[ Kisah Sebelumnya : Anak Kebanggaan Ayah bag : 4 ]

16 2 0
                                    

Pagi yang berbeda bagi Gardy baru saja ia sadari setelah membuka mata. Hari ini, ia tidak lagi berada di wilayah perumahan Paradiso, tidak ada lagi sekolah yang penuh dengan ana-anak payah yang bisa ia pukuli, juga anak-anak yang puas memukuli dirinya. Bahkan, bagai keajaiban ia tidak lagi mendengar suara teriakan Ayahnya memanggil di waktu pagi, serta tambahan-tambahan setelahnya seperti siraman air, tamparan atau tendangan yang membuat kebas di wajah atau perutnya. Senormalnya manusia akan merasakan kedamaian dan kelegaan yang diharapkan tidak akan pernah hilang jika berada dalam keadaan terbebas dari semua yang mengancam. Namun, rasa takut dan bau darah itu masih melekat di kepala Gardy mencegahnya untuk merasakan suasana yang menyengarkan batin tersebut. Memori tentang apa yang telah dia lakukan beberapa jam lalu sebelum mereka sampai disini terus mengerubungi hatinya. Masih terasa di tangannya sentakan saat senjata tersebut melesak melewati rusuk dan merobek organ dalam pria tersebut. Masih ia ingat bagaimana tatapan pria itu untuk terakhir kali, lalu bagaimana seringai bangga dari wajah Ayahnya.

Akan tetapi, setelah mengikuti semua pelatihan di fasilitas ini. Bayangan-bayangan memori yang tadinya menyiksa batin itu mulai di tolerir oleh Gardy. Ia tidak lagi menganggap itu sebagai ancaman, tapi malah sebagai keharusan. Suatu kondisi yang amat mengerikan telah dipersepsikan menjadi sesuatu yang nyaman dan tenang. Gardy tidak sadar sedang tumbuh di dalam dirinya, sesosok mesin pembunuh yang senang mengalirkan darah seseorang.

Dalam latihan dan tekanan, dendam telah membuatnya semakin tumbuh. Anak itu berubah.

Ia berdiri di samping Ayahnya. Menatap gagah langit Ursulanda. Sang Ayah senang, karena anaknya telah tumbuh jadi apa yang dia inginkan. 

Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang