[ Bagian 3 : Pelarian ]

17 0 0
                                    

Belma mengangkat tangan lalu nampak pasrah, aku juga merasakan hal yang sama. Kami saling berpandangan, Belma masih sedikit berharap, dan aku melakukan pemindaian lagi dan lagi, hasilnya tidak berbeda. Lambang baterai rusak itu masih saja muncul. Sedikit frustasi, aku melempar benda itu diatas nakas dekat lemari buku.

Belma nampak sedikit bersinar, agaknya ada ide yang hendak ia sampaikan. " Ada satu tempat dimana kita bisa menemukan apapun. Ruang pasokan, aku yakin mereka menyimpan banyak benda seperti di sana, baiklah ayo lekas pergi."

Saat ia hendak berdiri dan melakukan perkataannya, aku mencegatnya segera. Lalu menyampaikan satu hal yang membuatnya kecewa. " Tunggu dulu, jangan gegabah, microcomputer sudah lama tidak digunakan sejak Holo watch muncul, aku rasa tidak ada lagi baterai yang tersisa, perangkat ini sudah lama kalah trend di pasaran, sudah tidak diproduksi lagi. Lebih efisien memakai Holo watch."

Sama seperti dugaanku, Belma kembali ke posisi awalnya." Baiklah, lalu bagaimana kau mendapatkan benda ini?"

Dalam kesunyian, aku mendapatkan kembali visi memori, beruntungnya lagi, visi itu berhubungan dengan apa yang sedang kami alami. Aku melihat diriku saat pertama kali mendapatkan benda ini, ia ada disuatu tempat yang dipenuhi oleh benda-benda rusak dan kuno, semacam toko reparasi. Belma mendeteksi perubahan wajahku segera, dan ia menatapku dengan ingin tahu.

" Dari ingatan yang aku dapat, ada satu tempat dimana aku mendapatkan benda ini, kemungkinan disanalah kita bisa memperoleh baterai cadangan, kita masih memiliki harapan."

Nampak tertarik, Belma agak berdiri dari posisi duduknya. " Bagus, dimana tempat itu?"

" Sebuah toko reparasi barang-barang bekas dan kuno, tempat yang sama dahulu aku mendapatkan benda ini, Namun...itu ada diluar fasilitas ini." Aku mengambil benda berbentuk persegi panjang tersebut, lalu menyentuh tombol kecil tersembunyi, dari sana baterai komputer ini bisa terlepas. Perjalanan untuk mendapatkan pengganti baterai ini bisa jadi sangat sulit, aku menggenggam baterai itu lemah, perasaan tidak yakin muncul. Belma yang sedari duduk menangkup muka, kini menampakkan wajah, dan mencerna maksud dari perkataanku.

Nampaknya, Belma sudah paham dengan arah pembicaraan ini. " Aku tahu yang kau maksud, aku tidak mau pesimis, tapi ini akan menjadi sulit, bahkan mustahil, tempat ini jauh dari jangkauan apapun, dengan perlindungan alami dari kontur geografi serta desain bangunan, keluar dari fasilitas ini tanpa terdeteksi adalah keberuntungan"

" Aku tahu, tapi pasti ada cara lain. pasti ada cara lain." Aku tak bisa diam dan berhenti mondar-mandir, menggigit jari sambil sesekali menatap ke arah Belma, otakku terus memutar untuk menemukan solusi, begitupun belma, namun manik kebiruan yang terus berkedip milik belma belum menemukan hal yang sesuai.

Saat aku hendak duduk di sofa, Belma mengagetkanku dengan satu kalimat dalam satu hentakan nafas. " Ruang Perayaan! Ya! Ruang Perayaan! Semua staff fasilitas ini sedang mabuk-mabukkan di sana. Mereka sedang tertidur lelap."

Alisku bertaut." Kenapa dengan ruang perayaan?"

Belma ingin menjelaskan sesuatu. "Kita akan mengambil kunci Bypass milik petuga mobilisasi, aku masih ingat ada satu petugas yang juga ikut dalam pesta ini. Dengan kunci yang dia miliki, kita bisa keluar dari fasilitas ini, mereka sedang tertidur lelap di ruang perayaan, aku bisa mengambil satu diantara mereka untuk kita pakai."

Aku menatap dengan dahi berkerut. " Apa kau yakin tidak akan membuat mereka terbangun?"

" Efek Alkohol akan membantu kita, percayalah!. Aku sudah terbiasa dengan laki-laki yang terlelap dalam langkahnya, denga Alkohol yang menguar. Mereka akan terlelap bagai seekor kerbau" Belma berusaha menyakinkanku dengan tatapannya, aku rasa tidak salah untuk mempercayainya. Tapi, kenyataan bahwa dia sudah terbiasa dengan lelaki mabuk membuatku risih.

" Kau pernah tertidur dengan banyak lelaki?" mulutku dalam sekejab menerobos hal sensitif itu, entah mengapa ada rasa kecewa dan tidak nyaman saat aku membayangkan seandaianya hal tersebut memiliki jawaban iya, dalam pikiran aku membayangkan satu tamparan melayang ke pipiku karena ucapanku tersebut. Namun, apa yang aku takutkan tidak terjadi. Ia hanya memandangi wajahku.

" Sudah aku duga, dengar aku tidak seperti wanita yang kau pikirkan, semua itu hanya ada dalam pikiranmu. Satu hal yang harus aku garis bawahi bahwa, mereka tidak pernah berada pada kesadaran puncak saat bersama dengan diriku, mereka aku tinggalkan dalam keadaan tanpa sadar tergeletak di lorong. Aku masih menjaga kehormatanku kawan." Ia nampaknya sudah berpengalaman menjawab model pertanyaan semacam itu, sehingga tidak ada ketersinggungan yang nampak dari kalimatnya. Malah, aku yang kemudian mersa bersalah.

" O-oh, itu...hebat, maksudku kau melakukan hal yang benar, menjaga sesuatu yang sangat berharga itu...emmm.. apa ya, itu hal yang mengejutkan sekaligus menggembirakan." Mendadak, aku lidahku kelu dan tidak tahu harus menjawab bagaimana, ada sensasi lega yang aku rasakan.

" Baik, kita sudahi percakapan aneh ini dan mulai bekerja, kau nanti yang jaga pintu jika ada yang melihat aksi kita dan biarkan aku saja yang masuk ke dalam, aku akan mengambil bypass milik petugas mobilisasi" Kami segera menuju ke lokasi.

Tentang Ursulanda | dan bagaimana kami memenangkannya [ TAMAT ] [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang