Berpadu satu buatku laksana mayat hidup. Aku sepenuhnya sadar, jika semua serangan itu karena aku melaporkannya.

Aku terus memikirkan hal itu sampai-sampai tidak sadar menabrak seseorang. Saat itu aku hendak meminta maaf, namun saat aku lihat pria itu adalah Baron, aku malah ingin menghajarnya. Karena tugas darinya, aku membuat orang-orang, bahkan anak-anak yang hadir disana mati. Baron waktu itu hanya mengajakku untuk duduk dan membicarakan ini secara berdua.

Dia mengaku paham dengan apa yang aku rasakan, menurutnya itu semua adalah hal yang umum terjadi pada siapapun yang baru pertama kali menjadi mata-mata amatir. Namun, setenang apapun kalimat pembelaan itu, aku tetap melakukan hal terburuk, aku membunuh karena perintahnya.

Pada waktu itu, sebelum Baron pergi menghilang dari pandangku, aku mengucapkan sepatah kalimat yang terus mengganjal." Tapi Baron, aku telah membunuh...aku seorang pembunuh."

Ia terlihat merespon perkataanku, lalu dia kembali ke arahku, berdiri menghadapku yang terduduk lesu. " Kau tidak membunuh mereka, tidak, kau mematuhi peraturan distrik, itu berarti kau tidak melakukan hal buruk, ingatlah, peraturan distrik dibuat untuk menciptakan kondisi baik, untuk menciptakan kondisi dunia yang lebih baik. Mereka mati bukan karena hal baik, karena mereka melakukan hal buruk. Mereka bertindak di luar batas yang telah ditetapkan Agni, hukuman yang pantas adalah ini."

Aku belum puas, rasa ini masih terus muncul, " Ta-tapi, ke-kenapa aku terus merasa bersalah, mengapa semua ini terasa begitu tidak sesuai dengan yang seharusnya? Kenapa?"

Aku frustasi, waktu itu tidak tahu lagi bagaimana, satu sisi aku ingin berhenti, tapi di sisi yang lain aku harus menyelamatkan Adikku. Uang kemarin hanya mampu untuk melunasi selama 3 bulan terakhir, aku harus terus melakukan ini untuk kesembuhan total adikku. Aku menyayanginya, tidak ada alasan apapun selain hal itu.

Semakin dirasakan, semakin berat, aku tidak punya pilihan lain selain melakukan ini, tidak ada pilihan lain. Aku harus menjadi pengamat amatir, entah bagaimana keadaan para pelanggar nantinya, namun aku harus paham satu hal, bahwa mereka telah melakukan kesalahan, mereka melanggar peraturan Agni, mereka melanggar keharmonisan dan kedamaian, mereka yang melakukan hal tersebut adalah penjahat negeri, setiap penjahat negeri harus dihukum. Aku harus menurunkan egoku, emosiku, agar misi ini berhasil, atau segala yang aku perjuangkan akal hilang. Aku tidak mau mengorbankan harta terakhirku hanya demi para pelanggar.

Baron kembali duduk disampingku, menyentuh pundak, sedikit menghembus napas panjang. " Percayalah nak, dahulu aku sama sepertimu, saat pertama kali menjadi agen polisi elite, aku selalu merasa bersalah, membunuh mereka begitu saja. Tapi, satu hal diajarkan oleh mentorku bahwa, kau bekerja untuk membawa ketertiban dunia, menjaga warisan dari Mada bukan hal yang mudah, namun itu adalah tanggung jawab bagi seluruh masyarakat Agni. Mereka yang berkhianat, adalah mereka yang mengkhianati revolusi. Mereka yang tidak percaya akan mimpi-mimpi Mada akan cita-cita Agni berjaya 1000 tahun. Orang-orang seperti itu, mereka hanya akan membangun Tirani baru bagi negeri ini, Aku mulai sadar dan tidak tanggung-tanggung untuk menembaki pelanggar itu satu-persatu. Intinya sekarang adalah, jangan pernah merasa bersalah, kau bekerja untuk mematuhi peraturan, bekerja untuk membawa masa depan yang lebih baik bagi Agni, masa depan yang humanis yang sesungguhnya."

Baron kemudian berdiri, menepuk pundakku sekali lagi sebelum dia benar-benar pergi , berjalan dengan tenang di bawah cahaya temaram lampu halogen yang berkedip beberapa detik sekali. Yap, waktu itu, meskipun belum sepenuhnya paham dengan kalimat Baron, namun dari semakin banyak tugas pengintaian yang dilakukan, semakin aku paham maksud dari kalimatnya. Bahwa para Revolusianis itu kejam, mereka rela melakukan hal-hal yang mengerikan untuk bisa memenuhi hasrat mereka. Seperti membakar anak-anak yang tidak bersalah.

Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang